Kamu sedang mengikuti tes CPNS atau sedang melamar kerja?
Pasti merasa familiar dengan beberapa tahap tes, mulai dari administrasi berkas, tes psikotes dan hingga wawancara.
Pada perekrutan karyawan beberapa Perusahaan seperti, Bank, Minimarket (Indomaret, Alfamart, Alfamidi), Pertamina, dll, biasanya selalu mengadakan tes psikotes untuk memastikan bahwa calon karyawan tersebut sesuai dengan standar perusahaan.
Pengujian psikologis digunakan untuk menentukan, khususnya, kemampuan karyawan potensial untuk bekerja di bawah kondisi yang penuh tekanan dan untuk menilai potensi calon karyawan dalam menangani pekerjaan secara efektif dalam kondisi tersebut
Jenis tes psikotes, pengertian dan penjelasannya:
1. Test Kemampuan Grafis / Paper and pencil (Pnp)
Tes kemampuan grafis atau sering disebut juga sebagai test paper and pencil (Pnp), dikarenakan pada test tersebut hanya diperlukan dua bahan, yaitu kertas dan pensil.
Pada tes grafis terdapat 5 jenis tes, yaitu Test BAUM/ Draw a Tree/ Menggambar pohon, Draw a Man/ Menggambar Orang, House Tree Person/ HTP Test, Tes Wartegg, dan Tes Kraepelin-Pauli/ Tes Koran.
A. Tes BAUM / Draw a tree / menggambar pohon
Tes BAUM atau sering disebut sebagai tes menggambar pohon merupakan ciptaan oleh Emil Jucker dan dikembangkan kembali oleh Charles Koch.
Tes ini bertujuan untuk menilai karakter dan kepribadian peserta dengan cara menganalisis gambar pohon yang digambarnya.
Alasan pemilihan pohon oleh Jucker sebagai objek gambar adalah pohon selalu tumbuh dan berkembang, serta hasil penelitian budaya menunjukkan bahwa pohon memiliki makna penting bagi manusia.
Instruksi yang kerap digunakan biasanya wajib diikuti dan tidak boleh dilanggar yaitu menggambar pohon berkayu, pohon seperti perdu, Pinus/Cemara, palma/kelapa, bambu, beringin, randu, pisang, dan rumput-rumputan.
Berikut interpretasi dari bagian pohon yang digambar pada tes psikotes:
1. Mahkota (daun, bunga, buah)
Menggambarkan aktivitas atau proses-proses yang berhubungan dengan intelektualitas.
Sebagai refleks super ego dari cita-cita, keinginan, kemauan logika, norma dan etika yang ditaati.
Daun menunjukkan hubungan interaksi dengan orang lain.
Jika daun yang digambar besar berarti penuh semangat dan ceria, sedangkan jika kecil maka pendiam dan pemalu.
Bunga menunjukkan perasaan bahagia jika dikelilingi oleh orang-orang yang dikasihi.
Dan buah yang manis menunjukkan hasil yang memuaskan dari pekerjaan yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
2. Cabang atau dahan
Menunjukkan orang yang berorientasi pada otak kiri dan termasuk orang yang berpikiran logis dan analitis.
Dahan yang pendek atau tidak ada dahan menunjukkan sifat tertutup dan tidak pandai berhubungan dengan orang lain, sedangkan dahan yang panjang dan tumbuh memanjang ke atas menunjukkan sifat terbuka dan berpikiran positif.
3. Batang
Melambangkan kekuatan emosional. Batang yang besar menunjukkan orang yang aktif dan energik sedangkan batang yang kecil menunjukkan orang yang pasif dan lesu.
Batang yang lebar melambangkan kekuatan emosional, tenang, tidak mudah marah dan berpendirian yang kuat.
Dan untuk pohon yang bercabang di puncak menunjukkan bahwa pikiran seseorang sedang terpecah antara beberapa pilihan hidupnya saat ini.
4. Akar
Akar menunjukkan orang yang bertanggung jawab, realistis dan menggunakan akal sehat dalam menjalani hidup.
Ia juga mempunyai hubungan kuat dalam keluarga, rumah, dan karir.
Akar menancap dengan mantap menunjukkan keadaan yang tenang dan stabil.
Sebaliknya jika tidak ada tanah atau akar menunjukkan keadaan yang tidak tenang dan stabil.
5. Pangkal pohon
Menunjukkan bentuk-bentuk komunikasi berupa interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya.
B. Draw a man / Draw A Person/ menggambar orang
Pada tahun 1949, Machover mengembangkan tes draw a man atau yang sering disebut Ter menggambar orang dengan tujuan untuk mengetahui kepribadian seseorang.
Pada tes ini penilaian skor bukan berdasarkan bagus tidaknya gambar yang dibuat, melainkan pada detail gambar manusia seutuhnya, dari ujung rambut sampai jari kaki.
Selain itu kecermatan dalam setiap garis dan tekanan goresan yang ditorehkan dalam gambar juga dinilai yang mana didalamnya mencerminkan karakteristik seseorang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes menggambar pada tes psikotes:
- Sesuaikan gambar dengan pekerjaan yang sedang dilamar. Profesi yang digambar pada gambar orang harus terlihat jelas dengan kelengkapan pakaian serta atribut pendukung. Misalnya, jika sedang melamar pekerjaan yang basic-nya bekerja di kantor maka sebaiknya menggambar orang yang sedang menjelaskan sesuatu dengan latar ruangan kantor, ada kursi meja, laptop, dsb.
- Berhati-hatilah sebelum menggambar. Apabila tidak ada permintaan untuk menggambar manusia dengan jenis kelamin tertentu (laki-laki/perempuan) maka gambarlah manusia dengan jenis kelamin yang sama seperti Anda. Gambarlah manusia se-nyata mungkin, bukan gambar kartun ataupun berupa gambar karikatur.
- Usahakan gambar yang dibuat tidak hanya berdiri tetapi dengan aktivitas yang sedang dilakukan beserta ekspresi tersenyum ataupun ceria.
- Ketika menggambar bagian wajah, gambarlah alat indera secara lengkap, seperti hidung, mata, rambut, telinga, mulut, bibir, alis dan sebagainya.
- Buatlah gambar manusia tersebut di bagian tengah kertas dan gambarlah gambar manusia dengan ukuran sedang dan tidak terlalu berlebih-lebihan baik itu terlalu besar atau terlalu kecil. Jika menggambar manusia dengan ukuran yang besar akan menunjukkan sosok yang dominan, sedangkan jika terlalu kecil menunjukkan sosok yang tidak percaya diri.
- Gambarlah tangan dengan telapak tangan yang terbuka sehingga terlihat detail dari jari tangan. Tangan yang tersembunyi di belakang tubuh ataupun saku celana dapat menunjukkan seseorang yang memiliki gangguan hubungan sosial. Sementara tangan yang terbuka menunjukkan seseorang yang mudah bekerja sama serta fleksibel.
- Sering-seringlah berlatih menggambar manusia dalam kurun waktu sekitar dua Minggu sebelum tes, karena hal ini bisa mengurangi rasa tidak percaya diri dan gugup.
C. House tree person test / HTP test
House tree person (HTP) adalah tes menggambar rumah, pohon dan orang dalam satu kesatuan.
Tes kepribadian ini pertama kali dikembangkan oleh John Buck pada tahun 1947, direvisi pada tahun 1948,1949 dan direvisi lagi oleh Buck & Warren pada tahun 1992.
Buck mempercayai bahwa gambar rumah dan pohon juga dapat memberikan informasi yang berkesinambungan tentang kepribadian individu serta hubungan keluarganya.
Dikarenakan ketiga objek tersebut paling dikenal orang dibandingkan dengan objek lain dan juga lebih dapat menstimulasi verbalisasi yang bersifat jujur dan bebas.
Pemberian skor lebih menekankan pada gambar keseluruhan, yaitu ketiga objek tersebut haruslah harmoni.
Interpretasi dari tes HTP pada tes psikotes:
1. Rumah
- Menggambarkan kehidupan sosial terutama pola kontak/interaksi interpersonal.
- Bentuk rumah yang normal sekurang-kurangnya memiliki satu pintu, satu jendela, dinding dan atap.
- Atap menunjukkan sikap berasosiasi dengan super ego yang terdapat di dalam keluarga serta hubungan sosialnya.
- Dinding merefleksikan karakteristik ego dengan hubungan realitas.
- Jendela dan pintu menunjukkan bentuk hubungan interpersonal dengan lingkungan eksternal.
- Jalan setapak merefleksikan akses untuk melakukan kontak dalam hubungan interpersonal.
- Pagar menunjukan akan batas antara lingkungan eksternal (sosial) dengan di ja internal yang dapat berupa aturan-aturan.
2. Pohon
- Menggambarkan interaksi kehidupan vitalitas/peranan hidup individu yang bersangkutan dalam hubungan dengan kemampuan yang dimilikinya.
- Merupakan simbol peran dari figur ayah.
3. Orang
- Menggambarkan kehidupan hubungan interpersonal yang bersifat umum atau spesifik.
- Merupakan simbol dari kondisi diri peserta.
Tips dalam menggambar HTP yaitu, gambarlah semua objek secara perspektif (gambar yang jauh terlihat kecil, gambar yang dekat terlihat besar).
Untuk rumah usahakan pintu dan jendelanya terbuka, hal ini menunjukkan sikap terbuka dan gambarlah objek serealistis mungkin.
D. Tes Wartegg
Tes Wartegg merupakan tes psikologi yang diciptakan oleh Kruege dan Sander dari University of Leipzig.
Dan dikembangkan kembali oleh Ehrig Wartegg dan Marian Kinget.
Tes ini bertujuan untuk meneliti karakter kepribadian seseorang (mengeksplorasi) terutama dalam hal emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol, dan fungsi realitas yang dimiliki oleh setiap orang, tetapi dengan tingkatan dan hubungan satu sama lain yang cukup berbeda.
Pada lembar kerja tes psikotes berisi 8 kotak yang nantinya kamu akan diminta untuk menggambarnya, kemudian menuliskan urutan gambar yang dibuat, nomor gambar yang paling disukai, tidak disukai, sulit dan mudah menurut kamu.
Arti dari masing-masing kotak:
Kotak 1: berhubungan dengan penyesuaian diri, yaitu bagaimana seseorang menempatkan diri dalam lingkungan (adaptasi).
Kotak 2: berhubungan dengan fleksibilitas perasaan dan mengisyaratkan objek hidup yang selalu bergerak bebas serta dinamis.
Kotak 3: mengukur hasrat untuk maju/ambisi tetapi tetap teratur.
Kotak 4: berhubungan dengan cara seseorang dalam mengatasi kesulitan.
Kotak 5: berhubungan dengan cara seseorang dalam bertindak.
Kotak 6: berhubungan dengan cara berpikir/analisis, sintesis dan kesederhanaan.
Kotak 7: berhubungan dengan kehidupan dan perasaan.
Kotak 8: mengenai kehidupan sosial/hubungan sosial, kebesaran, dan kebijaksanaan.
E. Tes Kraepelin pauli / test koran
Tes kemampuan dasar dalam menghitung cepat atau disebut juga dengan Tes Kraepelin Pauli/tes koran.
Pada tes psikotes jenis ini terdiri dari sekelompok angka dari 1-9 yang disusun secara longitudinal (atas-bawah).
Pada saat tes Anda harus menambahkan dua angka yang berdekatan di setiap kolom dalam waktu tertentu.
Aturan pengerjaannya dengan cara menambahkan antara dua angka di setiap kolom, kemudian hasilnya dituliskan di sela-sela dua angka yang ditambahkan tersebut.
Jika hasil penjumlahan berupa angka puluhan atau angka dua digit, maka cukup dengan menuliskan angka terakhir atau satuan digitnya saja.
Psikiater Emil Kraepelin pada abad akhir ke-19 menciptakan alat uji Kraepelin yang digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis gangguan otak, yaitu Alzheimer dan demensia.
Dalam periode tak lama kemudian pada tahun 1938, Prof Dr Richard Pauli bersama Dr. Wilhelm Arnold dan Prof Dr Vanmethod memperbarui tes Kraeplin, sehingga dapat meningkatkan metode pemeriksaan yang sangat menguntungkan dan terpercaya.
Secara umum, tes Kraepelin dan pauli dilakukan dengan cara dan teknik yang serupa.
Perbedaannya hanya terletak pada penjumlahannya (dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas), tanda pergantian waktu, jumlah lembar kerja, dan waktu yang diberikan.
Dalam tes pauli, penjumlahan angka dilakukan dari atas ke bawah.
Kemudian dalam jarak waktu tertentu diberikan aba-aba “garis”.
Maka Anda diharuskan menggaris pada batas terakhir hasil pekerjaan Anda, kemudian melanjutkan kembali penjumlahan pada lembar kerja.
Durasi pengerjaan pada tes pauli biasanya sekitar 1 jam (60 menit), dengan pemberian perintah “garis” di setiap jarak waktu beberapa menit.
Lembar kerja berupa kertas uji pauli selebar kertas sudah diisi angka bolak-balik pada masing-masing bagian.
Jika selesai menjumlahkan di lembar kerja (bolak-balik), peserta dapat meminta lembar kerja yang baru.
Sedikit berbeda dari tes pauli, penjumlahan angka pada tes Kraepelin dilakukan dari bawah ke atas.
Pada jarak waktu tertentu terdapat aba-aba “bergerak”.
Pada saat itu Anda harus pindah dari kolom terakhir pengerjaan, kemudian melanjutkan penjumlahan di kolom berikutnya (kanan).
Kraepelin bertujuan untuk mengukur karakter seseorang dalam aspek-aspek tertentu, sesuai dengan visi dan kebutuhan lembaga atau perusahaan perekrut dengan standar yang ditentukan melalui skor dan grafik, yaitu :
- Ketekunan
Tes ini dapat menguji seberapa tangguh seseorang dalam menyelesaikan masalah yang kompleks dan bersifat ambigu, dengan waktu yang terbatas (Konsistensi).
- Kemauan
Tes ini dapat mengukur kemauan dan motivasi seseorang ketika melakukan sesuatu yang rumit.
Pada tes ini, kerumitan soalnya diilustrasikan dalam bentuk angka dan perhitungan pola angka dengan operasi bilangan dasar (Kekuatan daya Juang).
- Emosi
Tes ini dapat mengukur kemampuan seseorang untuk meredam dan mengendalikan diri ketika bekerja dalam fase dan tahapan yang cukup rumit dengan penuh tekanan (Stabilitas emosional).
- Penyesuaian
Tes ini dapat digunakan untuk mengukur kecepatan seseorang dalam menyesuaikan atau beradaptasi dengan sesuatu yang baru (Adaptasi).
- Stabilitas diri
Mengukur stabilitas pengerjaan dari tingkatan level awal ke level akhir dalam beberapa tahapan tes (Praktek Stabilitas Mental).
Tips mengerjakan Tes Koran/ Tes Kraepelin-Pauli pada tes psikotes:
1. Berdoa
Hal yang paling utama dalam segala hal adalah berdoa.
Berdoa dapat membantu kita lebih tenang dalam mengerjakan semuanya.
2. Konsentrasi
Dalam pengerjaan tes haruslah benar-benar berkonsentrasi dikarenakan pada tes ini sangat menguras pikiran dan energi.
Jangan terburu-buru dalam mengerjakan, bersikaplah dengan tenang, karena bersikap tenang dapat menstabilkan pikiran dan konsentrasi.
3. Penjumlahan dengan angka stabil (relatif sama)
Usahakan pada masing-masing kolom jumlah perhitungan angkanya stabil.
Buatlah patokan jumlah angka yang harus dikerjakan, misalnya 13 perhitungan, maka usahakan setiap kolom minimal 13 perhitungan agar tidak terjadi bentuk kurva yang zig-zag.
4. Lebih teliti dan cermat
Perhitungan dengan angka yang banyak kadang membuat kita mudah blank.
Usahakan dalam pengerjaan tes ini, jangan sampai ada angka yang terlewat pada setiap kolom.
5. Kenyamanan
Usahakan cari posisi yang paling nyaman pada saat mengerjakan.
6. Persiapan
Persiapan yang matang juga sangat dibutuhkan, berlatihlah 2 minggu sebelum tes.
Dan alat tulis jangan lupa untuk dipersiapkan dengan baik.
2. Test Kemampuan Verbal
Pada tes psikotes, tes kemampuan verbal bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta tes dalam memahami, mengevaluasi secara kritis terkait dengan informasi tertulis, kecakapan, keterampilan, kecepatan, dan kebenaran mengolah kata atau untuk melihat cara berpikir seseorang dalam menggunakan kata-kata.
Penilaian bukan pada jawaban benar atau salah melainkan penalaran (logika) dan kecepatan berpikir dalam menelaah soal dan mencari solusi dalam waktu singkat.
Test verbal terdiri dari beberapa bentuk tes yaitu tes persamaan kata (sinonim), tes lawan kata (antonim), padanan hubungan kata (analogi), pengelompokan kata dan verbal umum.
A. Persamaan kata (sinonim)
Sinonim adalah kata yang mempunyai arti yang hampir sama atau sepadan.
Orang yang menguasai sinonim berarti menguasai kosakata sehingga memudahkannya dalam mengolah berbagai kata.
Tes ini bertujuan untuk mengukur tingkat ketelitian, kecermatan serta wawasan seseorang terhadap kosakata yang sama/mirip/identik.
Contoh:
B. Lawan kata (Antonim)
Tes Antonim atau lawan kata ditujukan untuk melihat wawasan seseorang.
Dapat memahami kebenaran secara terbalik, dalam artian seseorang mengetahui sesuatu yang benar atau salah tidak hanya secara sadar (fenomenologis), tetapi juga secara bahasa.
Pada tes ini dituntut untuk menguasai perbendaharaan kata bahasa sebaik mungkin karena pada bagian ini seseorang harus mencari kata yang paling bertentangan dengan yang diberikan.
Tes Antonim juga dapat menunjukkan kemampuan verbal yang merupakan salah satu indikator intelegensi seseorang.
Contoh:
C. Padanan Hubungan Kata/Korelasi Makna (Analogi)
Tes analogi merupakan perkembangan dari tes persamaan (similarity).
Selain kemampuan bahasa, tetapi juga kemampuan logika serta berpikir secara abstrak.
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan seseorang perihal arti atau makna yang tersirat dari kata, fungsi kata, dan pemakaian, berikut dengan padanan fungsi (analog) dengan kata lain serta mengandalkan daya nalar untuk mencari hubungan kata yang tepat.
Contoh:
D. Pengelompokan kata
Tes perbendaharaan dan pengelompokan kata merupakan tes yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perbendaharaan kata (kosakata) yang Anda miliki pada suatu topik tertentu.
Pada soal biasanya kita diminta untuk mencari kata yang tidak termasuk dalam kelompok tertentu.
Pengelompokan kata bisa berdasarkan jenis kata, bentuk kata, atau bahkan berkaitan dengan makna kata seperti kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan.
Tips dan triknya:
- Yang perlu diperhatikan dalam menghadapi soal jenis ini adalah menemukan kata kunci atau hubungan khusus/unik dari lima kata tersebut.
- Gunakan pengelompokan berdasarkan logika yang paling sederhana yang kamu pikirkan saat itu.
- Untuk mengerjakan soal jenis ini dengan benar dan cepat, kamu perlu memiliki perbendaharaan kosakata yang banyak.
Contoh:
E. Verbal umum
Tes verbal umum adalah penggabungan dari tes persamaan kata (sinonim), tes lawan kata (antonim), tes padanan hubungan kata/korelasi makna (analogi), tes pengelompokan kata dan tes wacana.
3. Test Kemampuan numerik (hitungan)
Banyak orang berpendapat bahwa kemampuan menghitung angka-angka matematika sederhana dan komputasi sangat berkaitan erat dengan tingkat intelegensi seseorang.
Pada Test kemampuan numerik ada 3 jenis yaitu aljabar, aritmatika dan deret.
A. Aljabar
Pada aljabar, soal-soal yang kerap keluar berupa, bilangan bulat, pecahan, perbandingan, perpangkatan dan akar, pertidaksamaan waktu, jarak dan kecepatan, dan himpunan.
Contoh:
B. Aritmatika
Pada aritmatika soal-soal yang kerap muncul adalah untung dan rugi, bruto, tara, netto, statistika, sistem metrik, geometri dasar dan membandingkan dua pernyataan.
Contoh:
C. Deret
Deret atau urutan angka adalah tes matematika yang memuat aturan logis berdasarkan aritmatika sederhana.
Peserta harus memprediksi angka berikutnya dalam soal. Untuk menjawab soal deret secara efisien, peserta harus memeriksa korelasi di antara angka-angka yang disajikan, menggunakan beberapa hubungan aritmatika dasar.
Setelah melakukan itu, Anda harus melihat jeda antara angka-angka dan memeriksa korelasi, kemudian menentukan apakah aturan operasi tersebut berlaku untuk seluruh deret atau tidak.
Pola bilangannya dapat berupa penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pengakaran, pengkuadratan, atau gabungan dari beberapa operasi tersebut.
Satu hal yang penting adalah bahwa semua angka yang terdapat pada soal tidak boleh dihilangkan atau diabaikan.
Sedangkan pada deret huruf, prinsipnya sama dengan tes deret bilangan yaitu diminta untuk mencari huruf selanjutnya dari deretan huruf yang telah ada di soal.
Untuk dapat menjawab soal, peserta harus banyak berlatih agar mempertajam daya analisis dan keakurasiannya.
Contoh:
4. Test Kemampuan analitik
Tes kemampuan analitik bertujuan untuk melihat kemampuan peserta dalam memahami, mengidentifikasi informasi utama, menerapkan logika dan menemukan beberapa pola serta dapat menguji beberapa keterampilan seperti, perhatian terhadap detail (ketelitian), berpikir kritis, kemampuan menerapkan logika, penalaran induktif, alasan yang deduktif dan pengambilan keputusan.
Pada tes kemampuan analitik termasuk diantaranya, silogisme (penarikan kesimpulan), proposisi, dan logika analisis (penalaran analisis).
A. Silogisme (Penarikan Kesimpulan)
Silogisme atau tes penarikan kesimpulan adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui cara seseorang dalam menganalisis informasi dan menarik kesimpulan logis.
Biasanya soal tes yang diberikan dalam bentuk cerita.
Karena itu, kemampuan membaca, mencerna, menganalisa dan menarik kesimpulan logis (jawaban yang paling tepat) sangat diperlukan dalam menjawab soal ini.
Dalam soal-soal silogisme paling sering ditemukan kata-kata ‘sementara/sebagian atau semua/seluruh.
“Sementara/ sebagian/ beberapa/ ada/ mungkin semua, dapat diartikan sebagai “tidak semuanya atau minimal satu anggota”.
Semua/setiap, dapat diartikan sebagai “seluruh anggota tanpa kecuali”.
Untuk soal-soal perbandingan yang biasanya memiliki ciri-ciri memuat kata “lebih” atau “dari pada”, maka solusi termudah adalah dengan cara menggambar (membuat Bagan) atau ditulis.
Contoh:
B. Proposisi
Untuk menarik kesimpulan dari beberapa premis, maka kita bisa menerapkan logika anggota dan bukan anggota, atau sering disebut dengan proposisi (logika kuantor).
Proporsi adalah verbalisasi dari keputusan (menghubungkan 2 konsep/pengertian/term) sehingga dalam logika dapat benar dan dapat juga salah.
Proposisi terdiri dari empat jenis, yaitu Proposisi Universal Afirmatif (proposisi universal afirmatif ekuivalen dan proposisi universal afirmatif implikasi), Proposisi Universal Negatif, Proposisi Partikular Afirmatif (Proposisi Partikular afirmatif inklusif dan proposisi Partikular afirmatif implikasi) dan Proposisi Partikular Negatif (Proposisi Partikular Negatif inklusif, dan proposisi Partikular negatif implikasi).
Contoh:
C. Logika Analisis (Penalaran Analisis)
Soal penalaran analisis sedikit berbeda dengan pola-pola soal yang lain, pola soalnya tergolong cukup rumit.
Diperlukan kemampuan penalaran yang baik dalam menjawab pola soal ini.
Pada soal penalaran analisis dapat berupa bacaan dengan beberapa pertanyaan yang struktur soalnya terdiri dari 3 bagian, yaitu pengantar, pembatas dan soal.
Pada bagian pengantar dijelaskan tentang apa permasalahannya, sedangkan pada bagian pembatas memuat batasan-batasan yang harus dipenuhi.
Dan pada bagian soal biasanya dalam setiap bacaan terdapat sekitar 3-5 soal.
Perhatikan Contoh soal berikut!
Penjelasan:
5. Test Kemampuan Gambar (spatial)
Kemampuan penalaran spasial ini dibedakan atas 3 hal, yaitu Klasifikasi gambar, pemikiran perseptual dan bayangan cermin.
Maka, sering-seringlah berlatih agar keakurasiannya semakin baik.
A. Klasifikasi gambar
Pada klasifikasi gambar, peserta diharuskan untuk mencari satu gambar yang berbeda dari gambar lain yang ada pada pilihan jawaban di soal.
Perbanyaklah berlatih dalam mengerjakan soal klasifikasi gambar agar dapat lebih mudah dalam menghadapi soal ketika mengikuti tes.
Contoh:
B. Pemikiran perseptual
Pemikiran perseptual merupakan test pola bergambar yang mana dalam setiap soal terdapat beberapa gambar ataupun simbol-simbol yang terlihat sama namun berbeda.
Test ini bertujuan untuk melihat kepribadian yang dimiliki oleh peserta dalam bentuk ketelitian, kecepatan, dan terutama dalam berpikir dengan simbol-simbol.
Contoh:
C. Bayangan cermin
Dalam tes ini, seseorang diberi soal berupa sebuah bangunan dua dimensi dan kombinasi huruf dan/atau angka dan memilih jawaban yang tepat yang merupakan bayangan cermin dari gambar atau kombinasi yang diberikan.
Contoh:
6. Test Khusus Kesehatan Mental
Pemberian test khusus kesehatan mental dalam tes psikotes bertujuan untuk melihat sejauh mana seseorang menderita gangguan pada kesehatan mentalnya.
Meskipun Test ini di luar jalur topik pembicaraan, namun setidaknya ada keterkaitan dengan seseorang yang sedang mengikuti pendidikan atau pada jenis-jenis pekerjaan.
Tes-tes tersebut diantaranya hipokondriasis, depresi, paranoid, dan kecemasan umum (generalized anxiety).
A. Hipokondriasis
Hipokondriasis adalah keadaan dimana seseorang mudah sekali mengeluh tentang gangguan pada kesehatannya.
Nyatanya, orang tersebut hanya mengalami sakit ringan sehingga bersikap terlalu berlebihan dalam menilai gejala-gejala penyakit tersebut.
Namun hal ini juga dapat menghambat aktivitas sehari-hari maupun pekerjaannya.
B. Depresi
Seseorang dapat dikatakan memiliki gangguan kepribadian depresi ketika dimana ia selalu bersikap seolah-olah tidak memiliki harapan ataupun pandangan yang baik akan masa depannya, merasa berdosa dan putus asa.
Pikiran dan tindakannya terkesan lambat, bahkan terkadang timbul dalam dirinya sifat-sifat agresif dan marah-marah tanpa sebab yang jelas.
Pada tingkatan tertentu seseorang yang depresi dapat melakukan hal nekat seperti bunuh diri.
Harap di garis bawahi antara penyakit depresi dengan pribadi yang depresi.
Pada penyakit depresi orang belum tentu diasumsikan sebagai pribadi yang depresi.
Demikian sebaliknya pribadi yang depresi belum tentu menderita penyakit depresi.
C. Paranoid
Kepribadian paranoid adalah orang yang selalu berperilaku aneh dan mempunyai kepercayaan yang salah.
Hampir mirip dengan egois karena ingin menang sendiri, ia tidak mau dipersalahkan padahal sesungguhnya ia yang bersalah.
Sehingga ketidakmampuan tersebut dapat menimbulkan sikap yang selalu menyalahkan orang lain atas kegagalannya.
Ia juga kerap mempunyai pemikiran-pemikiran yang salah sehingga meyakini hal-hal yang tidak nyata bahkan cenderung bersikap terlalu curiga bahkan terlalu berlebihan terhadap orang lain.
Orang yang memiliki gangguan kejiwaan yang seperti ini biasanya ‘gila akan kebesaran’ atau ‘selalu menuduh orang lain’.
Biasanya orang yang berperilaku paranoid sangat sensitif, emosional, keras kepala (egois), sangat keras atas pendirian dan pendapatnya, tidak mau mengakui kesalahan dan kekurangannya.
Serta, ia juga suka membantah atau melawan, karena tidak mau menerima nasehat maupun pendapat dari orang lain yang bertentangan dengan pendapatnya, sering merasa cemas dan berujung depresi.
D. Kecemasan umum (generalized anxiety)
Kecemasan adalah hasil dari berbagai proses emosi, dimana hal tersebut terjadi ketika seseorang mengalami pertentangan (konflik batin) atau pun mendapat tekanan dari berbagai sudut.
Rasa cemas yang sering timbul karena sesuatu yang kurang jelas seperti apa penyebabnya dapat disebut juga dengan gangguan penyakit kejiwaan.
Biasanya orang yang mendapat gangguan penyakit kecemasan umum memiliki ciri-ciri seperti sulit berkonsentrasi, tidur tidak nyenyak, selalu ketakutan, sering murung, perasaan tegang, gugup, dan mudah merasa tersinggung.
7. Test Edward Personal Preference Schedule (EPPS)
Tes Edward Personal Preference Schedule atau yang sering disebut dengan Tes EPPS adalah tes kepribadian dimana peserta harus memilih salah satu dari dua pernyataan yang mencerminkan dirinya sendiri.
Tes Edward Personal Preference Schedule disusun oleh Edward berdasarkan teori dari H. A. Murray tentang kebutuhan.
Tes ini bertujuan untuk menunjukkan informasi tentang kebutuhan, konflik, dan bagaimana orang tersebut mengatasinya.
Tes EPPS terdiri dari 225 pernyataan, yang berasal dari kehidupan sehari-hari.
Peserta harus memilih jawaban A atau B di setiap pertanyaan, yang paling cocok dengan kepribadiannya.
Pada tes EPPS, tidak ada jawaban yang benar ataupun jawaban yang salah karena yang dinilai itu melalui jawaban yang dipilih yang nantinya dapat mencerminkan kepribadian peserta.
Dalam tes Edward Personal Preference Schedule, ada 15 kebutuhan manusia yang diukur pada tes psikotes;
A. Achievement
Kebutuhan akan pencapaian dan obsesi untuk mencapai sesuatu dalam hidupnya.
B. Deference
Kebutuhan untuk mentaati atau mematuhi serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku.
C. Order
Kebutuhan untuk menunjukkan tanggung jawab, perencanaan dan pengelolaan dalam melakukan atau menyelesaikan sesuatu (teratur/sistematis).
D. Exhibition
Kebutuhan untuk mengekspresikan diri, optimis, dan juga percaya pada diri sendiri serta untuk menjadi pusat perhatian.
E. Autonomy
Kebutuhan untuk menjadi mandiri, memiliki hak atas tanggung jawab dan kewajibannya sendiri untuk mapan.
F. Affiliation
Kebutuhan untuk menjalin hubungan yang erat dengan orang lain (interaksi sosial/afiliasi).
G. Intraception
Kebutuhan untuk menganalisa perilaku atau perasaan orang lain berupa simpatik, perhatian, dan juga empati.
H. Succorance
Kebutuhan manusia untuk dijaga dan menerima support dari orang lain.
I. Dominance
Membutuhkan untuk memberi perintah, memimpin dan mempengaruhi orang lain.
J. Abasement
Kebutuhan untuk mengakui kesalahan sendiri (menyalahkan diri sendiri) dan belajar menerima kesalahan orang lain.
K. Nurturance
Kebutuhan untuk merawat orang lain dan membantu orang lain.
L. Change
Kebutuhan untuk mengubah hidup mereka sendiri, mengubah hidup mereka menjadi sesuatu yang lebih baik, dan mencari pengalaman baru.
M. Endurance
Kebutuhan untuk lebih rajin atau gigih dalam menuntaskan tugas.
N. Heterosexuality
Kebutuhan seksual manusia atau kebutuhan untuk berinteraksi dengan lawan jenis.
O. Aggression
Kebutuhan untuk menyampaikan pendapat dan kritik kepada orang lain.
Nah, setelah mengetahui jenis-jenis tes psikotes beserta penjelasan dan trik-trik sederhananya, ada baiknya kamu lebih sering mengikuti latihan atau mempelajari kembali kumpulan-kumpulan soal tes psikotes secara online yang tersebar di beberapa website. Selamat mencoba!