Pernah mendengar tarian tradisional dari kawasan pantai utara Jawa Barat dan Jawa Tengah yang ditarikan oleh seorang gadis ‘kesurupan’?
Yak, tarian tersebut dinamakan dengan tari sintren.
Asal daerah dari kesenian sintren diklaim oleh Cirebon, tetapi sebenarnya berkembang juga di Indramayu, Kuningan, serta beberapa daerah lain di Jawa Tengah seperti Banyumas, Pekalongan Tegal, Pemalang, dan sekitarnya.
Jadi dapat dikatakan kalau Tarian berkembang di Jabar dan Jateng juga.
Tari sintren sarat dengan berbagai nilai filosofi tentang kehidupan sehari-hari mulai dari nilai religi, nilai estetik dan keamanan, sampai nilai hiburan bagi masyarakat.
Nah, penjelasan lebih detail tentang tari tradisional ini silahkan simak dalam keterangan lengkap di bawah, ya!
Sejarah Tari Sintren
Asal usul nama sintren berasal dari istilah bahasa Jawa sindir (sindir) dan tetaren yang berarti mengungkapkan pertanyaan melalui syair.
Oleh karenanya sintren dimaknai sebagai sindiran yang diungkapkan melalui syair.
Beberapa kalangan menganggap sintren merupakan kependekan dari sinyo (pemuda) dan trennen (berlatih).
Mulanya tari sintren hanya berupa ungkapan syair oleh Seca Biranti, abdi pangeran Diponegoro yang berhasil meloloskan diri pada perang melawan Belanda tahun 1830.
Syair tersebut berisi tentang berbagai perjuangan rakyat melawan penjajah dan dinyanyikan dalam sebuah perkumpulan pemuda ketika panen raya telah tiba.
Namun setelah diketahui Belanda, kegiatan ini dilarang.
Belanda hanya memperbolehkan adanya perkumpulan berupa pesta minuman keras dan wanita penghibur, seperti pada gelaran Tari Tayub asal Jawa Tengah.
Berdasarkan hal tersebut, tari sintren mengalami perkembangan.
Supaya gelaran syair untuk memupuk semangat perjuagan para pemuda tetap dapat dilaksanakan, mulailah digunakan kedok penari perempuan bernama ronggeng buyung yang difungsikan untuk mengecoh Belanda.
Tari ini kemudian terus berkembang dan dikenal ke berbagai wilayah di sekitar Cirebon utamanya yang berada di sepanjang garis pantai utara (pantura) Pulau Jawa.
Bersumber dari wikipedia, unsur gelaran tari sintren memiliki beberapa perbedaan di Cirebon, Indramayu, Kuningan maupun daerah lain yang masih melestarikan sintren.
Seperti misalanya di Indramayu tepatnya di desa Mekar Gading, tari sintren tidak hanya digelar dengan suasana mistis dan agamis, melainkan juga dipakai sebagai media bebarangan atau mengamen.
Beberapa perkembangan lain dari tari sintren adalah mengenai waktu pertunjukannya.
Tari sintren sekarang tidak lagi hanya boleh ditarikan ketika malam purnama sekitar pukul 21.00 – 23.00 WIB saja, melainkan sudah mulai digelar pertunjukkan pada siang hari.
Hal ini menyesuaikan deNgan berbagai tujuan yang hendak dicapai dari gelaran tari sintren sekaligus sebagai upaya untuk melestarikan kesenian tradisional ini.
Keunikan, Makna dan Fungsi
Tari sintren merupakan salah satu tarian tradisional bernilai magis dengan keunikannya terletak pada sang penari yang mengalami ‘kerasukan’ roh leluhur.
Sama seperti dengan tari seblang dari Banyuwangi, tari sintren juga menggunakan penari wanita bernama ronggeng yang digunakan sebagai media penyampaian pesan dari roh leluhur.
Tari sintren memiliki berbagai makna dan filosofi yang mendalam mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari.
Beberapa diantaranya terletak pada adegan balangan yakni ketika penari ronggeng dilempar menggunakan uang, maka sang penari akan jatuh dan tidak bisa berdiri lagi.
Hal ini sebagai simbolisasi bahwa manusia hendaknya tidak terlalu fokus dan serakah mengejar dunia, karena ada saatnya material duniawi yang diwujudkan dalam bentuk uang ini akan membuat jatuh.
Makna filosofis lainnya ada pada penggunaan ranggap atau kurungan ayam yang merupakan manifestasi dari pola kehidupan manusia, yakni dari bawah kemudian akan melengkung ke atas sampai puncak, dan akan kembali ke bawah mencapai fase mati.
Berdasarkan hal tersebut, tari sintren khususnya di Cirebon memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan sehari hari, antara lain:
- Digunakan sebagai media ‘penghubung’ dalam ritual bersih desa
- Tarian sebagai penolak bala
- Upacara adat meminta hujan
- Ritual pemberian nama seorang bayi yang baru saja dilahirkan
- Ritual adat ruwatan
- Sarana hiburan yang umumnya ditampilkan dalam rangkaian upacara khitanan, pernikahan, bahkan saat perayaan HUT RI.
Persyaratan dan Formasi Penari
Unsur penari pada pertunjukan tari sintren terdiri dari seorang sintren atau ronggeng yang ditemani oleh empat orang cantrik atau penari pengiring.
Baik Sintren atau pun Tari Ronggeng tidak bisa dimainkan oleh sembarang orang, karena terdapat syarat dan ketentuan khusus untuk menjadi calon penari.
Syarat utamanya adalah penari harus seorang perawan yang dalam keadaan suci, karena roh tidak akan bisa memasuki tubuh penari jika syarat tersebut tidak terpenuhi.
Penari terpilih akan melakukan ritual puasa selama tiga hari sebelum pertunjukan sintren digelar.
Hal ini memiliki tujuan agar penari dalam keadaan suci, tidak hanya pada tubuhnya tetapi juga batinnya karena salah satu fungsi puasa adalah menjaga seseorang dari perbuatan dosa dan zina.
Ketika penari dalam keadaan suci lahir batin, maka roh leluhur akan lebih mudah masuk ke tubuh sang sintren.
Di samping penari, dalam pertunjukan tari sintren terdapat juga seorang dalang atau pawang sintren yang berperan untuk memanggil roh leluhur.
Pertunjukan Tari Sintren
1. Dupan
Dupan merupakan prosesi doa pembuka supaya selama pertunjukan sintren digelar dijauhkan dari haral rintangan.
Dalang sintren akan berdoa sebari memegang kepala calon penari menggunakan tangan kanan, sementara tangan kirinya memegang pundak sang calon penari.
Calon penari yang duduk memegang nampan berisi perlengkapan busana dan rias yang akan dikenakan ketika menari.
Setelah sesi berdoa selesai, calon penari akan menundukkan kepala dan sudah tidak lagi sadarkan diri.
2. Paripurna
Paripurna adalah ritual dimulainya ritual inti dari pertunjukan tari sintren yang dipimpin oleh dalang sintren.
Calon tunggal penari yang sudah tidak sadarkan diri dan masih menggunakan pakaian sehari-hari diikat tangannya, lalu dimasukkan ke dalam ranggap atau kurungan ayam.
Kostum dan peralatan rias di atas pangkuan sintren juga turut dimasukkan ke dalam ranggap tersebut.
Dalang sintren akan mengelilingi ranggap sambil membawa kemenyan dan membaca berbagai mantra.
Ketika kemenyan sudah diletakkan sang dalang di depan ranggap sinden dan musik pengiring mulai dilantunkan.
Ketika ranggap sudah bergetar, hal ini menandakan bahwa penari sudah dalam kerasukan roh leluhur.
Dibulah ranggap dan penari sudah berganti pakaian menggunakan kostum dan riasan sintren, yang berarti penari sudah siap menari sintren.
3. Balangan
Pengertian dari balangan adalah prosesi ‘mbalang’ penari menggunakan duit atau uang.
Ketika penari terkena lemparan uang tersebut, tubuhnya akan serta merta terjatuh turun ke tanah dalam keadaan pingsan karena roh leluhur keluar dari tubuhnya.
Dalam keadaan ini, pawang akan mendatangi sang penari dan mengusap wajahnya sebari membacakan mantra.
Roh leluhur akan kembali masuk ke tubuh penari dan tarian sintren dapat dilanjutkan.
Penonton yang berhasil mbalang tersebut diperkenankan menari bersama sintren.
4. Temohan
Temohan merupakan prosesi di akhir pertunjukan sintren ketika penari dengan membawa nyiru atau nampan berkeliling ke penonton untuk mendapat saweran seikhlasnya.
Setelah prosesnya selesai, penari akan kembali dimasukkan ke dalam kurungan bersama baju ‘keseharian’ yang dipakai sebelum menari.
Ketika ranggap kembali bergetar menunjukkan roh yang merasuki tubuh penari sudah keluar dan penari sudah kembali dengan pakaian kesehariannya.
Ragam Gerakan
Gerakan dalam tari sintren tidak diciptakan dengan koreografi khusus karena ditarikan oleh pengaruh roh yang merasuki penari.
Ragam geraknya dinamai berdasarkan tingkat keseringan munculnya gerakan tersebut dalam tari sintren.
Oleh karenanya gerakannya cenderung monoton dan diulang-ulang.
Meskipun begitu, berbagai gerakan yang muncul tersebut terlihat luwes, kenes, lincah, energik dan rampak mengikuti iringan gending dan tembang.
Berbagai gerakan dalam tari sintren dibedakan menjadi tiga tahapan berikut.
1. Awal Pertunjukan
Pada awal pertunjukan tari sintren atau dikenal dengan istilah adegan turun sintren, terdapat beberapa ragam gerak yang mendominasi kemunculannya.
Yakni gerakan sembahan, lembehan, salaman, geol bokong, kosoki, belulukan, ngoyok dan juga lengkung.
2. Inti Pertunjukan
Pada inti pertunjukkan ini termasuk di dalamnya ritual balangan dan temohan.
Gerakan penari yang berhasil terhimpun selama ini pertunjukan sintren ini antara lain gerak cincing colak, lembehan bareng, murub mubyar, dan gebyar.
3. Akhir Pertunjukan
Akhir pertunjukan tari sintren terjadi sesaat setelah penari mengedarkan nyiru untuk tempat saweran kepada penonton.
Ragam gerak yang biasanya muncul pada prosesi ini secara berulang-ulang adalah gerakan nyatu dan tangis layu.
Pola Lantai
Tari sintren menggunakan pola lantai yang masih sederhana berkaitan dengan gerakan penari yang dikendalikan oleh roh leluhur.
Pola lantainya lebih banyak membentuk pola garis lurus mengikuti alunan gending yang sedang dimainkan.
Kostum dan Properti
1. Baju Keseharian
Baju keseharian dipakai oleh calon penari sintren sebelum dimasukkan ke dalam kurungan ayam.
2. Baju Mekak
Baju mekak merupakan pakaian berbentuk kemben yang menutup bagian badan penari.
Mekak ini terbuat menggunakan kain beludru berwarna hitam yang dihiasi dengan monte bermotif sulur tanaman.
Warna hitam pada mekak merupakan representasi dari kebijaksanaan sekaligus penanda kematangan jiwa penari sintren.
Setelan ini mirip dengan pakaian yang dikenakan oleh para penari tari golek.
Beberapa pertunjukan sintren masih mempertahankan penggunakan baju kebaya sebagai baju atasan sang penari utama.
3. Kain Jarit
Kain jarit digunakan sebagai bawahan penari sintren.
Jarit ini berwarna dasar putih dengan motif garuda berwarna hitam, dan dikelilingi corak berwana keemasan.
Jarit ini dikenakan menyatu di pinggang dengan panjang yang berbeda.
Bagian depan tepat di tengah jarit akan diberikan aksen wiru untuk menambah kesan anggun dan indah.
4. Celana Cinde
Celana cinde merupakan celana berbahan beluduru yang panjangnya hanya mencapai lutut ataupun tiga per empat kaki.
Dikenakan dan kemudian ditutup dengan luaran jarit.
5. Koncer dan Jamang
Koncer dan jamang merupakan aksesoris penghias rambut berupa roncean bunga melati.
Koncer dikenakan dikenakan di sisi telinga bagian kiri, sementara jamang berada di sisi kanan telinga.
6. Sabuk
Sabuk dipakai di luar baju mekak untuk menguatkan posisinya agar tidak terjatuh ketika digunakan untuk menari.
7. Sampur
Sampur atau selendang adalah properti yang digunakan oleh penari sintren untuk mendukung berbagai gerakan yang dtarikan.
Dililitkan pada pinggang penari kemudian ditimpa dengan sabuk.
8. Kaos kaki
Penari utama tari sintren harus mengenakan kaos kaki.
Baik yang berwarna hitam ataupun putih.
9. Kaca mata hitam
Kaca mata hitam yang dienakan oleh penari menjadi salah satu aksesoris pelegkapn yang menjadi ciri khas dan keunikan tersendiri dari tari sintren.
Kaca mata ini berfungsi untuk menutup mata penari yang terpejam selama berada dalam keadaan kerasukan.
10. Hiasan kepala
Hiasan kepala yang dikenakan penari sintren biasanya berupa mahkota.
11. Nyiru
Nyiru atau nampan dan bisa juga berupa tampah dari anyaman bambu.
Berfungsi sebagai tempat uang saweran dari para penonton dalam prosesi temohan.
12. Ranggap
Ranggap merupakan kurungan ayam berbahan anyaman bambu.
Bidang tnggi ranggap dibalut dengan kain berwarna putih dan ujung atasnya yang melengkung ditutup dengan kain kuning.
Penutupan ranggap ini dimaknai sebagai prosesi menutup diri.
13. Duit Balangan
Duit balangan sebenarnya merupakan properti dari penonton yang ‘dilemparkan’ kepada sang penari secara Cuma-Cuma.
Tetapi duit balangan ini menajdi salah satu properti wajib dalam tari sintren karena ritual balangan juga merupakan adegan utama dalam pertunjukan.
14. Sesaji dan kemenyan
Properti tari sintren lainnya yang wajib ada adalah sesaji dan kemenyan.
Kemenyan ini dibakar sebagai media pemanggilan roh yang akan ‘diminta’ masuk ke tubuh penari sintren.
Tata Rias
Tata rias dalam seni tari sintren Cirebon adalah jenis riasan korektif.
Artinya riasan yang ditampilkan bertujuan untuk mendukung penampilan dengan mempertegas karakter sang ronggeng dan membuatnya terlihat lebih menarik.
Lipstik yang digunakan pun berwarna merah terang untuk memperjelas wajah penari.
Uniknya, riasan ini tidak dilakukan oleh seorang make up artist, melainkan dikerjakan oleh penari itu sendiri yang sudah dalam kerasukan di dalam kurungan ayam.
Musik Pengiring
Musik yang digunakan sebagai iringan tari sintren dimainkan dari berbagai alat musik sederhana yang dipadukan dengan gamelan Cirebon.
Syair dan tembangnya dinyanyikan oleh seorang sinden.
Selama pertunjukan tari sintren, lagu yang harus dimainkan oleh para pengirng (tanjak) tidak bisa sembarangan karena ditentukan sendiri oleh roh yang berada di tubuh penari.
Sehingga polanya acak dan tidak bisa diurutkan.
Keinginan suatu adegan dan tembang yang harus dimainkan ini disampaikan kepada dalang sintren yang kemudian meneruskan pesan tersebut kepada para pemusik dan sinden.
Beberapa jenis alat musik yang digunakan dalam pertunjukan tari sintren antara lain sebagai berikut:
- Buyung merupakan jenis alat musik menyerupai gendang yang dibuat dari tanah liat dan penutup karet di bagian atasnya.
- Tutukan adalah jenis alat musik yang berfungsi sebagai bas dan terbuat dari sebuah bambu panjang.
- Bumbung dibuat dari bambu beruas-ruas kecil
- Kecrek memiliki fungsi untuk mengatur ritme musik iringan tari sintren.
- Gamelan lengkap berlaras pelog dan slendro saat ini lebih sering digunakan untuk mengganti berbagai jenis alat musik sederhana di atas.
Tembang yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan tari sintren terdiri dari berbagai judul berikut.
- Turun Sintren berlaras slendro
- Ingkong-ingkong berlaras slendro
- Midodari ngger-ngger berlaras slendro
- Cengkir-cengkir wulung berlaras pelog
- Njaluk Bodor berlaras pelog
- Kembang mawar berlaras pelog
- Cincing colak berlaras pelog
- Gedhang gebyar berlaras slendro
- Gilar berlaras pelog
- Kembang alang-alang berlaras pelog
- Kembang duren berlaras slendro
- Jaran sembrani berlaras slendro
- Jaran-jaran cilik berlaras slendro
- Gelang sepatu gelang berlaras pelog
- Sayonara belaras pelog
- Tangis layu belaras pelog.
Beberapa syair yang menjadi latar belakang meunculnya tari sintren ini pun tetap dipertahankan eksistensinya dalam pertunjukan.
Adapun beberapa syair tersebut antara lain dilantukan dalam berbagai kondisi sebagai berikut:
1. Ketika penari dan unsur pertunjukan memasuki arena pertunjukan – syair kembang gewor
Sintrene widadari Nemu kembang ning ayunan Nemu kembang ning ayunan Kembange Siti Mahendara Widadari temurunan ngaranjing ning awak ira
2. Saat akan dimulainya prosesi dupan – syair Sintren dibanda
Ayu sintren tangan ditalini Badan ditalini Arep manjing ning konjarah Pangeranira lara tangis Tangise wong keyungyun
3. Saat ranggap dibuka – syair metu sing konjarah
Clikung lawung klontongena bandanira Ari sukma ngelontong, ngelontong salin busana
4. Serta berbagai adegan lainnya dengan berbagai syair yang sarat makna.
Nah, dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tari sintren ini berakar dari kebiasaan masyarakat yang syarat dengan berbagai filosofi terhadap sang Pencipta, sesama manusia dan alam sekitar.
Oleh karena itu, semoga inisiasi pelestarian seni tari sintren oleh berbagai sanggar budaya mampu menjadikan seni tari sintren sebagai salah satu kesenian Indonesia dengan nilai ketertarikan lebih tinggi.