Tari Sembah, atau dikenal juga dengan Tari Sigeh Panguten, adalah tarian yang berasal dari Lampung. Tari ini diciptakan pada tahun 1989 dan menjadi tarian yang merepresentasikan nilai, adat, dan budaya dari masyarakat Lampung. Simak penjelasan berikut tentang sejarah, makna, pola lantai dan properti dari Tari Sembah.
Sejarah Tari Sembah
Sejarah Tari Sembah berawal dari sebuah perundingan antara dua adat yang ada di Lampung, Saibatin dan Papadun. Dulu, Saibatin dan Pepadun memiliki tarian adat masing-masing, yaitu Tari Melinting dan Tari Sembah. Pemerintah Provinsi Lampung kemudian berinisiatif menjadikan salah satu diantara tari tersebut sebagai jati diri (identitas) budaya Lampung.
Maka diadakanlah sebuah perundingan yang diadakan di Gedung Dharma Wanita kota Bandar Lampung dan dihadiri oleh kedua para ketua adat, perwakilan dari Dinas Pariwisata, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung serta para ahli seni dari daerah dan pusat.
Pada bulan Mei tahun 1989, Tari Sigeh Penguten (Tari Sembah) didaulat sebagai ikon budaya Provinsi Lampung. Gerakan, busana, properti, iringan musik dan pola lantainya kemudian diseragamkan.
Fungsi dan Makna Tari Sembah
Makna Tari Sembah berangkat dari falsafah hidup yang dipegang masyarakat Lampung yaitu nemui nyimah dan nengah nyappur. Nemui nyimah berarti menjaga silaturahmi dan ramah dalam menerima tamu, sedangkan nengah nyappur berarti mudah bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Tari Sembah berfungsi sebagai pembuka acara pada kegiatan ritual adat, hari besar Islam, hajatan, upacara adat pernikahan, pengangkatan pesirah dan kunjungan dari tokoh masyarakat. Tari tradisional klasik ini berfungsi sebagai tarian penyambut tamu kehormatan, baik itu para raja ataupun para tamu agung dengan mempersembahkan kapur sirih sebagai simbol kekeluargaan.
Pola Lantai
Pola lantai pada Tari Sembah berbentuk lingkaran (simbol kekeluargaan), segitiga, anak panah dan garis vertikal/deret (simbol keberanian). Tari ini tergolong tari kelompok yang diperagakan oleh para penari wanita, dengan jumlah penari ganjil (3,5,7,9), paling sedikit dibawakan oleh 3 orang dan paling banyak 9 orang. Penari yang berada di urutan paling depan akan membawa kotak berisi sekapur sirih yang bernama Tepak dan diakhir tarian isi tepak tersebut akan dibagikan kepada tamu kehormatan.
Gerakan
Pada tari sembah ini terdapat 12 gerakan dengan 8 gerakan pada posisi berdiri dan 4 gerakan pada posisi duduk.
a. Posisi Berdiri
Pada posisi berdiri terdapat gerakan Belah Huwi, Gubuh Gakhang, Kenui Melayang, Lapah Tebeng, Lipetto, Samber Melayang, Seluang Mudik dan Tolak Tebeng.
1. Belah Huwi
Belah Hui dikenal juga sebagai gerakan membelah bambu. Kedua tangan diluruskan dengan posisi menyilang, pergelangan tangan kanan berada di bawah tangan kiri. Kemudian tangan dibuka ke samping kiri dan kanan, lalu diangkat ke arah depan seraya meluruskan tangan ke atas dada. Gerakan ini melambangkan sikap pantang menyerah dan pekerja keras.
2. Gubuh Gakhang
Gubuh Gakhang adalah gerakan dengan mengayunkan tangan ke arah depan dan belakang dengan kedua kaki melangkah secara bergantian (gerakan untuk berpindah tempat). Gerakan ini melambangkan sifat berani dan bertanggung jawab.
3. Kenui Melayang
Gerakan Kenui Melayang (Sabung melayang) adalah gerak dengan kedua tangan dirapatkan dengan posisi kaki menyilang.
Kemudian tangan diayunkan seperti burung yang sedang terbang melayang.
4. Lapah Tebeng
Lapah tebeng merupakan gerakan pembuka dan penutup pada tari sembah (gerakan ketika masuk dan meninggalkan panggung). Gerakan ini berupa berjalan ke arah depan dengan kaki kanan dilangkahkan terlebih dahulu. Lapah Tebeng berasal dari kata ‘Lapah’ yang memiliki arti jalan dan kata ‘Tebeng’ yang memiliki arti lurus. Dapat disimpulkan bahwa Lapah Tebeng adalah gerakan berjalan dengan lurus atau berjalan tanpa beban. Gerakan ini melambangkan sikap percaya diri.
5. Lipetto
Lipetto adalah gerakan tangan yang menekuk ke arah dalam sebatas dada kemudian posisi kaki menyilang seraya berputar ditempat. Gerakan Lipetto melambang sifat penuh kesabaran.
6. Samber Melayang
Samber Melayang adalah gerakan penghubung dari gerakan satu ke gerakan yang lainnya.
7. Seluang Mudik
Seluang mudik adalah gerakan perpindahan dari posisi berdiri menuju posisi duduk (Jong Simppuh). Gerakan Seluang Mudik dibagi menjadi dua yaitu seluang mudik turun dan seluang mudik naik. Seluang Mudik berasal dari kata ‘Seluang’ yang memiliki arti ikan kecil yang tinggal di sungai dan kata ‘Mudik’ yang memiliki arti pulang (kembali).
8. Tolak Tebeng
Tolak Tebeng adalah gerakan sebelah tangan menekuk ke dada dan tangan sebelahnya lagi lurus ke arah samping seraya kedua kaki nge-kengser (srisig). Gerakan Tolak Tebeng melambangkan sikap berani dalam menolak hal yang bersifat buruk.
b. Posisi Duduk
Pada posisi duduk terdapat empat gerakan yaitu Jong Ippek, Jong Sembah, Jong Silo Ratu dan Jong Simppuh.
1. Jong Ippek
Jong Ippek adalah gerakan perpindahan dari gerak Jong Simpuh ke gerakan Jong Silo Ratu. Gerakan memindahkan titik tumpuan dengan duduk dan pantat menjadi titik tumpu, kemudian kaki menyilang ke arah depan hingga menjejak ke lantai.
2. Jong Sembah
Jong Sembah adalah gerakan menyembah dengan posisi duduk, kaki menyilang ke depan, postur badan tegak, serta posisi kedua telapak tangan bertemu dan sejajar dengan hidung. Gerakan ini melambangkan sikap sopan dan hormat.
3. Jong Silo Ratu
Jong Silo Ratu atau Mejong Silo Khatu adalah gerakan duduk dengan kaki kiri menyilang ke arah depan dan kaki kanan diluruskan ke arah depan, sedangkan posisi kedua telapak tangan menyilang berada di atas lutut. Gerakan ini melambangkan sikap sopan santun dan kerapian.
4. Jong Simppuh
Jong Simmpuh adalah gerakan duduk dengan kaki bersimpuh dan posisi badan tegap hendak merunduk (bersimpuh). Gerakan ini melambangkan penghormatan kepada tamu agung.
Alat Musik Pengiring
Alat musik pengiring dari Tari Sembah adalah alat musik tabuh seperti Tallo Ballak dan Tallo Lunik, Canang, Gendang, Gujih Gung, Kulintang. Tallo Balak adalah gong atau kempul besar. Tallo Lunik adalah gong atau kempul kecil. Tempo yang digunakan dalam memainkan alat musik ini ada yang cepat (gupek) dan yang lambat (tarei). Tallo balak instrumennya berjumlah 19 buah, dimana para penayakan (penabuh) berjumlah 12 orang.
Busana dan Properti
Busana dan properti yang digunakan pada Tari Sembah memiliki makna berupa kesucian, keanggunan dan lemah lembut perangai wanita Lampung. Berikut penjelasan detailnya:
a. Bagian Kepala
Pada bagian kepala terdapat aksesoris dan properti seperti gaharu kembang goyang, ikat kepala, sanggul belatung tebak, siger dan subang giwir.
1. Gaharu Kembang Goyang
Gaharu kembang goyang merupakan aksesoris yang dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan yang dipasang pada sanggul.
2. Ikat Kepala
Ikat kepala berfungsi sebagai penekan kepala yang terbuat dari kain berwarna merah dengan hiasan bunga dan pada bagian bawahnya terdapat ornamen daun dengan warna keemasan dari kuningan.
3. Sanggul Belatung Tebak
Pada tari sembah, Sanggul belatung tebak digunakan beserta dengan hiasan rangkaian kembang bunga melati (bunga melur).
4. Siger
Siger adalah mahkota khas adat Lampung yang dikenakan oleh pengantin wanita, namun juga dikenakan oleh para penari tari sembah. Mahkota ini berbentuk segitiga dengan tujuh ataupun sembilan lekukan berwarna keemasan yang dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan dan pada puncak lekukan terdapat ornamen bunga.
5. Subang Giwir
Subang Giwir atau giwang atau lebih dikenal dengan sebutan anting-anting adalah aksesoris yang dikenakan pada telinga penari. Sepasang anting tersebut dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan menyerupai bentuk mahkota siger minimalis.
b. Bagian Badan
Pada bagian badan menggunakan 2 busana utama (tapis pucuk rebung dan sesapur), 7 aksesoris (selendang tapis, bebe usus ayam, bulu seratte, buah jukum, papan jajar, 4 jenis gelang dan tanggai) dan 1 properti (tapak).
1. Tapis Pucuk Rebung
Tapis Pucuk Rebung adalah kain tenun tradisional berbahan dasar katun dengan sulaman dari benang emas dengan motif pucuk rebung (tumpal) dan kain ini digunakan sebagai busana bagian bawah para penari. Bagi masyarakat Lampung, kain tapis adalah kain ibu, dimana kain tersebut melukiskan perangai lemah lembut dan lambang dari hati dari seorang ibu yang suci.
2. Sesapur
Sesapur adalah baju kurung berwarna putih berlengan pendek (ada pula berlengan panjang) namun tidak berangkai pada setiap sisinya yang digunakan sebagai baju atasan. Pada bagian bawah baju ini terdapat ornamen berupa rumbai dengan gantungan koin berwarna emas (rumbai ringgit).
3. Selendang Tapis
Selendang Tapis terbuat dari kain tenunan dengan sulaman benang kuning keemasan dengan warna yang paling dominan digunakan seperti hitam dan merah.
4. Bebe Usus Ayam
Bebe Usus Ayam adalah penutup dada berwarna putih yang terbuat dari sulaman usus dari kain satin dengan motif menyerupai bunga teratai.
5. Bulu Seratte
Bulu Seratte atau sering disebut sebagai pending (bebadang) merupakan sabuk (ikat pinggang) dari kain beludru yang dilapisi kain merah dengan hiasan bunga yang terbuat dari bahan kuningan.
6. Buah Jukum
Kalung buah jukum termasuk kalung yang cukup panjang, dikenakan dengan cara melingkarkan kalung tersebut dari bagian bahu, perut dan hingga ke bagian belakang. Bentuk kalung ini menyerupai buah jukum yang terbuat dari biji-biji kecil dan bergerigi dari bahan kuningan, yang dirangkai dengan potongan kain kecil menggunakan benang.
7. Papan Jajar
Papan jajar atau Mulan Tamanggal adalah ornamen yang digunakan pada leher, seperti kalung namun panjangnya menutupi dada, berbentuk seperti perahu yang dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan. Papan Jajar dapat disebut sebagai kalung adat Lampung, bisa digunakan untuk pria dan wanita.
8. Gelang
Pada Tari Sembah menggunakan empat gelang yaitu gelang burung, gelang kano, gelang khui dan gelang pipih. Gelang burung dikenakan pada kedua lengan (di bawah bahu, pada lengan kanan dan kiri). Seperti namanya, gelang burung bentuknya mirip burung lengkap dengan sayap dan ekornya yang dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan. Bagian atasnya direkatkan kain bertekstur halus dengan lubang-lubang kecil (bebe), kain tersebut digunakan untuk mengikat gelang burung pada lengan.
Gelang kano dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan yang telah diukir dan dikenakan pada kedua pergelangan tangan.
Pada gelang pipih dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan yang telah diukir dengan bentuk pipih disertai rantai kecil dan dikenakan pada kedua pergelangan tangan.
Sedangkan gelang khui dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan dengan bentuk duri dan dikenakan pada kedua pergelangan tangan. Pada penggunaan gelangnya, susunannya diawali oleh gelang pipih, kemudian gelang khui pada posisi tengah dan terakhir gelang kano.
9. Tanggai
Tanggai merupakan ornamen yang digunakan pada jari yang berbentuk seperti kuku imitasi dengan warna emas yang terbuat dari bahan kuningan.
10. Tepak
Tepak adalah wadah berbentuk kotak dari bahan kuningan guna menempatkan sekapur sirih dan perlengkapan menginang. Tepak beserta isinya diyakini dapat menangkal hal-hal negatif yang dapat mengganggu kelancaran acara yang sedang digelar (penolak bala).
Seiring dengan perkembangan zaman, tepak kini dihias agar hingga tampak menarik dan isinya pun tak hanya sekapur sirih dan perkinangan tetapi ada juga yang berisi coklat, permen atau barang lainnya, tergantung acara apa yang sedang digelar.
Indonesia dikenal dengan kekayaan ragam budayanya, sudah sepantasnya kita ikut serta dalam mentradisikan budaya di daerah tempat kita bernaung.