Tari ronggeng merupakan sebuah kesenian tari dari Jawa Barat yang melekat dengan masyarakat sejak zaman dulu walaupun pernah dianggap sebagai suatu kesenian yang negatif dan melanggar norma masyarakat karena gerakannya yang cenderung sensual dan menggoda.
Meskipun seringkali dikaitkan dengan hal hal yang berbau mistis dan menyeramkan, tarian yang tidak hanya berkembang di wilayah Jawa Barat ini memiliki nilai seni dan budaya yang kental dan menarik.
Untuk penjelasan lebih detail mengenai tarian tradisional satu ini, simak artikel di bawah ini sampai habis!
Sejarah Tari Ronggeng
Menurut sejarah, awal mula kemunculan tari ronggeng didasari oleh cerita yang unik dan menguras emosi. Tarian ini berawal dari kisah Dewi Siti Semboja dari Keraton Galuh Pakuan Pajajaran yang ingin membalaskan dendam atas kematian kekasihnya Raden Anggalarang yang dibunuh oleh sekelompok perampok di bawah pimpinan Kasalamudra pada saat perjalanan menuju Pananjung, Pangandaran. Dalam peristiwa tersebut, Dewi Siti Semboja berhasil selamat dan bersembunyi di daerah sekitar kaki gunung Pangandaran.
Dewi Siti Semboja yang tidak terima atas kematian kekasihnya tersebut kemudian menyamar menjadi penari ronggeng keliling bersama dayangnya. Mereka mengelilingi daerah Pangandaran dari wilayah kerajaan hingga pelosok pegunungan untuk mencari pembunuh kekasihnya untuk membalaskan dendam.
Kisah tentang awal mula munculnya tari ronggeng tersebut dibuktikan dengan temuan arkeolog berupa candi di wilayah kampung Sukawening, Desa Sukajaya, Pamarican, Ciamis pada tahun 1977. Di kalangan masyarakat sekitar, candi tersebut dikenal dengan nama candi ronggeng meskipun para arkeolog menyebutnya candi Pamarican karena terletak di daerah Pamarican. Hal tersebut dikarenakan di sekitar lokasi candi juga ditemukan arca nandi dan batu yang berbentuk mirip gong kecil yang dipercayai memiliki hubungan dengan tari ronggeng.
Fungsi, Makna dan Filosofi
Dulu, pertunjukan tari ronggeng digunakan sebagai media hiburan masyarakat yang dilakukan secara berkeliling, namun banyak yang menganggap bahwa tarian ini merupakan bentuk prostitusi terselubung karena gerakan-gerakannya yang intim dan erotis.
Seiring berjalannya waktu, tari ronggeng telah banyak ditampilkan pada acara-acara hajatan seperti pesta pernikahan dan khitanan dengan penampilan yang telah disesuaikan. Bahkan tak jarang tarian ini juga dijadikan sebagai tarian selamat datang untuk menyambut tamu. Selain sebagai ajang pertunjukan dan hiburan, tari ronggeng mengandung beberapa makna dan filosofi layaknya Tari Kecak.
Tari ronggeng mengandung unsur dinamisme yang ditandai dengan beberapa anggota yang memiliki satu benda khusus sebagai penangkal bahaya dan malapetaka jika ada orang iri serta untuk mempertahankan kewibawaan agar tetap disegani oleh anak buahnya. Tarian ronggeng juga mengandung unsur animisme yang mana sebelum pertunjukan ronggeng selalu disiapkan sesaji agar selama pertunjukan roh-roh jahat tidak bisa mengganggu dan pertunjukan berjalan dengan lancar.
Selain itu tari ronggeng seringkali dihubungkan sesuatu yang berbau magis, hal tersebut dikarenakan para penari ronggeng biasanya memiliki doa pengasih atau mantra khusus yang digunakan agar dia disukai oleh penonton. Maka tak jarang jika penonton akan tergila gila oleh sang penari ronggeng dan selalu teringat kepada ronggeng tersebut bahkan setelah pertunjukan selesai.
Mantra yang digunakan oleh ronggeng untuk menarik perhatian penonton biasanya menggunakan bahasa Jawa kuno atau Sunda kuno agar tidak diketahui saat diucapkan. Namun kesan magis akan semakin terasa ketika makna dari mantra tersebut diketahui dan dipahami isinya.
Pola Lantai dan Gerakan
Tari ronggeng menggunakan pola lantai diagonal dengan gerakan-gerakan penari yang lincah, luwes, dan berenergi. Gerakan gerakan yang ditarikan penari biasanya adalah geol, tindak, putar goyang, tapat tindak, selancar tindak, dan gerakan-gerakan lain yang menggoda.
Seiring perkembangannya, gerakan tari ronggeng telah disesuaikan dengan budaya yang berlaku di masyarakat sehingga tidak terlalu menggoda dan bisa ditampilkan oleh siapapun dan segala usia. Penyesuaian tersebut juga dimaksudkan agar tari ronggeng bisa ditampilkan di segala acara dan menjadi bagian dari kesenian Indonesia yang dapat dilestarikan walaupun saat ini tari ronggeng sudah sangat jarang ditemui.
Jenis-jenis Tari Ronggeng
1. Tari Ronggeng Blantek
Tari ronggeng blantek muncul pada zaman kolonial Belanda dan merupakan kesenian khas suku Betawi yang mana dalam busana penarinya dipengaruhi oleh budaya Tionghoa.
Pada zaman dulu, tarian ini biasanya ditampilkan pada saat pembukaan pertunjukan topeng blantek yaitu sebuah pertunjukan teater rakyat yang dipentaskan untuk menghibur para tuan tanah. Tari ronggeng blantek diiringi dengan alat musik tanji seperti trombone, gong, terompet, simbal, bariton, tehyan, dan kendang.
Saat ini, tarian kreasi ini menjadi pelengkap pertunjukan kesenian jipeng, dan terkadang dipentaskan secara independen dalam acara-acara kebudayaan dan juga digunakan sebagai pertunjukan penyambutan tamu.
2. Tari Ronggeng Bugis
Seperti tari Sintren, tarian ini berasal dari Cirebon, meskipun berasal dari Cirebon, tari ronggeng bugis diambil dari sebuah suku di daerah Sulawesi Selatan.
Sejarah kemunculan tari ronggeng bugis berawal dari wilayah Cirebon yang melepaskan diri dari kekuasaan Maharaja Pakuan Pajajaran dan membentuk sebuat pasukan khusus yang dibantu oleh prajurit kerajaan Bugis. Pasukan khusus tersebut bertugas untuk memata-matai kerajaan Pajajaran dengan cara menyamar sebagai penari ronggeng.
Hal tersebut membuat tari ronggeng bugis ditarikan oleh penari laki-laki yang berdandan seperti perempuan, agak berbeda dengan ronggeng lain yang identik dengan penari perempuan.
Kesenian ronggeng bugis biasanya menyita perhatian penonton dengan unsur komedi yang dibawakan dan didukung dengan tata rias penari yang menyerupai badut. Meskipun begitu, dibanding dengan jenis ronggeng lainnya, tarian ini jarang dikenal oleh masyarakat luas.
3. Tari Ronggeng Gunung
Tari ronggeng gunung merupakan cikal bakal kesenian tari ronggeng dan merupakan jenis tertua dari kesenian tersebut.
Berawal dari kisah penyamaran seorang Dewi Siri Semboja untuk membalaskan sakit hati atas kematian kekasihnya, tarian ini kemudian berkembang dan menjadi bagian dari kesenian rakyat. Sesuai dengan namanya, tari ronggeng gunung berkembang di wilayah pegunungan dan lahir dari perpaduan antara kesenian baidor dan pencak silat.
Dulu tari ronggeng gunung sering dipentaskan pada saat upacara adat pertanian, acara khitanan, hajatan pernikahan, dan penyambutan tamu. Tari ronggeng yang dikenal hingga saat ini merupakan perkembangan dari jenis tari ronggeng gunung yang telah diubah di beberapa bagiannya.
Pertunjukan
1. Iringan Musik
Pertunjukan tari ronggeng diiringi oleh pengibing yang terdiri dari sinden, sekelompok lelaki yang mengenakan sarung, dan penabuh gamelan.
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ronggeng adalah gong, tabuhan kendang, dan boning yang menciptakan irama khas dan menggetarkan hati. Dalam hal ini ada aturan tertentu pada saat pertunjukan ronggeng yaitu antara penari dan pengibing tidak boleh ada kontak atau interaksi secara langsung. Selain itu, mereka juga diharuskan memiliki ketahanan fisik yang kuat karena pertunjukan tari ronggeng bisa berlangsung hingga berjam jam.
Tarian ini diiringi oleh sekitar 18 lagu yang dinyanyikan oleh sinden, lagu-lagu tersebut diantaranya adalah ladrang, parut, ondai, liring, manangis, urung-urung, kudupturi, sisigaran, raja pulang, cacar burung, trondol, tunggul kawung, mangonet, dan lainnya. Lagu-lagu tersebut memiliki kesamaan yaitu mengandung lirik yang berisi syair-syair puitis Jawa kuno dan memiliki irama bebas. Tembang-tembang tersebut menggunakan nada tinggi dan penuh alunan suara (legato) dengan rumpaka sebagai media penampilan.
Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa tembang tersebut mirip dengan bentuk tembang sunda beluk yang membuatnya sulit ditranskripsikan dan ditulis notasinya sehingga saat ini ronggeng yang bisa menyanyikannya.
2. Busana penari
Penari utama ronggeng merupakan seorang wanita yang memakai pakaian adat Jawa berupa kebaya dan kain batik atau kebat serta sehelai selendang yang digunakan untuk menarik penonton laki-laki untuk diajak menari bersama. Pertunjukan tari ronggeng biasanya juga disertai dengan beberapa orang penari laki-laki yang memakai kostum berupa ikat kepala, sarung, dan sebilah golok yang diselipkan di pinggangnya.
3. Properti
Dalam pertunjukan tari ronggeng, beberapa properti yang digunakan adalah selendang, ronce, keris atau golok yang dipakai oleh penari laki-laki, dan sesajen yang dipersembahkan sebelum pertunjukan berlangsung. Ada juga jenis tari ronggeng yang menggunakan properti berupa topeng dan keris dalam pertunjukannya, biasanya adalah tari ronggeng blantek.
Fakta Unik
1. Tarian khas Pasundan, Jawa Barat
Tari ronggeng berasal dan berkembang di Pasundan, jawa barat dan menjadi salah satu tarian khas daerah tersebut. Tarian yang diiringi dengan alat beberapa alat musik seperti biola dan rebab tersebut dilakukan dengan penari yang bertukar kalimat-kalimat humaniora.
2. Berawal dari usaha balas dendam
Di atas telah disinggung dalam sejarahnya bahwa terciptanya tari ronggeng dilatarbelakangi oleh kisah yang ironis. Tarian ini berawal dari kisah penyamaran Dewi Siti Semboja bersama dayangnya yang sedang mencari perampok yang telah membunuh kekasihnya untuk membalaskan dendam.
Kisah tersebut diperkuat dengan ditemukannya sebuah candi di daerah Pamarican yang mana di sekitar lokasi tersebut juga ditemukan batu yang berbentuk mirip kenong yaitu alat musik sejenis gong yang mengiringi tari ronggeng. Penemuan tersebut kemudian dipercaya sebagai awal mula terciptanya tari ronggeng gunung oleh masyarakat Pamarican.
3. Bukan sekadar hiburan rakyat
Walaupun dulu tari ronggeng ditampilkan secara berkeliling dan menjadi hiburan untuk masyarakat, namun tarian ini juga memiliki fungsi dan makna yang lebih dari itu.
Tari ronggeng juga seringkali ditampilkan pada saat upacara penanaman padi atau upacara bercocok tanam lainnya. Hal tersebut dikarenakan dalam mitologi Sunda, Dewi Siti Semboja dianggap seperti Nyai Pohaci Sanghyang Asri yang mana sering dikaitkan dengan kesuburan dan kegiatan bertani.
Berarti, pertunjukan tari ronggeng terbagi menjadi dua yaitu sebagai penampilan pada upacara adat yang sakral dan juga sebagai hiburan rakyat yang dapat dinikmati oleh siapapun. Pada pertunjukan tari ronggeng untuk upacara adat, biasanya memiliki pakem tertentu yang tidak dapat diubah sedangkan tari ronggeng sebagai hiburan lebih bebas dikreasikan karena tidak terikat pada pakem.
4. Tarian yang identik dengan hal-hal erotis
Tak hanya dianggap memiliki kesan seram, tari ronggeng juga dianggap sebagai hiburan yang identik dengan hal-hal yang berbau seksualitas. Hal tersebut dikarenakan pada zaman dulu tari ronggeng dibawakan dengan erotis, para penari akan melakukan gerakan-gerakan yang menggoda dan mengajak penonton untuk menari bersama dengan mengalungkan selendangnya ke leher penonton.
Gerakan yang dilakukan saat menari tersebut terkadang sedikit intim serta melanggar kesopanan dan pada akhir acara, penonton akan memberikan saweran berupa uang untuk sang ronggeng. Itulah mengapa tari ronggeng dulu seringkali dikaitkan dengan hal-hal yang berbau pelacuran sebagaimana yang dikisahkan oleh Ahmad Tohari dalam novelnya yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk. Meskipun demikian, saat ini tari ronggeng mengalami perkembangan dan telah disesuaikan dengan adat dan norma yang berlaku di masyarakat sehingga kesenian ini bisa menjadi warisan budaya Indonesia.
Kesenian tari ronggeng mulai jarang ditemukan saat ini karena tradisi dan kesulitan dalam menampilkannya yang membuat para penerusnya kesulitan mempelajarinya saat penari ronggeng senior telah meninggal dunia.
Akan tetapi tari ronggeng tetap melekat sebagai kesenian warisan Indonesia dan menjadi bagian dari budaya tanah air tercinta ini.
Selain tari Ronggeng, Jawa Barat juga punya kesenian tari lain yang bisa kamu pelajari, yaitu Tari Manuk Dadali dan Tari Bambangan Cakil.