Dari sekian banyak tari tradisional yang ada di Indonesia, Tari Reog Ponorogo adalah satu dari beberapa tari yang sering ditampilkan di publik, mulai tingkat lokal, nasional, hingga internasional.
Seperti halnya tari Seblang, tari Reog Ponorogo juga memiliki keunikan dari properti yang digunakan.
Oleh karena itu, tidak perlu ditanyakan lagi apabila kesenian tari tradisional dari Jawa Timur ini sudah banyak dikenal.
Namun, apa kamu yakin sudah benar-benar mengenal Tari Reog Ponorogo?
Kalau belum, yuk, kita simak penjelasan tentang Tari Reog Ponorogo, lengkap dari asal-usul, gerakan, pakaian, hingga gambar maupun videonya
Pengertian dan Sejarah Tari Reog Ponorogo
Apa itu tari Reog Ponorogo?
Reog Ponorogo adalah tari tradisional yang berasal dari daerah Barat-Laut Provinsi Jawa Timur dan Ponorogo.
Kata “reog” sendiri berasa dari kata “riyokun” yang artinya khusnul khotimah.
Tarian yang terkenal dengan Singo Barongnya ini dinilai masih kental dengan ilmu kebatinan dan hal-hal mistis lainnya.
Selain itu, tari Reog Ponorogo dibawakan dengan beberapa jenis alat musik iringan, seperti kendang, demung, saron, peking, gong, kempul, dan juga slenthem.
Konon, asal usul tarian yang termasuk jenis kesenian tradisional ini berasal dari pemberontakan abdi dalem Kerajaan Majapahit di masa kepemimpinan Raja Bhre Kertabumi, Ki Ageng Kutu.
Pemberontakan ini dilatarbelakangi oleh beberapa kegelisahan.
Pertama, yaitu gelisah akan pengaruh istri Raja Bhre Kertabumu dari Tiongkok yang kuat.
Kedua, yaitu pemerintahan Kerajaan Majapahit yang sangat korup.
Ketiga, yaitu ancaman keruntuhan kekuasaan dari Kerajaan Majapahit.
Atas dasar itu, Ki Ageng Kutu kemudian meninggalkan kerajaan dan mendirikan sebuah perguruan yang mengajarkan ilmu kekebalan diri, seni bela diri, dan ilmu kesempurnaan kepada anak-anak muda.
Harapannya adalah agar anak-anak muda ini menjadi bibit dari kebangkitan Kerajaan Majapahit.
Disebabkan oleh pasukannya yang terlalu kecil dan lemah untuk melawan pasukan Kerajaan Majapahit, Ki Ageng Kutu memutuskan melawan kerajaan dengan pesan politis melalui pertunjukkan Reog.
Ia berharap, pertunjukkan Reog bisa membangun perlawanan masyarakat lokal dan bisa menyampaikan pesan sindiran kepada raja Kertabumi dan pemerintahannya.
Sindiran dari Ki Ageng Kutu disampaikan melalui topeng berkepala singa yang disebut Singa Barong.
Topeng ini menampilkan singa sebagai simbol Raja Kertabumi dan bulu-bulu merak raksasa tertancap yang dapat ditafsirkan sebagai pengaruh kuat Tiongkok terhadap kekuasaan raja.
Lalu ada pula simbol kekuatan kerajaan Majapahit yang direpresentasikan melalui jathilan yang diperankan penari gemblak yang menunggang kuda.
Kemudian ada warok sebagai simbol Ki Ageng Kutu yang digambarkan melalui orang bertopeng badut merah yang menopang beban berat topeng Singa Barong sendirian.
Dimana kemudian ia dikenal sebagai pencipta tari Reog Ponorogo.
Kepopuleran seni Reog ini menyebabkan Raja Kertabumi menyerang perguruan milik Ki Ageng Kutu dan tidak boleh ada kegiatan pengajaran lagi.
Namun karena sudah terlanjur populer, seni Reog ini tetap dipertahankan dengan alur baru dan ditambah dengan beberapa tokoh seperti Dewi Songgolangit, Klono Sewandono, dan Sri Genthayu.
Kini, versi cerita tentang tari Reog Ponorogo yang lebih dikenal adalah tentang Raja Ponorogo yang dihalangi oleh Raja Singa Barong dari Kediri saat akan melamar Putri Kediri, Dewi Ragil Kuning.
Sehingga, tari Reog Ponorogo menggambarkan peperangan antara Kerajaan Ponorogo dengan Kerajaan Kediri.
Perang ilmu hitam yang terjadi digambarkan dengan para penari yang kerasukan saat mementaskan tari Reog Ponorogo.
Tokoh atau Komponen Penari
Tokoh-tokoh tari Reog Ponorogo bermain pada waktu yang berbeda dan masing-masing mempunyai keunikan tersendiri.
Untuk lebih lengkapnya, simak deskripsi, foto, dan penjelasannya berikut:
1. Warok
Nama “warok” sendiri berasal dari kata “wewarah” berarti orang yang memiliki tekad suci, memberikan perlindungan, dan tuntutan secara ikhlas atau tanpa pamrih.
Dalam kesenian tari Reog Ponorogo, Warok digambarkan sebagai seseorang yang menguasai ilmu baik lahir maupun batin dan mempunyai ciri-ciri menggunakan kostum serba hitam.
2. Jathil
Mulanya, jathil ditarikan oleh laki-laki halus, tampan atau mirip wanita cantik yang disebut dengan gemblak.
Namun, kini jathil ditarikan oleh wanita agar lebih feminim.
Tokoh tari yang dibawakan dengan ekspresi semangat dan saling berpasangan ini menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda saat berlatih.
Keunikan para penari jathil yaitu terletak pada properti kuda yang digunakan dan gerakan yang cekatan, lincah, dan juga halus.
3. Klono Sewandono
Klono Sewandono digambarkan sebagai seorang raja yang sakti dan memiliki pusaka Pecut Samandiman.
Kegagahan Raja Klono ini digambarkan dengan gerakan tari yang lincah dan berwibawa.
Selain itu, karena menurut cerita ia menciptakan kesenian indah untuk memenuhi permintaan kekasihnya, maka tariannya juga terkadang menggambarkan seseorang yang kasmaran.
Ciri-ciri dari penari ini adalah menggunakan topeng berwarna merah dengan berbagai corak hiasan.
4. Bujang Ganong (Ganongan)
Penampilan dari Bujang Ganong merupakan salah satu yang paling ditunggu oleh penonton saat pentas.
Hal ini tidak lepas dari gerakan tari enerjik, lucu, dan ada unsur bela diri yang mewakili karakter tokoh patih muda yang cekatan, cerdik, jenaka, sakti, dan berkemauan keras.
Figur patih muda yang buruk rupa digambarkan dengan penari yang menggunakan topeng dari kayu dadap berwarna merah menyala dengan mata melotot, gigi menonjol, dan hidung yang besar, lengkap dengan rambut yang terbuat dari ekor kuda.
5. Singo Barong
Tokoh ini digambarkan dengan kepala harimau dengan hiasan bulu merak.
Topeng yang menjadi ciri khas dari tokoh ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Caplokan atau kepala harimau yang terbuat dari kerangka bambu dan kayu yang ditutup dengan kulit harimau;
2. Dadak merak yang terbuat dari bambu, rotan, dan bulu merak; dan
3. Krakap yang terbuat dari kain beludru warna hitam dan disulam dengan monte.
Pembagian Pertunjukkan
Dalam setiap pementasan tari Reog Ponorogo terdapat tiga bagian pertunjukkan yang masing-masing menampilkan tokoh dan penampilan yang berbeda.
Berikut adalah penjelasannya:
1. Tarian Pembuka
Penampilan tari Reog Ponorogo diawali dengan 2-3 tarian.
Tarian pertama diisi oleh penampilan 6-8 orang penari pria dengan pakaian serba hitam yang menggambarkan seekor singa pemberani.
Lalu dilanjutkan dengan Jathilan yang dimainkan oleh 6-8 penari perempuan, lengkap dengan properti kuda dari anyaman bambu yang disebut kuda lumping.
Bisa dikatakan propertinya hampir sama dengan properti Tari Kuda Lumping dari Yogyakarta.
Tarian pembuka yang terakhir adalah Bujang Ganong atau Ganongan yang dibawakan oleh anak kecil atau orang dewasa.
2. Tarian Inti
Tari Reog Ponorogo tidak mempunyai skenario khusus.
Sehingga tarian inti yang ditampilkan tergantung dengan konteks atau kondisi dimana tari Reog Ponorogo ditampilkan.
3. Tarian Penutup
Seni tradisional ini ditutup dengan penampilan Singo Barong dengan penari dengan topeng seberat 60-60 kg yang dibawa menggunakan gigi.
Kostum dan Propertinya
Tari reog Ponorogo ditampilkan dengan busana yang unik dan juga lengkap dengan properti pendukungnya.
Beberapa diantaranya sudah banyak dikenal dan menjadi ciri khas yang sudah melekat pada tari tradisional ini.
Jika kamu perhatikan juga, properti yang digunakan pada tari Reog Ponorogo mirip dengan properti tari Barong dari Bali.
Nah, untuk lebih tahu secara mendalam, berikut adalah beberapa penjelasan mengenai busana dan properti tari Reog Ponorogo:
1. Barongan/ Dadak Merak
Barongan berbentuk kepala singa dengan hiasan bulu merak dengan tinggi 2,25 meter dan berat mencapai 2,3 kg.
Secara keseluruhan, berat barongan ini sekitar 50-60 kg dan digunakan oleh penari Singa Barong.
2. Binggel
Binggel merupakan gelang yang digunakan oleh para penari di pergelangan kaki.
Properti yang dipakai di kaki kiri dan kanan ini mempunyai warna kuning emas dengan corak horizontal berwarna hitam atau coklat di bagian tengah.
3. Cakep
Cakep merupakan gelang yang digunakan oleh para penari di pergelangan tangan kiri dan kanan penari.
Gelang yang terbuat dari beludru ini mempunyai pengait berwarna merah serta dipercantik dengan greji kuning berwarna emas di sisi mukanya dan juga payet berwarna cerah seperti kuning, merah, dan hijau.
4. Celana Kepanjen
Secara fisik, celana ini berwarna dasar hitam, terbuat dari beludru berhiaskan bordiran mante emas pada bagian bawah, dan panjangnya hanya mencapai lutut saja.
5. Eblek
Eblek adalah nama lain dari properti kuda lumping yang biasa digunakan oleh pemeran jathilan dan digambarkan sebagai kuda putih dengan mata merah.
6. Epek Timpang
Epek Timpang merupakan sabuk yang berbahan beludru dengan hiasan berupa bordir emas dan timang putih.
Properti yang pasti dipakai oleh setiap penari Reog Ponorogo ini berfungsi sebagai ikat pinggang dan tempat untuk sampur.
7. Gulon Ter
Properti yang satu ini dibuat dari kain beludru dan berhiaskan greji warna kuning emas.
Gulon Ter ini biasa dipakai oleh para penari tari Reog Ponorogo pada bagian pundak sekitar kerah baju dan menyimbolkan karakter seorang prajurit.
8. Jarik/ Jarit
Jarik biasanya digunakan oleh para penari barong, warok, jathilan, dan juga Prabu Kelono Sewandono.
Cara menggunakan jarik yang benar yaitu dengan melilitkan jarik ke pinggang dengan posisi tiga wiruan-nya berada tampak dari luar dan berada di bagian kanan.
Sedangkan untuk motif jarik yang sering dipakai oleh para penari Reog Ponorogo adalah parang barong.
9. Kace
Properti ini berupa kalung berhiaskan greji berwarna kuning emas dan terbuat dari kain beludru.
Selain greji kalung ini juga dipercantik dengan berbagai macam warna payet, seperti hijau, ungu, dan merah, serta renda berwarna kuning emas.
10. Samir dan Bara-Bara
Kedua properti ini mempunyai bentuk seperti anak panah segitiga lancip pada bagian bawah dan terbuat dari kain beludru dengan bordiran monte berwarna emas.
Samir dan bara-bara memiliki bagian ujung yang bergombyok dan ada pula hiasan payet warna-warni pada bagian hiasan monte emas.
11. Sampur
Sampur merupakan kain mirip selendang yang ujungnya terdapat renda greji berwarna emas atau memiliki ujung yang bergombyok.
Properti yang terdiri dari warna merah dan kuning ini dimasukkan ke dalam epek timang dengan bagian warna merah berada di depan dan bagian warna kuning berada di belakang.
12. Serempang
Properti yang biasa dipakai oleh para penampil tari Reog Ponorogo di bagian pundak kanan ini mempunyai ujung yang dapat dikancingkan pada bagian pinggang sebelah kiri.
Selain itu, serempang ini berhiaskan greji berwarna kuning emas dan renda dengan warna senada.
13. Stagen Cindhe
Secara visual, stagen cindhe mempunyai pajang sekitar 4 meter, lebar 10 cm, dan bermotif batik dengan kombinasi warna tertentu, seperti kuning dan hijau.
Properti yang dikenal dengan nama cinde merah ini terbuat dari kain sutera dan fungsinya sebagai selendang yang diikat ke pinggang setelah pemakaian jarik.
Stagen cinde biasanya dipakai oleh penari barong dan Prabu Kelono Sewandono.
14. Udheng
Udheng ini biasanya dipakai oleh penari jathilan dan jenis udheng yang sering dipakai yaitu tapak dara atau gadhung melati.
Cara memakainya yaitu harus diwiru terlebih dahulu menjadi bentuk segitiga sebelum diikat ke kepala penari.
Secara lebih rinci, berikut adalah pembagian pemakaian busana dan properti yang terbagi berdasarkan tokoh tarian yang diwakili:
1. Warok
Sandal, tongkat, jam kantong, hem putih lengan panjang, keris, waktung, kolor, udheng, epek timang, stagen, jarit latar ireng, celana kombor hitam.
2. Jathil
Binggel, srempang, gulon ter, kace, hem putih lengan panjang, sampur merah dan kuning, stagen, epek timang, samir dan boro-boro, jarit parang barong, dan celana.
3. Klono Sewandono
Binggel, keris blangkrak, probo, klat bahu, cakep, kalung lur, kace, uncal, sampur, epek timang, stagen, samir dan boro-boro, jarit, dan cinde merah.
4. Bujang Ganong
Binggel, rompi merah garis hitam, sampur merah dan kuning, epek timang, stagen, embong gombyong, celana dingkikkan.
5. Singo Garong
Baju kimplong, cakep, stagen cinde, embong gambyok, sabuk/ epak hitam merah, celana panjang gombyok.
Pola Lantai dan Ragam Gerak
Terdapat tiga pola lantai yang digunakan dalam pementasan tari Reog Ponorogo, yaitu pola lantai lingkaran, pola lantai melengkung, dan tidak beraturan.
Sedangkan untuk ragam geraknya dapat terbagi dalam empat jenis, yaitu:
1. Gerak Dasar Tari Jathil (Watak Prajurit)
Lari/ jalan nyongklang/ congklang, jalan drap di tempat, sembahan, loncatan, gejukan, tanjakan, polah kaki, jalang lenggang di tempat dan edreg, memutar telapak tangan di samping telinga (ukel karno), lampah tiga, bumi langit (jathil/ warok/ klana sewandana), seblak kanan dan seblak kiri (lawung), serta gladhen peperangan/ kanuragan.
2. Gerak Dasar Tari Bujang Ganong (Watak Lucu, Lincah, Akrobatik)
Besut, sembahan, gerakan lucu (gecul), jalan dobel loncat, ragam incengan, lampah telu (trecet), bapangan, akrobatik, gejuk menggol, dan jalan dobel loncat masuk.
3. Gerak Dasar Tari Klono Sewandono (Watak Gagah)
Sabetan (3×8), jalan gagah (lumaksana gagah), besut, trecet, kiprah, ukel karno, lumaksana ombak banyu trisik, ogek lambung, banteng gambul, bumi langit, coklekan nimbang, coklekan plipis, sabetan trisik, dhadat/ philesan, wuyung/ gandrungan, dan tumpang tali.
4. Gerak Dasar Merak
Ukel prapatan, ukel merak edrek, ukel merak nothol, ukel merak kalangan, lampah jongkok/ brangkangan, dan kebatan berdiri.
Makna Tari Reog Ponorogo
Filosofi dan nilai-nilai yang terkandung dalam tari Reog Ponorogo yaitu:
1. Tari Reog Ponorogo merupakan simbol kejantanan, keperkasaan, dan juga kegagahan.
2. Gerakan dalam tari Reog Ponorogo menggambarkan kehidupan manusia dari lahir, hidup, hingga mati.
3. Warok dianggap sebagai simbol keberanian, ketangguhan, patriorik, dan juga pantang menyerah.
4. Dengan perspektif sejarah, tari Reog Ponorogo mengandung pesan agar kita tidak mudah menyerah serta mempunyai pendirian teguh dan kuat ketika memperjuangkan sesuatu yang kita yakini benar.
5. Dengan perspektif konsep nilai dari Max Scheler, tari Reog Ponorogo dapat ditinjau dari tiga nilai.
Pertama, bahwa tari Reog Ponorogo mengandung nilai-nilai kerohanian, seperti nilai magis, nilai dakwah, nilai kelestarian, dan nilai kepercayaan.
Kedua, bahwa tari Reog Ponorogo mengandung nilai-nilai yang berkaitan dengan unsur lahiriah, seperti nilai kesejahteraan, nilai keadilan, dan nilai kepahlawanan.
Ketiga, bahwa tari Reog Ponorogo mengandung nilai-nilai kesenangan, seperti nilai estetika, nilai kepuasan, nilai hiburan, nilai kompetitif, nilai pertunjukan, dan nilai material.
Itu dia adalah penjelasan tentang tari Reog Ponorogo asal Provinsi Jawa Timur.
Seni tari tradisional ini memang unik, menarik, kaya akan sejarah dan semestinya merupakan tugas kita untuk menjaganya.
Semoga artikel ini bisa memberikan lebih banyak pengetahuan tentang tari tradisional di Indonesia dan membuat kita semakin semangat untuk melestarikan budaya Indonesia.