Tari rampak atau yang juga dikenal dengan rampak bedug merupakan sebuah kesenian tari asal daerah Banten, Jawa Barat yang diiringi bedug. Bedug yang digunakan adalah bedug yang biasanya dipakai oleh umat muslim sebagai penanda adzan akan segera dikumandangkan, namun berhasil dikreasikan oleh masyarakat Banten menjadi sebuah kolaborasi seni tari, musik, dan unsur religi sebagai media hiburan.
Meskipun kelahiran seni tari Rampak terbilang baru, tetapi tidak kalah unik dengan seni tari lain yang berumur lebih lama, seperti tari Manuk Dadali hingga Tari Bambangan Cakil.
Nah, untuk detail informasi mengenai tari Rampak, langsung saja simak artikel di bawah ini!
Sejarah Tari Rampak
Sejarah tari asal Jawa Barat yang satu ini berawal dari sebuah kompetisi adu bedug antar kampung yang diadakan pada kisaran tahun 1950-an di kecamatan Pandeglang. Kompetisi yang mirip dengan kesenian ngadulag atau ngabedug tersebut diadakan untuk menyemarakkan bulan suci ramadhan, hingga tahun 1960-an tradisi rampak bedug kemudian menjadi tradisi hiburan rakyat serta menyebar ke beberapa daerah Banten dan sekitarnya bahkan hingga ke kabupaten Serang.
Setelah itu Haji Ilen menciptakan gerakan gerakan yang pada akhirnya menjadi bagian dari tari yang tergabung dalam kesenian rampak bedug. Tarian tersebut kemudian dikembangkan oleh haji Ilen bersama tiga sahabatnya yaitu Rahmat, Juju, dan Burhata sehingga menjadi kesenian tari rampak yang kita kenal hingga saat ini.
Keempat orang tersebut dijuluki sebagai tokoh seni tari yang mempelopori tari rampak bedug dan disusul dengan kelompok-kelompok lain yang muncul untuk mempelajari tarian ini pada tahun 2002.
Fungsi dan Makna
Kata rampak dari tarian ini berasal dari kata ‘serempak’ yang mana tak lepas dari tarian ini yang bermula dari bedug yang dipukul secara serempak sehingga menciptakan bunyi yang kuat dan berirama khas.
Tari rampak yang berawal dari tradisi hiburan rakyat untuk menyemarakkan Ramadhan memiliki beberapa fungsi lain yaitu dimainkan secara profesional pada acara-acara besar seperti hajatan pernikahan, khitanan, acara peringatan daerah, dan juga perayaan hari besar Nasional.
Tari rampak juga memiliki beberapa makna dan nilai yang terkandung di dalamnya, diantaranya adalah nilai religi; ketika tarian ini dibawakan untuk memeriahkan bulan Ramadhan sebagai pengiring takbiran dan tarawihan, bahkan terkadang juga ditampilkan pada acara ruwatan, sholawat badar, dan sebagai pengiring lagu-lagu bernuansa religi lainnya. Disamping itu tari rampak juga mengandung nilai rekreasi dan hiburan bagi masyarakat yang menonton pertunjukannya ketika ditampilkan pada acara-acara daerah, hari besar nasional, bahkan ketika ditampilkan di luar daerah mereka.
Dan yang terakhir, tarian ini mengandung nilai ekonomis karena kesenian tersebut merupakan pertunjukan layak jual yang mana banyak orang-orang menyewa penari rampak profesional untuk memeriahkan acara yang mereka adakan seperti hajatan khitanan atau pernikahan.
Pola lantai dan Gerakan
Gerakan-gerakan yang ada pada tari rampak merupakan kombinasi antara tarian dengan menggunakan bedug dan rebana sebagai properti sekaligus alat musik yang dimainkan oleh penari. Gerakan tarian ini didominasi oleh gerakan yang ada pada pencak silat dan telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk tarian yang indah. Biasanya motif gerak tari yang digunakan cukup banyak yaitu gebrak, gilas kombinasi, selut, catrok, gojlok, ping-ping cak-cak, sela gunung, haji Salam, celementre, nangtang, kelapa samanggar, anting sela, rurudatan, dan masih banyak lagi.
Hal yang paling penting dalam tari rampak secara keseluruhan adalah kesatuan dan kekompakan penari baik laki-laki maupun perempuan yang menghasilkan gerakan serempak nan indah. Bukti kekompakan penari bisa dilihat dari cara mereka melakukan pola lantai lantai berbentuk garis lurus simetris yang menggambarkan kebersamaan.
Selain itu harmoni yang tergambar dari teknik bentuk, instrumen dan medium yang mana memberikan kontribusi cara penari bergerak, memainkan bedug, dan berinteraksi melalui gerakan-gerakan tertentu dapat menciptakan nilai kebersamaan yang erat.
Gerakan tari rampak biasanya diawali dengan penari pria yang menabuh bedug dengan keras dan beraksi di atasnya sambil menggerak-gerakkan tubuh dan tangan mereka kemudian melompat dari atas bedug dan mengikuti iramanya. Sedangkan penari perempuan membentuk formasi sendiri dan mengikuti irama bedug yang keras dan khas sambil menarikan gerakan-gerakan yang indah.
Pertunjukan Tari Rampak
1. Penari
Dulunya, tari rampak hanya dimainkan oleh laki-laki saja karena untuk menabuh bedug dengan keras, membutuhkan kekuatan laki-laki. Namun seperti tarian tradisional lain yang dalam perkembangannya bisa ditarikan oleh laki-laki maupun perempuan sehingga para perempuan Banten juga bisa ikut andil dalam tradisi tari rampak. Pada akhirnya tari rampak kemudian bisa ditarikan oleh laki-laki dan perempuan sekaligus dengan tugas masing-masing yang membuat tarian menjadi lebih indah.
Biasanya penari rampak terdiri dari 10 orang yaitu 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, dimana tugas penari laki-laki adalah penabuh bedug dan rebana, sedangkan penari perempuan bertugas untuk menabuh bedug, dan mereka semua juga melakukan gerakan-gerakan tari.
2. Iringan Musik
Seperti yang telah dijelaskan dalam sejarah bahwa tari rampak berawal dari pertandingan adu kreasi bedug antar kampung, maka musik utama yang mengiringi tarian ini berasal dari bedug yaitu sebuah alat seperti gendang yang besar terbuat dari kayu dan kulit hewan yang telah disamak, alat ini biasanya digunakan oleh umat muslim untuk menandai datangnya waktu shalat.
Bedug yang digunakan biasanya terdiri dari satu bedug besar yang berfungsi sebagai bass serta satu set bedug kecil yang digunakan untuk mengatur tempo, irama dan dinamika musik yang dimainkan. Sebagai tambahan, ada juga tingtit yaitu sebuah alat musik yang terbuat dari batang pohon kelapa yang dibentuk sedemikian rupa dan digunakan untuk menambah melodi serta menyelaraskan irama lagu-lagi yang bernuansa spiritual.
Selain itu, alat musik yang digunakan adalah anting karam dan anting caram yang terbuat dari batang pohon jambe yang dibentuk dan dililit oleh kulit yang telah disamak, kedua alat musik ini berfungsi sebagai pengiring lagu dan tari rampak.
Bedug-bedug tersebut dijajar dengan rapi dengan disangga oleh dudukan khusus kemudian dipukul dengan keras yang serempak sehingga menciptakan suara yang keras dan kuat, serta dibarengi dengan melodi dan irama dari alat musik lain yang telah ditentukan sebelumnya. Biasanya, lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu yang bernuansa islami.
3. Kostum Penari
Busana yang dipakai oleh penari merupakan pakaian muslim dan muslimah yang menutup aurat dengan beberapa hiasan tambahan yang tidak menghilangkan identitas seorang muslim dan muslimah. Namun biasanya para penari menggabungkan unsur religius dengan unsur tradisional lokal dan juga modern.
Untuk penari perempuan memakai atasan lengan panjang dan kain sepanjang bawah lutut yang didalamnya telah memakai celana panjang silat, namun tak jarang kain yang dipakai sepanjang tumit yang menutupi seluruh kaki penari. Tak lupa penari perempuan juga memakai jilbab atau kain yang menutupi kepala mereka dan tambahan aksesoris lain seperti hiasan kepala dan selendang yang diikatkan ke pinggang penari.
Sedangkan penari laki-laki biasanya memakai pakaian pesilat dengan sorban khas Banten yang disampirkan di pundak mereka, terkadang sorban tersebut bisa juga diganti dengan kain sarung.
Secara keseluruhan kostum penari rampak didesain modern sehingga tidak membosankan dan terkadang diselingi oleh kain-kain yang bermotif batik.
Dalam perkembangannya, busana tari rampak mulai berubah ubah menyesuaikan dengan kondisi pertunjukan dan adat budaya lokal yang menyelenggarakan acara, terkadang jilbab yang digunakan penari perempuan dihilangkan dan diganti dengan sanggul kecil serta hiasan kepala.
4. Properti
Properti utama yang digunakan dalam tari rampak adalah beberapa buah bedug beserta pemukulnya yang disusun berdiri dan juga dudukan sebagai penyangganya. Selain itu juga membutuhkan beberapa rebana dan alat musik lain sebagai pelengkap irama bedug. Untuk properti pada pakaian penari, biasanya untuk penari perempuan menggunakan selendang sedangkan penari laki-laki menggunakan selembar kain berwarna merah.
Perkembangan Tari Rampak
Setelah mengalami perkembangan yang signifikan dari kompetisi kreasi antar kampung untuk menyemarakkan bulan ramadhan yang hadir satu tahun sekali, menjadikan tarian khas suku Sunda ini tampil di berbagai daerah, bahkan terus dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat agar tidak tergerus zaman.
Dewasa ini, tari rampak kemudian dikolaborasikan dengan Tari jaipong khas Jawa Barat (Sunda) serta dijadikan pengiring lagu pop, bahkan kesenian ini juga dikolaborasikan dengan gamelan jawa sehingga menjadi satu kesenian baru yang agak berbeda. Meskipun begitu, tari rampak telah populer tak hanya di kalangan masyarakat Banten saja, tapi juga di seluruh daerah-daerah di Indonesia bahkan hingga ke kancah Internasional.
Hal tersebut dibuktikan dengan orang-orang luar negeri yang datang ke Indonesia untuk mempelajari kesenian ini. Salah satu Universitas di Amerika serikat bahkan membuka kelas khusus budaya Indonesia yang diantaranya adalah mempelajari tentang kesenian tari rampak dan diajar langsung oleh dosen yang berasal dari Indonesia.
Demikian tarian yang menjadi tradisi kebanggaan masyarakat Banten baik muslim maupun tidak karena tari rampak telah banyak berubah sehingga bisa dinikmati oleh khalayak umum tanpa terkecuali, termasuk jika kamu tertarik untuk menonton pertunjukannya atau bahkan mempelajarinya.