Meskipun berada di ujung timur Indonesia, Provinsi Papua memiliki beraneka ragam jenis kebudayaan.
Dari jenis rumah adat, baju adat, alat musik tradisional, dan juga jenis tari adat.
Nah, seperti apa sih jenis-jenis dari tarian Papua tersebut?
Biar tidak penasaran, yuk simak bersama, ulasan tarian papua di bawah ini.
Check it out, guys!
Daftar Jenis Tarian Papua
1. Tari Afaitaneng
Tarian Afaitaneng berkembang di wilayah Ambai, Pulau Yapen, Serui Selatan, Kabupaten Yapen Waropen.
Kesenian adat ini disajikan dengan tema-tema kepahlawanan.
Istilah Afaitaneng sendiri, berasal dari kosa kata Afai yang berarti panah, dan Taneng yang berarti milik, dengan maksud panah milik kami.
Pementasan Tari Afaitaneng biasa dilakukan semalaman, dari sore hingga malam setelah perang.
Tarian ini menggambarkan kekuatan, kehebata, serta kemenangan yang didapat pasukan perang dengan senjata panah.
2. Tari Aluyen
Tari tradisional Aluyen adalah tari yang akan dipertunjukkan saat ada pembangunan rumah baru, pembuatan kebun baru, dan sebagainya.
Umumnya, tari ini dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di Kalasaman, Kabupaten Sorong, provinsi Papua Barat.
Dalam pementasannya, Tari Aluyen dipimpin seorang penari, dengan sekelompok penari pria dan perempuan.
Para penari perempuan terdiri dari 2 baris memanjang di belakang pemimpin.
Sementara, penari laki-laki berada di belakang penari perempuan dengan 2 barisan.
Penari-penari ini memakai baju Kamlaman, dengan perhiasan seperti gelang, manik-manik, dan eme (perhiasan daun pandan).
3. Tari Aniri
Tari Aniri merupakan tarian khas Papua, yang asalnya dari Kampung Koakwa, Kabupaten Fak-Fak.
Tarian ini berhubungan dengan hal-hal mistis, dengan tema pembebasan seorang anak yang diganggu setan, akibat ditinggal orang tuanya yang berkunjung ke dusun.
Istilah Aniri sendiri, mempunyai makna membebaskan anak.
Tari Aniri dimainkan dengan gerakan dinamis dan bersifat sakral, sehingga tidak boleh dimainkan dengan sembarangan.
4. Tari Antoroni
Tari Antoroni adalah tari tradisional yang asalnya dari Yapen Waropen, Wardamen.
Untuk memainkannya, dibutuhkan sekelompok penari laki-laki dan perempuan yang membawa properti seperti umbbe/parang, antoroni/obor, ato/busur panah, afai/panah, rawangguai/priing, serta neina nunggamiai nuntarai/tengkorak manusia.
Untuk mengiringi tarian ini, digunakan alat musik seperti tifa/tikainotu, triton/tabura, dan lagu seperti Sere-sere Muto, Andi Dona-dona Reyo, dan Bosare Bana Yuaou.
Penari yang memainkan Tari Antorini ini wajib mengenakan baju kuwai bua (cawat putih) dan kawui barika (cawat biru).
Penari laki-laki memakai cawat di kepala, sementara penari perempuan mengenakan rok atau kain.
Tak hanya itu, para penari ini juga mengenakan properti dari burung Cendrawasih, bulu burung Mambruk, serta gelang dari kulit Bia.
5. Tari Awaijale Rilejale
Tari Awaijale Rilejale asalnya dari wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
Tari yang dimainkan oleh Suku Sentani ini bertema tentang indahnya pemandangan Danau Sentani di saat senja, ketika orang-orang sedang pulang dengan menaiki perahu dari seharian bekerja.
Penari dalam tarian Awaijale Rilejale terdiri dari sekelompok laki-laki dan perempuan, dengan memakai busana yang dinamakan Pea Malo.
Pakaian tersebut dibuat memakai bahan dari serat pohon genemo, kulit kayu, serta daun sagu, lengkap dengan hiasan kaung manik-manik atau hamboni.
6. Tari Aya Nende
Tari Aya Nende adalah tari tradisional yang dimainkan Suku Mimika, yang tinggal di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.
Tari ini mulai berkembang sejak Indonesia masih dijajah bangsa asing.
Tarian ini bisa dimainkan oleh kelompok laki-laki maupun perempuan, dengan kostum Tauri, yakni rok yang dibuat memakai bahan pucuk daun sagu atau daun kelapa.
Tari ini kerap dimainkan dengan tujuan untuk mengucapkan rasa rasa terima kasih kepada arwah nenek moyang.
Permainan Tari Aya Nende diiringi suara musik dari tumuu (bambu) dan eme (tifa) serta diiringi lagu Ayadendei.
7. Tari Det Pok Mbui
Tari Det Pok Mbui biasa dimainkan oleh 3 kecamatan di Kabupaten Merauke, Papua, yakni Pirimapun, Sauwa Ema, dan Agats.
Isitilah Det Pok Mbui sendiri artinya ritual topeng setan, yang biasa dipentaskan saat siang hari selama 4 jam.
Dalam pertunjukan ini, setiap tubuh dan wajah penari akan dilumuri kapur putih serta arang hitam.
Untuk memainkannya, bisa dilakuka oleh laki-laki maupun perempuan, yang umumnya dilaksanakan sehabis panen sagu.
Tari Det Pok Mbui biasa dipentaskan di tepi sungai, sebab terdapat adegan menaiki perahu.
8. Tari Falabea
Tari ini asalnya dari Suku Sentani yang hidup di Jayapura.
Tari Falabea sendiri bermakna perang, sehingga gerakannya menggambarkan filosofi kepahlawanan.
Pementasan Tari Falabea biasa dilakukan di tengah tanah lapang dan di waktu malam hari.
9. Tari Fela Mandu
Tari Fela Mandu merupakan sejenis tari perang tradisional, yang banyak dimainkan di Puyoh Kecil, Puyoh Besar, serta Abar di wilayah Sentani Tengah, Papua.
Untuk memainkannya, bisa dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, dengan iring-iringan alat musik wakhu dan tifa.
Mereka meyakini, bahwa Tari Fela Mandu merupakan tari adat yang dibuat oleh leluhur.
Dahulunya, para leluhur ini, baik dari golongan orang Amatali, Putali, dan Abar berangkat berperang melawan Suku Sewiron, Sekori, dan Sebaya hingga mendapat kemenangan di daerah Abar, Sentani Tengah.
Sampai saat ini, Tari Fela Mandu banyak diadakan untuk hiburan ataupun untuk menyambut tamu kehormatan.
10. Tari Gatzi
Tari Gatzi banyak berkembang di tengah-tengah masyarakat Suku Marlind di Papua.
Tari tradisional ini banyak dipertunjukkan dalam berbagai kesempatan, seperti pesta adat, kelahiran anak, dan untuk acara penyambutan.
Acara seperti Pesta Tusuk Telinga ataupun Tanam Sasi, juga tak luput dari pementasan seni tari ini.
Tarian ini dilakukan secara berkelompok, dengan membentuk lingkaran besar dan kecil.
Untuk memeriahkan tarian ini, diringi pula musik merdu dari alat musik tifa dan nyanyian dari para penari.
Tari Gatzi bisa dimainkan selama beberapa menit hingga berjam-jam.
11. Tari Kafuk
Tari Kafuk merupakan salah satu tari penyambutan tamu.
Sebab, dalam adat masyarakat Papua, kedatangan tamu merupakan hal yang penting.
Lewat seni tari ini, sejumlah penari dalam beragam usia, memainkan Tari Kafuk dengan baju adat yang seragam.
Penari perempuan mengayun-ayunkan tangan, seolah mengajak untuk bermain.
Sedangkan, penari laki-laki meregangkan barisan, dengan tamu yang berada di tengah-tengahnya.
Sembari menari, tamu tersebut diajak berkeliling kampung. Sesampai di tengah kampung, barisan kembali melingkar seiring keluarnya kepala suku.
Tamu tersebut tetap berada di tengah-tengah, lalu diungkapkanlah ucapan “Siau Tayunu Foo siau…” yang artinya “selamat datang”.
12. Tari Magasa
Tari Magasa biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Arfak di Pegunungan Arfak Manokwari.
Tari tradisional ini kadang disebut juga Tari Ular, sebab barisan penarinya yang memanjang mirip dengan ular.
Tari ini digunakan sebagai tari penyambutan dan punya nilai yang sakral di tengah Suku Arfak sebagai perayaan kemenangan perang.
Tari ini biasanya dimainkan oleh para muda-mudi, dengan gerakan-gerakan yang menyimbolkan persatuan dan rasa saling menghormati.
Mereka akan berbaris berselingan satu sama lain, antara laki-laki dan perempuan.
Kesemuanya pun akan saling berhimpitan dan bergandeng tangan. Tari ini dimainkan tanpa iringan musik.
13. Tari Musyoh
Tari Musyoh merupakan tari tradisional asal Papua yang cukup sakral, sebab pementasannya bertujuan untuk menenangkan arwah seseorang yang meninggal disebabkan kecelakaan.
Warga setempat meyakini, jika seseorang yang meninggal karena kecelakaan, maka arwahnya tidak akan tenang sampai diadakannya pertunjukan Tari Musyoh.
Tarian ini dimainkan oleh para penari pria, dengan iring0iringan alat musik Tifa, sehingga bisa mengusir roh-roh yang bergentayangan.
14. Tari Perang
Tari Perang adalah seni tradisional yang berkembang di wilayah Papua Barat.
Tarian ini dibawakan dengan tema kegagahan serta kepahlawanan penduduk Papua.
Umumnya, Tari Perang akan dipertunjukkan saat kepala suku memberi titah perang, sebab tari ini bisa mengobarkan spirit juang pasukan.
Tari Perang adalah jenis tarian kelompok, dengan jumlah penari yang tidak terbatas.
Tari ini dipentaskan dengan iringan suara musik tifa serta alat musik lainnya.
Yang membuatnya berbeda adalah lagu-lagu bertema perang yang menyulut semangat.
15. Tari Sajojo
Tari Sajojo mulai populer di Indonesia pada tahun 1990-an.
Bahkan, banyak yang tidak mengetahui, bahwa tari yang gerakannya cukup dinamis ini sebetulnya adalah tari tradisional Papua.
Gerakannya meliputi gerakan melompat dan menghentakkan kaki, dengan iringan alat musik khas Papua seperti tifa.
Seni tari ini merupakan sejenis tari pergaulan berbagai suku adat Papua.
Umumnya, Tari Sajojo dipertunjukkan untuk menyambut kedatangan tamu undangan.
16. Tari Seka
Tari Seka adalah tarian tradisional yang banyak dimainkan di daerah Timika, Fakfak, dan Kaimana di wilayah selatan Papua.
Tari ini biasa dilakukan sebagai bentuk syukur terhadap Tuhan YME, atas melimpahnya hasil pemanenan yang didapat.
Tak hanya itu, dalam prosesi adat pernikahan, terutama saat mengantarkan gadis ke calon pengantin pria. tari ini juga kerap dipentaskan.
DI lingkungan daerah Kaimana, tarian ini masih terjaga dalam kehidupan sehari-hari Suku Miere dan Suku Napiti.
Sementara, dalam kehidupan Suku Kamoro, Tari Seka dimainkan sebagai lambang semangat untuk berperang.
17. Tari Selamat Datang
Kesenian ini disebut Tari Selamat Datang karena memang dipakai untuk sambutan bagi tamu kehormatan atau tamu besar yang datang ke Papua.
Pemain tarinya bisa dari kalangan pria ataupun perempuan.
Dikenal memiliki gerakan yang dinamis, enerjik, dan estetik, membuat Tari Selamat Datang menjadi kebanggan bagi masyarakat setempat.
Konon, tarian ini sudah sejak lama diperagakan di Papua.
Setiap penari Tari Selamat Datang mengenakan baju adat Papua, dengan atribut senjata.
Dalam pementasan Tari Selamat Datang ini pula, diiringi dengan musik dari Tifa.
18. Tari Suanggi
Tari Suanggi merupakan tari tradisional Papua, yang gerakannya menyerupai gerakan dukun yang sedang menyembuhkan pasien.
Kesenian ini bercerita tentang seorang laki-laki yang ditinggal mati oleh istrinya.
Arwah sang istri ternyata bergentayangan dan justru mengganggu orang-orang di sekelilingnya.
Kemudian, san suami mengadakan ritual khusus, supaya arwah istri menjadi tenang.
Lama-kelamaan, ritual ini berkembang menjadi seni tari.
19. Tari Wutukala
Tari ini dimanikan oleh Suku Moi di wilayah Papua Barat.
Tari Wutukala bercerita tentang seorang pemburu ikan, yang menangkap ikan dengan memakai akar pohon untuk membius ikan.
Karena itu, gerakan dalam Tari Watukala ini seolah-olah memperagakan pencabutan akar pohon, lalu ditaruh di suatu tempat untuk ditumbuk.
Kemudian, tumbukan tersebut disebar ke berbagai tempat di mana ikan bersembunyi, sehingga ikan terbius dan mati.
20. Tari Yospan
Tarian ini adalah kesenian untuk pergaulan para pemuda dan pemudi di Papua.
Gerakannya mengambil inspirasi dari pesawat jet yang mulai mendarat pada tahun 1960an di Biak, ketika konflik antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda berlangsung.
Pada dsarnya, gerakan Tari Yospan cukup dinamis dan menarik.
Gerakan tersebut dilakukan dengan cara berjalan, sembari menari membentuk lingkaran.
Tari Yospan diiringi alat musik dan lagu daerah setempat.
Nah, itulah tadi pembahasan lengkap mengenai tari tradisional asal Papua.
Semoga artikel ini menginspirasi dan menambah pengetahuan bagi semua.
Jika ada pertanyaan seputar tari Papua ini, silakan dituliskan langsung di kolom komentar di bawah ini.