Papua memang tak ada habisnya jika membahas tentang budayanya, khususnya kesenian tari.
Tari Musyoh adalah tarian tradisional asal Papua. Pada awalnya Musyoh merupakan tarian melepas arwah bagi mereka yang meninggal akibat kecelakaan atau sebab tak terduga lainnya.
Masyarakat Papua meyakini ritual dalam tarian ini dapat megusir roh. Namun seiring waktu tari tradisional ini juga dibawakan sebagai penghormatan terhadap tamu. Jadi fungsinya hampir sama seperti tari Puspanjali, Tari Persembahan dan Tari Baksa Kembang, yaitu sebagai penghormatan pada tamu.
Terdapat perbedaan mendasar antara keduanya yang terlihat dalam gerakan dan para penari yang membawakannya. Busana yang dikenakan oleh para penari terbuat dari kulit pohon dan akar tanaman. Tari Musyoh dibawakan dengan iringan alat musik Tifa.
Simak pembahasan pembahasan lengkap tentang tarian pengusir roh ini dalam artikel berikut.
Sejarah
Kemunculan suatu kebudayaan dalam suatu wilayah masyarakat pasti ditandai dengan adanya suatu peristiwa, termasuk Tari Musyoh.
Tari Musyoh berasal dari Papua dan sudah populer dikenal sebagai tari tradisional yang sakral.
Dikatakan sakral dan keramat, karena tarian ini ditujukan untuk memberikan ketenangan pada arwah warga adat Papua yang meninggal akibat kecelakaan.
Bagi warga lokal, mereka meyakini bahwa bilamana ada warga yang meninggal akibat kecelakaan atau hal yang tak terduga lainnya, maka arwahnya tidak akan tenang dan akan bergentayangan.
Hal ini tentu memberikan ketidaknyamanan pada keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, Tari Musyoh dijadikan sebagai perantara untuk melepas arwah yang bergentayangan tersebut.
Selain itu seiring dengan perkembangannya zaman, tarian tradisional ini juga digunakan sebagai perwujudan menghormati dan menghargai para tamu.
Gerakan Tari Musyoh
Dilansir dari Wikipedia dan beberapa sumber terpercaya, Tari Musyoh asal Papua Barat ini selain berfungsi untuk ritual pengusiran roh juga digunakan sebagai tarian untuk menyambut tamu.
Tentu, ada sedikit perbedaan dan ekspresi dalam tarian tersebut.
Berikut deskripsi gerakan sesuai dengan tujuannya!
Untuk tujuan pengusiran arwah, gerakannya lebih enerjik dan lincah.
Biasanya, untuk menambah nuansa kesakralan ditambahkan suara teriakan yang khas dari para penari.
Nah, untuk tujuan ini, para penari semuanya adalah kaum laki-laki.
Sedangkan untuk tujuan dalam menyambut tamu, Tari Musyoh dibawakan dengan gerakan yang lebih mudah.
Pasalnya, para penari hanya menyesuaikan gerakan sesuai dengan instrumen yang dibunyikan sambil mengayunkan dan mengangkat kaki & tangan.
Berbeda dengan tujuan pengusiran roh, Tari Musyoh ini diisi oleh ekspresi kebahagiaan dan penghormatan kepada tamu yang berkunjung.
Selain itu untuk tujuan penyambutan tamu, komposisi penarinya terdiri dari penari perempuan dan laki-laki.
Di awal, Tari Musyoh dipentaskan oleh para penari perempuan dengan membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu secara bersahut-sahutan.
Penari tersebut menyambut dengan ekspresi ramah dan mengalungkan sebuah kalung khas serta mengajak tamu menari.
Kemudian, para penari laki-laki akan mulai menggabungkan diri dalam lingkaran saat tarian berjalan setengah babak.
Lirik-lirik yang dibawakan oleh para penari adalah syair yang mengandung makna kebaikan.
Hal ini ditujukan untuk mendoakan dan memberikan kebaikan bagi para tamu dan tuan rumah.
Kostum dan Properti
Busana yang dikenakan para penari Musyoh sangatlah sederhana.
Kesederhanaan ini terlihat dari bahan pembuatan busana tersebut yakni berasal dari olahan kombinasi antara kulit pohon dan akar tanaman.
Bahan ini lalu dijadikan sebagai penutup kepala, baju atasan, dan baju bawahan.
Terdapat coretan unik di tubuh penari sebagai ciri khas tari musyoh.
1. Penutup Kepala
Sebagai hiasan di kepala, para penari Musyoh menggunakan penutup kepala yang sengaja dibuat dari kulit pohon dan akar tanaman.
Hal ini semakin menguatkan akan bentuk kesederhanaan yang dimiliki oleh warga Papua pada masa itu.
Sebagai tambahan, biasanya pada penutup kepala juga bisa ditambahkan hiasan rumbai-rumbai sehingga menyerupai mahkota.
Bahannya sendiri sengaja dibuat dari buku burung kasuari dan warnanya harus putih.
Selain menggunakan bulu burung tersebut, dapat juga menggunakan bulu burung kelinci.
2. Baju Atasan
Untuk baju atasannya sendiri, sedikit berbeda antara yang dipakai laki-laki dan perempuan.
Pada laki-laki biasanya lapisan baju sedikit tipis atau tidak menggunakan baju sama sekali.
Sedangkan perempuan memakai baju atasan seperti baju Kotang dengan warna yang bisa disesuaikan dan lapisannya lebih tebal.
3. Baju Bawahan
Untuk bawahan, penari laki-laki dan perempuan semuanya memakai bawahan yang juga terbuat dari dedaunan dan bentuknya seperti rumbai-rumbai.
Namun, seiring bertambahnya kecanggihan teknologi baju bawahannya digantikan dengan kain yang bentuknya bersuwir-suwir.
Satu set perlengkapan antara baju atasan dan bawahan biasa dikenal masyarakat luas dengan sebutan koteka rok rumbai.
4. Gelang
Gelang menjadi aksesoris tambahan yang disematkan pada tangan para penari.
Gelangnya pun cukup sederhana karena terbuat dari bahan yang alami.
5. Kalung
Sedangkan untuk kalung sendiri menggunakan bahan alami dari kulit pohon yang dibentuk menyerupai kalung.
Ada juga kalung yang dihiasi dengan menggunakan gigi anjing untuk dijadikan aksesoris tambahan bagi para penari.
Sedangkan untuk aksesoris berupa gigi babi biasanya digunakan pada lubang hidung.
6. Tombak
Tombak merupakan properti tambahan yang digunakan oleh para penari Musyoh agar terkesan lebih menantang dan sebagai bentuk perlawanan bila ada yang mengganggu ritual pengusiran roh.
7. Tameng
Sedangkan tameng sendiri, dipergunakan sebagai pelengkap dari tombak yang dibawa oleh para penari.
Tata Rias
Terdapat riasan alami pada penari.
Bentuk motifnya pun bisa disesuaikan dengan tujuan atau latar belakang tarian itu dipentaskan.
Memang secara umum, pakaian adat penari Papua tidak menggunakan atasan kecuali dipakai oleh wanita.
Makanya, sebagai pengganti digunakanlah riasan atau gambaran berupa pakaian adat papua tanpa atasan.
Sementara itu, warna riasan cat yang sering dipakai adalah putih dan merah.
Warna merah sendiri dihasilkan dari pasta liat, sedangkan warna putih adalah hasil dari kulit kerang yang sengaja dihaluskan.
Namun, karena mulai bermunculan baju adat modern Papua, maka baju ini terlihat lebih tertutup dibandingkan generasi sebelumnya.
Musik Pengiring
Untuk memberikan kesan yang lebih ekspresif di dalam tarian, terdapat musik pengiring khas di tari Musyoh.
Alat musik utama yang digunakan dalam tarian ini adalah tifa.
1. Tifa
Tifa merupakan jenis alat musik pukul yang bahannya terbuat dari kulit kayu dan rusa.
Bunyi yang dihasilkan dari tifa ini berupa bunyi yang terkesan menghentak sehingga sangat cocok dengan gerakan tarian yang lincah.
Tifa sendiri mempunyai keunikan tersendiri pada ukirannya.
Pasalnya setiap ukiran menjadi tanda bagi pemiliknya baik itu pakas anem (kepala suku) maupun masyarakat biasa.
Berdasarkan asal daerah tifa dibedakan menjadi tiga jenis yakni, Tifa potong, Tifa Dasar, dan Tifa Bas.
Secara lengkap, bahan pembuatan tifa menggunakan kayu Lenggua karena kualitasnya yang tebal dan kuat.
Kayu tersebut diambil dan dikosongkan isinya.
Setelah bagian dalam kayu sudah kosong salah satu sisinya dilapisi atau ditutup menggunakan kulit hewan.
Kulit hewan yang bisa dijadikan pilihan bisa dari rusa, biawak soa-soa, dan rusa.
Pada proses akhir, kulit yang digunakan sebagai penutup tadi diikat menggunakan rotan secara melingkar.
Setiap suara yang dihasilkan dari tifa bergantung pada cara pengikatan hewan sebagai penutup bagian kayu tadi.
Semakin kering lapisan pada kulit hewan yang dijadikan penutup, semakin merdu pula suara yang dihasilkan dari tifa.
2. Teriakan Penari
Selain alat musik tifa, terdapat instrumen alami yang dihasilkan oleh para penari yakni dari teriakan mereka.
Teriakan para penari ini sangat menggelegar dan sanggup untuk memecah keheningan yang terjadi.
Dengan adanya suara teriakan ini, tarian yang dibawakan akan terkesan lebih teatrikal dan mengandung kesakralan.
Bagi masyarakat Papua, teriakan dimaknai dengan sumber kekuatan untuk mengekspresikan segala emosi yang terdapat dalam diri manusia.
Teriakan juga memberikan arti bagi keberlangsungan dalam hidup.
Teriakan juga bukan sekadar ekspresi putus asa, dukacita atau bahkan ketiadaan harapan.
Namun teriakan ini juga merupakan bentuk perlawanan terhadap penjajahan, intimidasi serta menunjukkan keberanian sekaligus keperkasaan.
Pertunjukkan
Tari Musyoh untuk ritual pengusiran roh dan penyambutan tamu pada dasarnya punya kesamaan yakni dalam musik pengiringnya menggunakan tifa dan teriakan penari.
Hanya saja, dalam acara penyambutan tamu, tari Musyoh lebih ceria dan bernuansa gembira sekaligus dibawakan oleh penari perempuan.
Berbeda dengan tujuan pengusiran roh yang dibawakan oleh penari laki-laki saja dan bernuansa sedikit sakral dan mistis seperti Tari Kecak asal Bali.
Pola Lantai
Sedangkan untuk pola lantai sendiri, tarian musyoh juga menggunakan pola secara umum
Hal ini juga akan dijadikan sebagai dasar dalam gerakan untuk bisa diajarkan pada khalayak.
Polanya terdiri dari beberapa kategori, seperti pola dasar yakn membentuk lengkungan dan garis horisontal yang lurus.
Fokus dalam tarian yang diutamakan yakni, antara para penari lelaki dan wanita tidak saling menabrak baik dari segi properti maupun gerakannya.
Karena jika hal itu terjadi, maka dapat mengganggu kesakralan dar tujuan tarian itu.
Makna
Bagi masyarakat Papua sendiri, tari Musyoh menjadi representasi kedekatan masyarakat Papua kepada Tuhannya.
Karena masyarakat Papua ingin membantu keluarga yang tengah berduka.
Pasalnya, bila arwah menjadi gentayangan maka keluarga yang ditinggalkan akan semakin merasa bersalah, sehingga tari Musyoh sendiri dianggap sebagai tarian suci.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman kepercayaan ini kian memudar.
Sehingga tarian asal Timur ini juga digunakan sebagai tarian penyambutan tamu guna mendoakan kebahagiaan dan kebaikan mereka.
Pelestarian Tari Musyoh
Agar tarian ini tetap dilestarikan, simak pembahasan terkait cara melestarikan di bawah ini ya!
Festival Budaya
Pada zaman yang serba canggih sekarang akan sangat langka ditemukan tarian tradisional.
Jadi, para generasi mendatang punya PR besar untuk tetap menjaga dan melestarikan tarian ini.
Salah satu yang dapat dijadikan alternatif adalah dengan mengadakan festival budaya.
Dengan adanya festival tersebut, maka tari Musyoh dan tarian tradisional Papua lainnya seperti Tari Yospan, Tari Selamat Datang dan Tari Sajojo dapat dilestarikan sebagai wujud kebanggan Indonesia.
Festival budaya ini dapat dilangsungkan baik dalam maupun luar negeri.
Selain itu, terdapat dinas pendidikan dan kebudayaan yang juga dapat turut serta bekerjasama untuk melestarikannya di kalangan para pelajar.
Demikian pembahasan mengenai tarian adat asal Papua.
Dengan adanya ulasan ini harapannya semakin menjadikan generasi muda semakin bangga dengan keberagaman budaya yang ada di Indonesia.
Semoga semakin menjadikan kita mengenal bumi Nusantara ya!