Tari Maengket adalah salah satu bentuk kekayaan budaya di Indonesia yang berasal dari daerah Minahasa. Biasanya tarian ini dibawakan oleh banyak penari, bisa perempuan, laki-laki maupun kombinasi dari keduanya. Sama halnya dengan tarian di daerah Jawa, Tari Maengket juga mengandung makna filosofis dan fungsi tertentu dan memiliki ciri khasnya sendiri.
Kali ini Kami akan mengulas secara lengkap tentang Tarian Maengket beserta sejarah, gerakan, pengiring hingga perkembangannya saat ini. Yuk, simak!
Sejarah Tari Maengket
Apabila diperhatikan dari asal usulnya, Tari Maengket pertama kali dibawakan oleh masyarakat Suku Minahasa sejak abad ke-7 ketika mereka mengenal pertanian untuk pertama kalinya. Karena pada zaman dahulu, tarian ini dibawakan sebagai wujud rasa syukur atas limpahan hasil panen, terutama panen di ladang padi. Penamaan Maengket sendiri diambil dari kata ‘engket’ yang dilansir dari Wikipedia mempunyai pengertian tumit naik turun.
Sementara tambahan ‘ma’ sebagai imbuhan agar berarti menarik dengan tumit naik turun. Namun sumber lain ada juga yang mengatakan bahwa kata ‘engket’ diartikan sebagai pasang, buka jalan atau nyalakan. Imbuhan ‘ma’ sebagai kata kerja agar memiliki makna menerangi, menyatukan masyarakat dan membuka jalan.
Sebenarnya versi sejarah yang menceritakan tentang Tarian Maengket tidak hanya satu, ada beberapa pendapat yang pernah dikemukakan. Sebagian besar teori sejarah menyebutkan bahwa tarian ini adalah salah satu bagian dari upacara ritual untuk menunjukkan budaya bergotong royong di kehidupan masyarakat Minahasa.
Ada juga pendapat lainnya yang menceritakan bahwa maengket dilahirkan dari budaya ritual religi masyarakat purba suku malesung. Karena pada jaman tersebut, masyarakat purba suku malesung mempunyai kebiasaan menyanyi dan menari serta dipimpin oleh seseorang. Versi lainnya menyebutkan bahwa maengket sebenarnya bukan sejenis tarian seperti yang kita kenal saat ini, melainkan lebih condong ke arah seni musik dan seni vocal.
Kemudian, Maengket baru dikenal sebagai tarian pada abad ke-20 dan masih dilestarikan sebagai warisan budaya Minahasa hingga sekarang. Sebelum mengalami perkembangan seperti yang kita lihat saat ini, dahulunya gerakan dan babak Tarian Maengket sangat sederhana. Meskipun sudah mendapatkan modifikasi, tapi unsur-unsur dalam Tarian Maengket tidak meninggalkan kesan aslinya.
Makna
Makna filosofis Tari Maengket pada saat pertama kali perkembangannya adalah sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME atas limpahan hasil panen. Namun seiring perkembangan zaman, tarian ini juga bertujuan untuk menunjukkan nilai kehidupan sehari-hari masyarakat Minahasa. Tarian yang berasal dari daerah Sulawesi Utara ini dapat menyiratkan kehidupan masyarakatnya melalui gerakan bernyanyi, menari, membentuk lingkaran, berpegangan tangan serta ritme lagu yang digunakan.
Gerakan dan Babak
Gerakan dan babak dalam Tari Maengket tentunya mempunyai keunikan tersendiri, layaknya tarian daerah pada umumnya. Dalam pertunjukkannya, tarian ini memiliki tiga babak/penyajian yang terdiri dari Maowey Kamberu, Marambak dan Lalayaan. Berikut ini masing-masing definisinya:
a. Maowey Kamberu
Dalam babak ini memiliki tujuan untuk mengucapkan rasa syukur atas melimpahnya hasil panen. Gerakannya diawali dengan permohonan dan dilanjutkan membentuk gerakan seperti suatu mapulus/ gotong royong. Ciri-ciri formasi Maowey Kamberu, yaitu penari laki-laki berbaris membentuk pola setengah lingkaran. Sementara untuk penari wanita akan mengikuti gerakan dengan membentuk pola setengah lingkaran menghadap penari laki-laki tersebut.
b. Marambak
Gerakan Marambak menunjukkan arti bagaimana masyarakat Suku Minahasa membangun rumah dengan kokoh dari material kayu yang berkualitas. Formasi dalam babak Marambak ini yaitu penari akan membentuk lingkaran. Para penari akan memegang pundak penari yang ada di depannya.
c. Lalaya’an
Babak yang ketiga adalah lalaya’an, menurut masyarakat Minahasa, gerakan ini melambangkan pemuda yang sedang mencari jodoh mereka. Dulunya babak ini disebut juga sebagai tarian sosial kaum muda. Di dalam babak Lalaya’an memiliki formasi yang dibagi menjadi dua kelompok barisan dimana setiap penari akan saling berpegangan tangan membentuk formasi lingkaran. Pada beberapa pertunjukkan, para penari perempuan dan laki-laki saling berhadapan.
Pertunjukan
Pertunjukkan Tari Maengket dilakukan secara massal dengan jumlah penari yang cukup banyak. Para penari menari dengan gerakan yang khas lengkap dengan berbagai properti dan diiringi dengan musik. Berikut ini beberapa komponen yang perlu dipersiapkan sebelum pentas Tari Maengket.
a. Kostum/Busana
Sama seperti tarian adat sirih kuning, penari maengket juga diwajibkan mengenakan pakaian adat. Untuk penari wanita bisa mengenakan kebaya dengan rambut dikonde atau digelung. Sementara untuk penari pria menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang. Penari pria juga harus menggunakan penutup kepala khas daerah Sulawesi Utara.
Sedangkan untuk pemimpin tarian bisa mengenakan kostum sama seperti penari wanita dengan beberapa corak atau warna yang berbeda agar lebih mudah membedakan. Semua penari termasuk pemimpin dan pengiring tidak menggunakan alas kaki selama pertunjukkan tarian ini. Properti lainnya yang biasanya dibawa oleh penari adalah sapu tangan, baik penari pria maupun wanita.
Fyi, kostum yang dikenakan pada pentas Tari Maengket di masa sekarang sudah mendapatkan sentuhan modern. Meskipun begitu tetap tidak meninggalkan kesan tradisional atau adatnya sebagai ciri khas tarian.
b. Tata Rias
Teknis riasan penari Tari Maengket sebenarnya tidak ada aturan spesifiknya. Dulunya bahkan banyak penari Maengket yang tidak menggunakan riasan saat pentas. Namun seiring berjalannya waktu, sekarang para penari sudah menggunakan riasan. Sementara untuk penari laki-laki tidak diharuskan menggunakan riasan.
c. Tata Panggung
Tata panggung dalam pertunjukkan Tari Maengket disesuaikan jenis acara dan tempat pelaksanaannya.
Misalnya jika dilakukan di lapangan terbuka, biasanya pertunjukkan tarian ini tidak memerlukan panggung. Sementara jika di dalam ruangan, perlu membuat panggung lengkap dengan dekorasinya. Tidak ada kriteria spesifikasi mengenai tata panggung, hanya saja luas area menari harus cukup untuk semua penari karena biasanhya jumlahnya cukup banyak.
d. Pengiring
Alat musik tradisional yang digunakan untuk mengiringi Tari Maengket adalah tambur, tapi saat ini juga menggunakan jenis alat musik tradisional lainnya seperti Kolintang dan Tifa. Cepat atau lambat irama musik yang digunakan secara umum menyesuaikan dengan gerakan tari serta lagu adat yang mengiringi tarian. Selain alat musik, ada juga lagu yang digunakan untuk mengiringi tarian berupa syair yang dinyanyikan sendiri oleh para penarinya.
Dalam lirik syair tersebut mengungkapkan tiga babak dalam tarian seperti yang sudah Kami singgung sebelumnya. Bahasa yang digunakan dalam syair pun cukup beragam, hal itu dikarenakan masyarakat Suku Minahasa berasal dari beberapa etnis berbeda. Pencipta syair pengiring Tari Maengket adalah Samuel Assa, Jan Rumagit dan Johanis Posumah. Sebagai tambahan informasi, dalam tarian ini tidak ada pola lantai tertentu, karena gerakannya cenderung bebas dan mengikuti alunan musik.
Perkembangan Tari Maengket
Dibandingkan jaman dulu, Tari Maengket saat ini semakin berkembang dan sudah mendapatkan sentuhan tari modern. Apalagi sekarang tarian Maengket juga menjadi tontonan yang bisa dinikmati oleh para wisatawan lokal maupun manca negara. Tidak sedikit para wisatawan yang ingin menyaksikan tarian ini secara langsung.
Meskipun gerakan dalam Tari Maengket sudah ada beberapa yang ditambah gerakan modern, tapi tetap tidak meninggalkan nilai filosofis dalam tarian tradisional ini. Dulunya memang hanya dipentaskan saat masa panen raya, tapi sekarang sudah dipertunjukkan di berbagai acara festival Manado seperti pertunjukkan seni, penyambutan orang penting dan acara-acara besar lainnya.
Di tengah kemajuan globalisasi, keaslian gerakan dan babak Tari Maengket masih tetap dilestarikan hingga saat ini.
Akhir Kata
Mungkin itu saja yang bisa Kami sampaikan mengenai Tari Maengket lengkap beserta jenis jenis babaknya. Semoga sedikit informasi di atas bisa memberikan informasi yang bermanfaat untuk pembaca mengenai salah satu tarian tradisional dari daerah Sulawesi Utara.