Dalam kehidupan berbudaya tarian tradisional lilin punya peran yang sangat penting untuk perkembangan budaya suatu daerah atau kelompok.
Dilansir dari wikipedia Tari Lilin merupakan tarian dari Provinsi Sumatera Barat, tepatnya dari daerah Minangkabau.
Konon tari lilin sudah ada sejak zaman dulu yang berisikan cerita dan kisah tentang seorang gadis.
Lalu bagaimana deskripsi lengkap mengenai tarian yang berasal dari Sumatera Barat tersebut?
Video Rangkuman Tari Lilin
Asal Usul Sejarah Tari Lilin
Tarian yang ditampilkan saat malam hari ini punya asal-usul dan sejarah yang punya arti mendalam.
Kisahnya berawal dari seorang gadis yang ditinggal oleh tunangannya untuk pergi merantau atau zaman dulu disebut mencari harta.
Selama kekasih hatinya pergi, gadis ini bersedih dikarenakan cincin tunangannya telah menghilang.
Akhirnya gadis tersebut mencari cincinnya hingga malam hari dengan bantuan penerangan dari sebuah lilin.
Lilin yang digunakan diletakkan pada sebuah piring kecil agar lelehannya tidak mengenai tangan gadis tersebut.
Sambil mencari cincin, gerakan dari gadis yang gemulai, membungkuk, dan gerakan berdoa akhirnya menghasilkan suatu tarian yang indah dan bermakna mendalam.
Fungsi
Tari lilin punya fungsi khusus seperti Tari Maengket dari Minahasa.
Tarian ini difungsikan untuk mengungkapkan rasa syukur pada dewa saat musim panen datang yang hasilnya melimpah.
Dengan ciri khas lilin yang diletakkan diatas piring kecil sebagai propertinya.
Kesimpulannya tarian ini tidak boleh dipertunjukkan setiap saat, tapi seiring dengan perkembangan zaman fungsinya kemudian berubah.
Yang tadinya berfungsi sebagai tarian ungkapan rasa syukur, sekarang berubah menjadi tarian untuk menghibur masyarakat.
Ragam Gerakan
Saat pementasan tari lilin penari akan membawa lilin kecil yang diletakkan diatas sebuah piring kecil.
Tari lilin akan ditarikan secara berkelompok, lalu bersamaan memutar piring yang diatasnya ada lilin dengan berhati-hati.
Semua gerakan yang dilakukan harus hati-hati karena bertujuan untuk menjaga agar lilin tidak padam dan piring tidak terjatuh.
Gerakan tarian ini dinominasikan dengan gerakan mengayun tangan, gerakan meliuk, gerakan berdoa, dan memutar badan.
Tidak hanya itu ada juga gerakan dengan posisi duduk lalu penari memutar tangannya.
Rata-rata pada bagian awal dan akhir gerakan tari lilin cenderung lembut.
Gerakan yang akan menjadi atraktif ketika penari membolak-balik piring sambil tubuh penari meliuk-liuk.
Untuk melakukan gerakan ini butuh keahlian khusus, karena jika tidak lihai lilin akan padam bahkan piring juga akan terjatuh dan juga bisa merusak gerakan tarian yang sudah ada.
Upaya yang terbaik untuk menjaga nyala lilin, penari harus mempertahankan posisi piring tetap datar agar terhindar dari terpaan angin.
Karena gerakan tubuh yang gemulai, maka pola lantai tarian ini dipandang sebagai lambang atau berpola lantai lurus.
Pola Lantai Tarian
Karena gerakan tubuh yang gemulai, maka pola lantai tarian ini dipandang sebagai lambang atau berpola lantai lurus.
Begitupun gerakan yang dilakukan cukup unik cenderung lemah lembut.
Tari lilin dibawakan secara berkelompok dan didominasi dengan gerakan tangan yang mengayun-ayun.
Properti Yang Digunakan
Properti yang digunakan untuk tarian ini hanya ada dua.
Tapi setiap properti punya fungsi dan makna tersendiri.
1. Piring
Seperti tari Piring dari Sumatera Barat, tari Lilin juga membutuhkan piring kecil sebagai properti.
Piring ini digunakan sebagai wadah lilin yang dipegang secara langsung oleh penari.
Piring yang berukuran kecil atau sedang akan dipegang oleh penari di kedua tangannya dengan erat agar tidak terjatuh.
Properti ini tidak bisa digantikan karena menjadi identitas penguat dari tari lilin.
2. Lilin
Lilin adalah properti wajib dalam pementasan tarian ini.
Lilin yang digunakan juga lilin biasa.
Saat pementasan lilin yang berada di atas piring akan dinyalakan dari awal sampai akhir tarian.
Penari harus menjaga keseimbangan agar lilin tidak padam, dan lelehannya juga tidak akan mengenai tangan karena berada di atas piring.
Busana Yang Digunakan
Sama dengan Tari Randai, untuk menambah nilai estetika pada tarian, penari harus menggunakan kostum atau busana khusus.
Namanya adalah pakaian gede atau hiasan gede, yakni pakaian yang biasa digunakan untuk pengantin wanita di Palembang.
Untuk penari utama menggunakan hiasan gede, sedangkan penari lainnya menggunakan selendang mantri atau dodot.
Pemakaian busana ini punya makna khusus yaitu menekankan kejayaan Hindu-Budha, pada zaman Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya, dipengaruhi kebudayaan Cina, terutama pada kostum, hiasan kepala, hiasan tangan dan hiasan dada.
Alat Musik Pengiring
Sebagai tambahan estetika dan menambah khidmat suatu tarian harus diiringi satu atau beberapa alat musik.
Untuk tarian lilin saat pementasan biasanya diiringi alunan khas Melayu Sumatera.
Alat musik yang digunakan yaitu tok-tok, biola, gong, bonang, gitar, bonang, gendang, saxophone, dan akordeon.
Pertunjukan dan Perkembangan Tari Lilin
Karena gerakannya yang terinspirasi dari seorang gadis, maka tarian ini kadang dipentaskan oleh sekelompok penari wanita.
Namun semakin lama, tarian ini dibawakan secara berpasangan oleh pria dan wanita.
Saat pementasan penari akan mengikuti alunan irama musik yang mengiringinya.
Tari lilin juga disebut tari istana yang dulunya hanya dipentaskan untuk acara-acara tertentu pada malam hari.
Namun, seiring perkembangan zaman, tarian ini sudah sering dipertunjukkan dalam berbagai jenis acara seperti kesenian daerah, penyambutan tamu penting, dan festival budaya.
Jika di Palembang ada juga tarian yang disebut tari lilin siwa.
Yang pertama kali diciptakan dari gambaran pengalaman leluhur zaman dulu dengan ceria secara lisan.
Dan pada tahun 1943 dibukukan kembali, lalu diperkenalkan oleh Sukainah A. Rozak..
Sekian pembahasan mengenai tari lilin semoga bermanfaat kawan.