Tari Klasik merupakan salah satu jenis Seni tari tradisional di Indonesia selain seni tari tradisional kerakyatan, dan tari kreasi baru. Bisa dikatakan bahwa tari Klasik menjadi seni tari paling tua yang ada di Indonesia jika dilihat dari perkembangannya yang berasal dari lingkungan kerajaan dan aturan yang mengikatnya.
Meskipun demikian, Tari Klasik memiliki daya tarik yang tidak kalah dengan seni tari lainnya.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih detail terkait dengan tari Klasik, silahkan simak artikel di bawah ini!
Pengertian Tari klasik
Tari klasik merupakan suatu tarian yang berkembang di wilayah kerajaan dan diwariskan secara turun temurun pada kalangan bangsawan dan terus berkembang menjadi tradisi yang melekat di masyarakat umum.
Tari klasik biasanya memiliki beberapa aturan baku yang tidak dapat diubah atau jika diubah akan menghilangkan makna dari tarian itu sendiri.
Ciri-ciri
Tari klasik memiliki beberapa ciri yang membedakannya dengan jenis tarian lain yaitu
· Tari klasik biasanya berpedoman pada pakem tertentu yang tidak dapat diubah atau akan merusak tarian tersebut.
· Ciri tari klasik juga bisa dilihat dari busana pakaiannya yang cenderung mewah dan mirip dengan pakaian yang dikenakan oleh bangsawan kerajaan.
· Selain busana penari, tata rias penari juga sangat diperhatikan, biasanya penari dirias dengan ayu sesuai tema tarian yang dibawakan.
· Tari klasik juga mengandung makna dan filosofi yang mendalam karena biasanya tari klasik berawal dari kisah tertentu yang terjadi pada zaman kerajaan.
Contoh Tari Klasik
1. Tari Bedhaya
Tari bedhaya merupakan tarian klasik Jawa yang ditarikan oleh kalangan keraton Surakarta pewaris tahta kerajaan Mataram. Tarian bedhaya biasanya ditarikan oleh penari perempuan dengan gemulai diiringi dengan tembang yang berasal dari gamelan Jawa.
Tarian ini memiliki beberapa versi yang mana terkadang memberikan syarat khusus dalam pementasannya seperti penari yang harus perawan dan tidak sedang menstruasi, atau harus berpuasa sebelum menampilkan tarian tersebut.
2. Tari Bedhaya Ketawang
Tari bedhaya ketawang merupakan tarian khusus kerajaan yang ditampilkan pada saat penobatan serta upacara peringatan hari kelahiran Raja atau Tingalandalem Jumenengan Sunan Surakarta. Tarian yang diiringi dengan musik gamelan yang lembut ini konon diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencanasari atau yang dikenal dengan Ratu kidul.
Kata bedhaya sendiri memiliki arti penari perempuan istana sedangkan ketawang memiliki arti langit karena asal muasal tarian ini adalah keterpesonaan Sultan Agung yang mendengar suara senandung dari langit saat sedang melamun sendirian. Sumber lain mengatakan tari bedhaya ketawang memiliki makna yang berhubungan sesuatu yang tinggi, kemuliaan dan keluhuran.
Hingga saat ini tarian klasik ini sering ditampilkan pada saat penobatan atau hari peringatan kenaikan tahta Sultan Surakarta.
3. Tari Bondan
Tari bondan merupakan tarian dari Jawa tengah yang memiliki ciri khas pada properti yang digunakan yaitu kendil, payung kertas, dan boneka bayi yang digendong oleh penari.
Berdasarkan sejarah, tarian ini konon wajib ditarikan oleh kembang desa sebagai wujud pencarian jati dirinya. Tari bondan sendiri menggambarkan seorang ibu yang sedang mengasuh anaknya dengan filosofi yang terkandung adalah seorang wanita tidak hanya harus cantik secara fisik namun juga harus memiliki kemampuan untuk mengasuh dan merawat anak-anak mereka.
Tarian yang diiringi oleh musik gending ini memiliki 3 jenis yaitu tari bondan mardisiwi, tari bondan tani atau tari bondan pegunungan, dan tari bondan cindogo. Dalam pertunjukannya, penari bondan memakai busana berupa baju kutang, kain wiron, jamang serta rambut yang disanggul. Para penari bondan biasanya bergerak dengan menggendong boneka bayi dengan satu tangan sedangkan tangan lainnya memegang payung kertas, pada satu babak, penari akan memecahkan kendil di hadapan para penonton.
Secara keseluruhan, tari bondan tidak hanya mengandung nilai artistik atau hiburan, namun juga mengandung makna dan filosofi yang mendalam bagi masyarakat.
4. Tari Dolalak
Tari dolalak adalah kesenian yang berasal dari Purworejo, Jawa Tengah, yang namanya diambil dari not ‘do’ dan ‘la’ karena tarian ini diiringi oleh sepasang kenong yang hanya memainkan dua nada tersebut.
Tidak seperti tarian tradisional lain yang memiliki latar belakang sejarah dari kisah agung atau spiritual, tari dolalak lahir dari rakyat pribumi yang menyaksikan prajurit kolonial yang sedang beristirahat dari peperangan dengan berpesta dan minum-minuman. Hal tersebut mempengaruhi busana tari dolalak yang menyerupai pakaian serdadu kolonial Belanda dan Perancis.
Penari dolalak biasanya melakukan gerakan-gerakan tari yang berbeda-beda dengan durasi tarian yang cukup panjang yaitu sekitar 5 jam, dengan salah satu babak dimana penari akan kerasukan dan memakan sesajen yang telah disediakan.
Dulu tari dolalak hanya ditarikan oleh laki-laki namun seiring perkembangannya gadis-gadis yang menarikan tarian ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton, pertunjukannya juga semakin dikenal bahkan telah menjadi salah satu ikon kota Purworejo.
5. Tari Gambir Anom
Tari gambir anom merupakan tarian yang berasal dari Surakarta, Jawa tengah yang menceritakan tentang Irawan putra Arjuna yang sedang jatuh cinta kepada lawan jenisnya. Hal tersebut dapat dilihat dari gerakan-gerakan tari gambir anom yang menarikan gerakan pantomim berdandan, bingung, dan gerakan-gerakan lain yang menunjukkan bahwa dia sedang jatuh cinta.
Tari gambir anom dibawakan dengan gemulai dan diiringi dengan gamelan bertempo cepat oleh penari lelaki tunggal. Namun saat ini, tari gambir anom juga bisa dibawakan oleh penari perempuan dengan properti sayap khas tokoh pewayangan dan kuluk hanoman.
6. Tari Gambyong
Tari gambyong merupakan tari klasik berasal dari Surakarta yang digunakan untuk menyambut tamu besar kerajaan. Tari gambyong sendiri berawal dari tarian tayub yaitu tari yang ditampilkan saat upacara penanaman padi dan panen. Kemudian dibawakan oleh salah seorang penari terkenal pada masanya yaitu Sri Gambyong, lalu namanya disematkan sebagai nama tarian baru tersebut.
Awalnya Tari Gambyong merupakan tarian rakyat yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas panen mereka dan juga meminta berkah kepada Dewi Padi pada saat musim tanam. Namun pihak Istana yang tertarik dengan tarian tersebut meminta Sri Gambyong untuk tampil di Istana untuk menghibur para Bangsawan dan tamu agung, hingga seorang pelatih tari istana membuat tari gambyong yang dibakukan dan kita kenal hingga saat ini.
Secara keseluruhan tari gambyong menggambarkan tentang Dewi Padi yang dipuja oleh masyarakat Surakarta agar panen mereka melimpah dan diberkahi.
7. Tari Kethek Ogleng
Dalam bahasa Jawa, ‘kethek’ berarti kera atau monyet dan iringan musiknya yang berbunyi seperti ‘ogleng ogleng’ akhirnya kesenian ini dinamakan tari kethek ogleng.
Sesuai dengan namanya, tarian ini menceritakan tentang seekor kera putih yang merupakan jelmaan Raden Gunung Sari atau Panji Asmarabangun untuk mengelabui penduduk dalam upayanya mencari Dewi Sekartaji yang secara diam-diam pergi dari istana. Gerakan yang dilakukan dalam tari yang berasal dari Wonogiri ini didominasi oleh gerakan-gerakan lincah sekelompok kera yang atraktif, bersemangat dan mengandalkan kebersamaan serta kelincahan.
Busana yang dikenakan oleh penari adalah kostum serba putih dengan hiasan kepala khas penutup mulut menyerupai mulut kera. Tarian tradisional ini diiringi oleh alat musik perkusi tradisional, gamelan Jawa, dan juga tembang-tembang yang bernuansa kerakyatan.
Tarian ini terus berkembang hingga saat ini dan resmi dijadikan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan pada tahun 2018.
8. Tari Kuda Lumping
Tari kuda lumping juga dikenal dengan nama jaran kepang atau jathilan yaitu kesenian yang berasal dari Ponorogo, Jawa tengah. Tarian yang menggambarkan sekelompok prajurit penunggang kuda di medan perang ini menggunakan properti kuda yang terbuat dari anyaman bambu.
Kesenian tari kuda lumping merupakan pertunjukan rakyat yang sangat digemari oleh masyarakat karena gerakan-gerakan penarinya yang atraktif. Dalam gerakannya, seringkali diselingi oleh pertunjukan penari yang sedang kesurupan dan melakukan atraksi seperti memakan beling, berjalan di atas pecahan kaca, menyayat bagian tubuh dengan golok, dan lain sebagainya.
Maka dari itu pertunjukan Tari Kuda Lumping selalu didampingi oleh seorang pawang yang dapat mengatur dan menyadarkan penari yang telah kehilangan kesadaran.
Selain menjadi pertunjukan hiburan yang menarik bagi masyarakat, Tari kuda lumping mengandung makna yang menggambarkan sifat alamiah atau watak manusia yang baik dan buruk ketika dipengaruhi oleh roh gaib. Selain itu tarian ini juga membuktikan adanya dua alam yang berbeda yaitu alam manusia dan alam ghaib yang diperlihatkan dengan penari yang kesurupan dan tubuhnya dikendalikan sepenuhnya oleh jin yang merasukinya.
9. Tari Lengger
Tari lengger berasal dari Wonosobo, Jawa Tengah. Kata lengger diambil dari kata “eling ngger” yang memiliki makna bahwa manusia harus selalu ingat akan nasihat untuk selalu membela kebenaran dan menyingkirkan keburukan. Tarian yang dilakukan oleh dua orang penari laki-laki dan perempuan ini menceritakan tentang usaha Dewi Candra Kirana mencari suaminya dan kemudian diganggu oleh raksasa jahat.
Tari lengger sangat kental dengan budaya Jawa jika dilihat dari musik yang mengiringinya yaitu angklung Jawa dan busana penarinya. Lebih tepatnya penari perempuan memakai baju tradisional Jawa berupa kemben dan selendang serta beberapa aksesori lain, sedangkan penari laki-laki memakai topeng sebagai gambaran raksasa yang jahat.
10. Tari Patolan
Selanjutnya Seni tari asal Jawa Timur. Tari pantolan merupakan sebuah tarian yang diadaptasi dari tradisi gulat rakyat yang sering diadakan di daerah sepanjang pantai Pandagang hingga Tuban, Jawa Timur. Asal mula tari pantolan sendiri muncul di daerah Rembang, Jawa Timur.
11. Tari Piring
Sesuai dengan namanya, tari piring yang berasal dari Minangkabau ini menggunakan piring sebagai properti tarinya. Piring tersebut diletakkan di kedua telapak tangan penari dan diayun-ayunkan dengan gerakan yang teratur serta cepat tanpa sekalipun lepas atau jatuh dari tangan penari.
Tarian ini dibawakan oleh penari yang berjumlah ganjil dan diiringi dengan irama musik instrumen saluang & talempong yang dimainkan dengan tempo cepat.
Pada awalnya, pertunjukan tari piring digunakan sebagai ritual ungkapan rasa syukur kepada dewa atas hasil panen yang melimpah oleh masyarakat Minangkabau dengan cara memberikan sesaji berupa makanan yang diletakkan pada piring-piring yang dibawa oleh penari.
Namun setelah agama islam masuk ke daerah tersebut, tarian ini berubah fungsi menjadi pertunjukan hiburan masyarakat yang ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan dan pembukaan upacara adat, juga ditampilkan pada acara-acara besar lainnya sebagai ajang promosi kebudayaan Indonesia.
12. Tari Rejang
Tari rejang merupakan tarian tradisional Bali yang digunakan sebagai penyambutan Dewa-Dewa yang turun ke bumi. Tarian yang diiringi dengan lantunan gamelan khas Bali ini konon telah ada sejak zaman pra hindu dan terus dilakukan hingga saat ini.
Tari rejang secara khusus hanya ditampilkan pada upacara adat tertentu atau acara keagamaan masyarakat Hindu karena dipercaya sebagai tarian suci yang mengandung nilai-nilai spiritual dan pengabdian. Sampai saat ini, tari rejang ditampilkan setiap tahun pada waktu tertentu di beberapa tempat di Bali.
13. Tari Saman
Tari saman merupakan sebuah tarian suku Gayo yang memadukan gerakan tari dengan paduan suara yang rancak. Menurut sumber sejarah, tarian ini diciptakan dan kembangkan oleh seorang ulama Gayo yang bernama Syekh Saman sebagai media dakwah.
Tari saman adalah salah satu tarian tradisional Indonesia yang cukup unik karena tidak diiringi oleh alat musik melainkan irama dari suara penari dan tepukan penari saat bertepuk tangan, menepuk paha serta dada secara serempak. Gerakan tari saman dilakukan secara serempak oleh penari yang berbaris membentuk shaf dan bergerak dengan posisi duduk sambil bernyanyi dengan nada yang cenderung tinggi dan kuat.
Dulu, tarian ini ditampilkan pada acara-acara tertentu seperti perayan maulid Nabi Muhammad SAW dan hari besar lainnya. Namun pada saat ini tari saman telah banyak dikenal dan ditampilkan pada berbagai acara dan festival budaya baik di Indonesia maupun luar negeri.
Bahkan pada tanggal 24 November 2011, tarian ini dimasukkan dalam daftar representatif warisan budaya tak benda oleh UNESCO dalam sidang ke 6 Komite antar Pemerintah di Bali.
14. Tari Srimpi Sangupati
Tari srimpi sangupati awalnya adalah tarian sakral yang hanya dipentaskan di dalam keraton Surakarta, namun sejak masa kolonial Belanda yang semena-mena terhadap rakyat dan memaksa keraton Surakarta untuk mengambil tanahnya, tarian ini kemudian berubah fungsi.
Pada saat perundingan antara keraton Surakarta dengan pemerintah Belanda, tari srimpi sangupati disajikan untuk menyambut Belanda yang hadir.
Kata sangupati sendiri berasal dari kata Apati atau pengganti Raja yang mana merujuk kepada kolonial Belanda yang sedang menjajah pada saat itu. Tari srimpi sangupati menceritakan tentang perlawanan rakyat terhadap Belanda dan menggunakan pistol serta gelek inum sebagai properti tarian.
15. Tari Topeng Klana
Tari topeng klana merupakan tari topeng yang merupakan salah satu dari lima topeng Panca Wanda (Klana,Panji, Samba atau pamindo, Tumenggung dan Rumyang) yang berasal dari daerah Cirebon.
Tarian ini menceritakan tentang usaha seorang Prabu Minakjingga dalam mengejar cinta Ratu Kencana Wungu, yang walaupun ia telah tergila-gila dengan Ratu dan berusaha sekuat mungkin untuk mendapatkan cintanya, usahanya sama sekali tak membuahkan hasil.
Tari topeng klana konon telah ada sejak zaman Kerajaan Singasari, karena dalam catatan Kitab Negara Kertagama digambarkan Raja Hayam Wuruk sedang menari menggunakan sebuah topeng yang terbuat dari emas. Ciri-ciri tari topeng klana yaitu topeng dan busana penarinya yang didominasi oleh warna merah.
Itu dia penjelasan tentang tari klasik yang ada di Indonesia yang patut kita banggakan dan wajib dijaga dan dilestarikan agar tidak sampai menghilang sebagai warisan budaya dari leluhur kita.