Tari Gending Sriwijaya menjadi salah satu ikon budaya yang berasal dari kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Disamping tarian khas lainnya yaitu tari Tanggai.
Tarian ini termasuk tari berkelompok yang ditarikan oleh sembilan orang penari dengan berbagai peranan berbeda.
Dari sinopsis gerakannya, tari Gending Sriwijaya menyimpan sejarah dan makna mendalam tentang kegemilangan Kerajaan Sriwijaya dan besarnya pengaruh ajaran Budha di masa itu.
Salah satu ciri khas yang mencolok dari tari gending sriwijaya ini adalah kemegahan kostumnya dengan dominansi warna merah dan ornamen emas.
Nah bagaimana detailnya?
Simak terus ulasan dan gambarnya di bawah ini, ya!
Sejarah Tari Gending Sriwijaya
Asal usul tari Gending Sriwijaya bermula dari permintaan pemerintah Jepang tahun 1942 untuk dibuatkan lagu dan tari penyambutan tamu yang khas dari Sumatera Selatan.
Realisasi pembuatannya mulai dilakukan pada Oktober 1943 oleh seorang wartawan sekaligus sastrawan yang bernama Nuntjik A.R. atas perintah Letnan Kolonel O.M. Shida.
Nuntjik A.R. kemudian berkolaborasi dengan komposer yang memiliki nama Ahmad Dahlan Mahibat jebolan toneel Bintang Berlian untuk menata musik sekaligus menuliskan teks lagu tersebut.
Setelah selesai, syairnya disempurnakan kembali oleh Nuntjik A.R. dan diberikan judul Gending Sriwijaya.
Penggarapan selanjutnya beralih ke pembuatan ragam gerak tarian, properti, desain baju dan tata rias yang di-handle oleh Miss Tina Haji Gung dengan bantuan Sukaenah A. Rozak, R.M. Akib serta R. Husin Natodorejo.
Berbagai gerakan tari Gending Sriwijaya merupakan intisari dari unsur adat Batanghari Sembilan yang merujuk pada Palembang dan Sumatera Selatan sebagai asal daerah tariannya, kemudian dipadukan dengan gerak budhisme.
Oleh karena itu, nilai budaya dalam tari Gending Sriwijaya ini sangat kental berkaitan dengan adat istiadat Palembang.
Pementasan tari Gending Sriwijaya pertama kali dilakukan pada 2 Agustus 1945 di halaman Majid Agung Palembang untuk menyambut kedatangan Moh. Syafei dan Djamaludin Adi Negoro dari Bukit Tinggi.
Keunikan, Filosofi dan Fungsi
Tari Gending Sriwijaya ditampilkan dengan vibes positif penuh keceriaan, keramahan dan penghormatan.
Oleh karenanya tari Gending Sriwijaya ini difungsikan sebagai tarian sambut pada acara penting, beberapa upacara adat seperti pernikahan, serta menjadi media daya tarik wisata dan icon cultural dari Palembang.
Setiap gerakan pada tarian ini memiliki filosofi dan makna yang berhasil ditampilkan untuk story telling nilai kehidupan manusia terhadap Tuhan, sekaligus merekonstruksi kejayaan Kerajaan Sriwijaya.
Keunikan yang sangat khas dari gerakan tari Gending Sriwijaya ini adalah ketika menjentikkan ibu jari dan jari tengah sesuai melakukan gerakan saling melepas sesuai ketukan irama.
Hal ini mengandung filosofi bahwa masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan secara umum merupakan seseorang yang disiplin, pekerja keras dan kuat.
Tarian ini juga menunjukkan ketaatan kepada Tuhan dari gerakan sembah, serta sikap hormat dan bertoleransi terhadap sesama yang diwujudkan dalam gerakan sembah berdiri.
Selain itu, perlengkapan sekapur sirih juga memiliki makna yang mendalam.
Misalnya sirih yang melambangkan sikap rendah hati dan tidak merugikan pihak lain dilihat dari cara hidupnya.
Kemudian pinang yang berbatang lurus tanpa ranting menunjukkan budi pekerti dan loyalitas tinggi.
Serta komponen gambir yang harus melalui pemrosesan terlebih dahulu sebelum akhirnya bisa digunakan untuk menginang bersama sirih menjadi simbol kesabaran dan pantang menyerah dalam melalui proses mencapai kesuksesan.
Dengan demikian, jika dirangkum nilai moral dan nilai budaya dalam tarian Gending Sriwijaya ini terdiri dari sifat tawakal, peduli, rendah hati, kerja sama, rukun, sabar, setia, mandiri dan kuat.
Jumlah Penari dan Formasi Tari
Tari Gending Sriwijaya merupakan salah satu seni tari tradisional yang berasal dari Palembang.
Tarian ini ditarikan oleh 9 orang penari perempuan, 3 penari laki, serta seseorang yang menyanyikan lagu Gending Swijiaya sehingga total talent-nya ada 13 orang.
Penari perempuan yang berjumlah sembilan ini merupakan penari inti sebagai perlambang Batanghari Sembilan atau sembilan sungai di kawasan Sumatera Selatan.
Selain itu, jumlah ganjil ini juga merupakan simbol kesatuan dengan satu pemimpin, sebagai representasi sikap batin manusia di dunia yang dikendalikan oleh satu kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.
Satu penari berada di formasi paling depan membawa tepak berisi berbagai sekapur sirih, yang akan diberikan kepada para tamu sebagai ungkapan hormat sekaligus ucapan selamat datang.
Keunikannya, masing-masing penari Gending Sriwijaya memiliki formasi tempat dan busana berbeda untuk setiap perannya.
Formasi tersebut terbagi menjadi satu penari utama yang berada di urutan paling depan dengan membawa properti tepak, dua orang penari dengan peran membawa peridon, serta enam penari pendamping yang berada di sisi kanan dan kiri.
Kemudian secara opsional formasi penari prianya membawa payung, dua orang dengan properti tombak, dan satu orang lagi yang menyanyikan lagu Gending Sriwijaya.
Namun pada pertunjukan di dalam ruangan biasanya penari tambahan ini tidak ditampilkan.
Ragam Gerak
A. Gerakan Tari Awal
1. Sembah
Gerakan ini pada tari Gending Sriwijaya dilakukan dalam dua jenis yaitu sembah dan sembah berdiri.
Sembah berdiri dilakukan melalui gerakan tangan menangkup, kedua kaki berjinjit, dan posisi badan meredah yang disertai dagu sedikit menunduk.
Gerakan sembah ini bermakna penghormatan kepada Tuhan dan sikap saling hormat menghormati sesama manusia.
2. Jalan Keset
Saat melakukan jalan keset, kaki sebelah kanan digeser atau istilahnya ngeset ke arah depan sedikit menyerong ke kanan.
Kaki kiri berjinjit dengan tangan diposisikan pada gerakan sembah.
3. Kecubung
Gerakan kecubung pada gerak awal tari terdiri dari kecubung berdiri di bawah kanan dan kiri, serta kecubung berdiri atas kiri dan kanan.
Gerakan kecubung dilakukan dengan menyilang tangan lalu mengayunkannya sehingga membentuk pola lingkaran.
Posisi kecubung terbagi menjadi kecubung atas kiri dan kanan yang masing-masing perubahan pose ditandai dengan menjentikkan jari.
4. Elang Terbang
Gerakan elang terbang dimulai dengan posisi kedua tangan menthang lalu diayun-ayun ke arah atas dan bawah sebanyak dua kali.
Badan dalam posisi mendhak ketika gerakan ini dilakukan.
B. Gerakan Tari Pokok
1. Elang Terbang
Gerakan elang terbang juga dilakukan di gerakan tari pokok, dengan menambahkan gerak elang terbang duduk yang tidak ada di gerakan tari awal.
Gerak elang terbang ini menjadi lambang sikap kuat dan teguh pendirian dalam melakukan segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tutur Sabda
Tangan dari posisi menyilang diubah menjadi kebar dengan arah kanan, diikuti ukel dan ditarik ke depan badan.
Tangan kemudian berposisi sembah, dimana selama bergerak pandangan mata mengikuti arah gerakan tangan.
3. Berkumandang
Gerakan berkumandang dalam tari Gending Sriwijaya merupakan simbolisasi ajakan kepada penonton untuk menjunjung tinggi kebenaran dan terus melakukan kebaikan.
4. Tabur bunga
Pada gerakan tabur bunga ini, mulanya tangan pada posisi menyilang dan diikuti dengan gerak tangan kanan seperti sedang menabur bunga, sementara tangan kiri tetap di depan dada.
Saat gerakan ini ditarikan, posisi badan penari ke depan, sedikit mundur ke belakang, tepat di tengah, rebah kayu ke arah belakang dan duduk bersimpuh.
Gerakan tabur bunga dalam tari Gending Sriwijaya ini bermakna setiap ilmu sekecil apapun harus disebarluaskan kebermanfaatannya.
5. Borobudur
Tangan yang mulanya disilangkan lalu di-kebar-kan ke arah belakang, diikuti gerak ukel ke depan, dibawa pada posisi tumpang taling, menjentik dan membawa tangan kembali ke tengah.
6. Tafakur
Gerakan tafakur dilakukan dengan memosisikan jari jari tangan membentuk lamabng Tri Murti.
Gerak ini sebagai filosofi bahwa manusia diwajibkan berserah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7. Siguntang Mahameru
Gerkaan siguntang mahameru dilakukan dengan menyilangkan tangan yang kemudian dibawa ke samping badan.
Tangan kanan diletakkan di atas kepala dan memosisikan tangan kiri di depan dada, lalu menghadap ke arah sebaliknya dengan menjentikkan jari saat perpindahan posisi.
8. Ulur Benang
Gerak ular benang ditandai dengan tangan menyilang yang diikuti ayunan tangan seperti ketika mengulur benang.
Gerakan ulur benang merepresentasikan budaya menenun songket yang menjadi kebiasaan perempuan di daerah Palembang.
C. Gerakan Tari Akhir
1. Tolak Bala
Gerakan tolak bala dilakukan sebagai simbolisasi penolakan terhadap segala sesuatu yang berdampak negatif terhadap kehidupan manusia.
2. Mendengar
Saat gerakan mendengar, kedua tangan yang mulanya disilangkan lalu dibawa pada posisi tangan kanan ngiting dan diletakkan di bagian atas telinga kanan dengan tangan kiri tetap di depan dada.
Badan diposisikan agak dicondongkan ke depan dan kepala sedikit menunduk.
3. Sembah Penutup
Gerakannya dimulai dengan tangan menyilang, diikuti gerak ulur benang dalam posisi duduk, dilanjutkan tangan kanan melakukan gerakan kebar, ukel dan diakhiri dengan sembah.
Pola Lantai
Tari Gending Sriwijaya menggunakan kombinasi pola lantai lurus yang berkembang menjadi pola lantai garis V.
Pada saat masuk ke area pertunjukan para penari membentuk formasi garis lurus.
Selanjutnya bergerak dengan pola lantai garis membentuk huruf V dengan penari utama berada pada susunan paling depan.
Interaksi dengan penonton dalam menghaturkan tepak dan peridon disatukan dengan gerakan tarian Gending Sriwijaya.
Penjelasan Kostum dan Propertinya
1. Busana Aesan Gede
Desain baju aesan gede hanya digunakan oleh penari utama dalam tari Gending Sriwijaya.
Merah dipilih sebagai warna primary hues yang merupakan warna pakaian adat khas yang berasal dari provinsi Sumatera Selatan.
2. Busana Aesan Paksakong
Aesan paksakong dikenakan oleh penari pendamping tari Gending Sriwijaya.
Bajunya dibuat dari beludru tabur payet berbentuk baju kurung sebagai bagian budaya Melayu, sehingga tidak mengenakan kemben songket seperti aesan gede.
Mahkotanya pun berbentuk lebih sederhana daripada pasangan mahkota dalam balutan kostum aesan gede.
3. Busana Teluk Belango
Teluk belango merupakan baju yang dikenakan oleh penari pelengkap laki-laki pada tari Gending Sriwijaya.
Merupakan setelan baju panjang dan celana panjang yang dipadukan dengan kain songket ataupun sarung songket.
4. Dodot
Dodot atau juga disebut dengan kemben adalah salah satu perpaduan Jawa pada tari Gending Sriwijaya.
Bentuknya persegi panjang yang dikenakan melilit bagian dada sampai pinggang dengan cara angkinan.
5. Pending
Pending merupakan pengertian dari ikat pinggang para penari yang terbuat dari bahan dasar kuningan.
Pending berbentuk untaian lempengan berbentuk persegi yang dipenuhi dengan ukiran berbagai motif tumbuhan dan hewan.
Bagian depan pending berbentuk persegi enam dengan ukuran lebih besar.
6. Selendang Mantri
Selendang mantri yang dikenakan penari tari Gending Sriwijaya dibuat dari kain songket Palembang.
Pemakaiannya bisa diikatkan ke pinggang langsung atau dikaitkan pada bagian pending.
7. Teratai
Teratai merupakan penutup dada yang dibuat dari kain beludru dengan aksen motif payet ataupun manik – manik.
Teratai biasanya berwarna merah dengan payet berwarna keemasan sehingga terlihat sangat mewah.
8. Selempang
Selempang digunakan menyilang di luar busana yang dikenakan para penari tari Gending Sriwijaya, baik yang mengenakan aesan gede maupun aesan paksakong.
Selempang terbuat dari kain beludru berukuan 15 x 150 cm dengan ornamen hias berupa lempengan berwarna keemasan yang diukir cantik.
9. Kalung Kebo Munggah
Kalung kebo munggah atau tapak jajo ini bersusun tiga dengan bagian bawah berukuran paling besar.
Memiliki warna emas dengan masing-masing bagian merupakan perlambang strata sosial kerajaan, dimulai dari raja di susunan paling atas.
10. Gelang
Penari Gending Sriwijaya memakai tiga jenis gelang pada pergelangan tangannya.
Nama gelang tersebut adalah gelang gepeng (berwujud pipih), gelang sempuru (berwujud seperti duri pada kulit durian) dan gelang kano (berwujud bulat dengan ornamen ukir).
11. Kelat Bahu
Kelat bahu pada tari Gending Sriwijaya berbentuk gelang dengan hiasan berbentuk burung.
Warnanya keemasan dan dipasangkan di bagian bahu pada lengan kanan maupun kiri.
12. Tanggai
Tanggai merupakan aksesoris yang terbuat dari bahan kuningan, perak atau logam lain.
Tanggai ini dipasang pada ujung jari untuk membuat jari-jari penari lebih lentik dan manis.
Uniknya, tanggai hanya dipakaikan pada jari manis, telunjuk, kelingking dan jari tengah baik di tangan kanan maupun tangan kiri.
13. Kasuhun
Kasuhan merupakan aksesoris hiasan kepala yang dibuat dari kuningan, perak atau logam berwarna keemasan lain.
Kasuhun dilengkapi dengan ornamen burung garuda di bagian tengah.
Kasuhan ini hanya digunakan oleh penari utama tari Gending Sriwijaya.
14. Pilis
Pilis juga merupakan hiasan kepala serupa kasuhan tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan sederhana.
Kalis hanya digunakan oleh para penari pendamping dalam tari Gending Sriwijaya.
15. Tanjak
Tanjak merupakan penutup kepala yang dikenakan penari laki-laki tari Gending Sriwijaya.
Tanjak terbuat dari bahan kain songket berbentuk persegi panjang kemudian dibentuk mengelilingi kepala dengan bentuk mengerucut di bagian depan.
16. Sanggul Malang
Tata rambut (hairdo) para penari perempuan Gending Sriwijaya mengenakan sanggul malang.
Sanggul malang ini dilengkapi dengan berbagai aksesoris berwarna keemasan.
17. Cempako dan Beringin
Aksesoris di atas sanggul malang terdiri dari cempako yang berbentuk bunga dan dikombinasikan dengan beringin dalam satu set.
18. Kelapo Tandan
Kelapo tandan juga merupakan hiasan kepala yang ditancapkan pada sanggul berbentuk bunga dan daun dalam satu set.
Kelapo tandan ini merupakan perlambang kasih sayang dan gotong royong.
19. Bunga Rampai
Bunga rampai merupakan hiasan kepala bagian belakang yang menggunakan roncean bunga dengan perpaduan warna kuning, merah dan hijau.
20. Tebeng
Tebeng adalah roncean bunga yang biasanya adalah jenis bunga melati.
Tebeng dikenakan di sisi kanan dan kiri mengait pada karsuhun.
21. Anting Susun Tiga
Penari menyematkan anting bersusun tiga yang berbentuk bulan dan bintang sebagai hiasan telinga.
22. Sewet Songket
Sewet songket merupakan bawahan yang dikenakan oleh penari dengan motif lepus (berdesain songket dengan benang emas penuh di seluruh kain).
23. Rumpak
Rumpak adalah kain songket khusus yang dikenakan oleh penari laki-laki Gending Sriwijaya dengan tumpal kain diposisikan di bagian belakang.
Untuk penari yang sudah menikah, rumpak digunakan sampai di bawah lutut, sedangkan pada penari lajang dipakai sebatas lutut saja.
24. Tepak
Tepak merupakan sebuah wadah bertutup dengan berbentuk persegi yang terbuat dari bahan kayu.
Dinding luar tepak diberikan ornamen hias berupa ukiran corak Palembang.
Di dalam tepak ditempatkan beberapa cupu (wadah yang lebih kecil) yang masing-masing diisi sirih, kapur, pinang, gambir dan daun sirih untuk menginang.
Isian tepak ini dikenal dengan nama sekapur sirih sebagi bentuk penghormatan sekaligus welcome drink yang akan diberikan kepada para tamu kehormatan.
25. Peridon
Peridon atau disebut juga pridon adalah bagian dari perlengkapan tepak sebagai tempat sepahan.
Bahan pembuatan peridon diambil dari jenis kuningan.
26. Payung
Payung ini dibawa oleh salah seorang penari laki-laki sebagai pengawal penari utama ketika memberikan sekapur sirih dalam tepak kepada para tamu.
Payung ini menjadi simbol kebesaran yang mampu memberikan perlindungan terhadap sosok kehormatan.
27. Tombak
Tombak juga merupakan salah satu properti tari Gending Sriwijaya yang dibawa oleh dua orang laki-laki dengan posisi di bagian kiri dan kanan belakang.
Tombak digunakan sebagai lambang keperwiraan yang memberikan rasa aman.
Tata Rias
Penari Gending Sriwijaya dilengkapi dengan riasan cantik (corrective make-up) untuk memunculkan kesan putri jelita yang anggun dan elegan.
Ciri khas dari tata rias penari Gending Sriwijaya aalah menggunakan eye shadow berwarna cokelat atau hijau sebagai dasarnya.
Musik dan Lagu Pengiring
Asalnya musik pengiring tari Gending Sriwijaya adalah menggunakan gamelan lengkap dengan kendang melayu, gong, bass, accordion dan biola yang kemudian diikuti oleh seorang yang membawakan lagu Gending Sriwijaya secara langsung.
Namun, fungui tersebut sekarang sudah diantikan dengan tape recorder dengan tetap mempertahankan musik dan lagu yang sama.
Adapun lirik lagu dari Gending Sriwijaya yang diciptakan oleh A. Dahlan Mahibat dengan berkolaborasi bersama Nuntjik A.R. tersebut ditampilkan pada uraian di bawah ini.
Kutembangkan nyanyi dari lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmatkan lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Mahakala
Sriwijaya dengan asrama agung Sang Mahaguru
Tutur sabda dharmaphala satyakirti dharma kirti
Berkumandang dari puncaknya Siguntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Budha Sakti
Borobudur candi pusaka zaman Sriwijaya
Saksi luhur berdiri tegak kokoh sepanjang masa
Memasyurkan Indonesia di Benua Asia
Melambangkan keagungan sejarah nusa dan bangsa
Taman sari berjenjang emas Perlak Syri Kesyatra
Dengan Kolam Pualam bagai di Syorga Indralaya
Taman Putri turunan Maharaja Syailendra
Mendengarkan nyanyi Irama Lagu Gending Sriwijaya
Dari berbagai foto yang ditampilkan di atas, terlihat sekali betapa indah dan ikoniknya tari Gending Sriwijaya yang berasal dari Palembang ini.
Terlepas dari segala polemik yang menyertainya, semoga tari Gending Sriwijaya ini tetap bertahan dari gerusan zaman sampai di masa mendatang nanti.
Terima kasih banyak kak atas informasinya yang sangat bermanfaat,saya minta izin menggunakannya untuk materi di makalah kak🙏