Tari Bondan merupakan tarian dari Jawa Tengah khususnya daerah Surakarta. Tarian yang termasuk jenis tari klasik ini sudah dibawakann sejak zaman kerajaan Majapahit. Ragam gerak pada tarian yang melambangkan seorang ibu ini dibedakan menjadi, Cindogo, Mardisiwi, dan Pegunungan.
Hampir sama seperti tari Payung dari Sumatera Barat, salah satu properti utama yang dibawa oleh penari adalah payung kertas, selain itu terdapat juga berbagai properti lainnya yang masing-masing memiliki makna tersendiri.
Artikel ini membahas secara detail tentang Tari Bondan, filosofi yang terkandung dalam tarian, serta fungsi dan maknanya.
Sejarah
Menurut literatur sejarah, di masa lampau Tari Bondan merupakan hal yang wajib untuk dipentaskan oleh kelompok kembang desa di kerajaan Mataram sebagai tanda untuk menunjukkan jati dirinya sebagai calon ibu generasi.
Sehingga, sebagai wanita tidak hanya mengurus tentang kecantikan diri, melainkan juga perlu untuk mengurus kehidupan rumah tangga kelak.
Kata Bondan sendiri diambil dari kata Bahasa Jawa dan dimaknai sebagai abdi alias hamba dan biasa disematkan pada anak laki – laki.
Tarian ini merupakan salah satu kategori tari klasik di Jawa Tengah.
Filosofi dari tarian ini sendiri menggambarkan tentang kasih sayang seorang ibu yang merawat dan mendidik anaknya tanpa pamrih dalam keadaan apapun bahkan sampai anaknya meninggalkan dunia.
Selain itu tarian tradisional ini juga menggambarkan bagaimana peran seorang wanita untuk menjadi pelinndung utama dibelakang suaminya, termasuk dalam hal bekerja.
Memang, tidak diketahui secara pasti pencipta tunggal Tari ini.
Pada mulanya tarian ini dibawakan oleh para warga setempat dan seiring berkembangnya zaman, tarian ini sangat populer bagi masyarakat Surakarta dan meluas di wilayah provinsi Jawa Tengah.
Gerakan Tari Bondan
Dalam perkembangannya, terdapat ragam gerak dengan makna berbeda dalam tari Bondan. Diantaranya adalah :
1. Tari Bondan Cindogo
Menggambarkan kasih sayang ibu kepada anaknya hingga akhir hayat, sehingga perasaan sedih lebih dominan untuk dirasakan oleh penari.
Biasanya, gerakan tarian jenis ini dibawakan oleh remaja putri dengan kostum kain wirong, jamang maupun baju kotang.
Selain itu, mereka juga menari sambil menggendong sebuah boneka bayi dan memanggul payung di pundaknya.
Salah satu gerakan yang cukup sulit di tari Bondan jenis Cindogo adalah gerakan menaiki kendi dan memutar kendi sesuai dengan delapan arah mata angin.
2. Tari Bondan Mardisiwi
Sedangkan gerakan pada tari Bondan Mardisiwi lebih ceria dan bersuka cita karena menggambarkan tentang kebahagiaan seorang wanita yang baru pertama kali dikaruniai anak atau momongan.
3. Tari Bondan Pegunungan
Jenis gerakan pada tari Bondan Pegunungan menggambarkan seorang ibu yang bertugas dalam banyak peran seperti mengurus kehidupan anaknya dan membantu suaminya bekerja di sawah.
Karena tarian ini menggambarkan seorang ibu yang juga membantu suaminya bekerja di sawah, maka diperlukan beberapa properti seperti alat pertanian.
Busana yang digunakan juga merupakan baju tani yang biasa dipakai di sawah.
Salah satu keunikan dari jenis gerakan ini adalah sang penari akan melepaskan baju sambil membelakangi para penonton.
Setelah melepaskan baju tersebut, para penari berganti menggunakan baju Bondan yang biasanya dikenakan.
Setelah itu mereka akan melakukan gerakan seperti biasanya.
Gerakan Bondan Gunung alias Tani ini adalah gerakan yang paling sulit bagi para penari.
Pasalnya, para penari harus menari sambil berdiri di atas kendi sekaligus memegang payung dan boneka bayi berdasarkan iringan tembang dolanan maupun musik gendingya.
Kostum dan Properti
Tari Bondan sendiri memiliki ciri khas tertentu dalam hal kostum dan juga properti. Diantaranya adalah :
1. Kain Wirong
Kain wirong dalam tari Bondan seringkali digunakan sebagai bahan dasar dari kostum tari Bondan.
2. Jamang
Jamang alias Sigar merupakan jenis perhiasan atau aksesoris yang dipakai penari di bagian dahi.
Penggunaannya adalah dengan cara melingkarkan jamang pada kepala untuk menjadi hiasan pada kening sampai pelipis.
Jamang biasanya dikolaborasikan dengan penggunaan sumping dan rambut yang sengaja disanggul dengan indah.
Di masa kerajaan Jawa yakni Medang jamang sendiri khusus dibuat dari bahan perak dan emas.
Lalu ditambahkan ukiran yang sangat halus dan sengaja ditatah menggunakan batu sejenis permata maupun intan.
Dalam adat kerajaan Jawa juga, jamang disebut sebagai simbol kekayaan dan kemuliaan.
Sehingga siapa pun yang memakai adalah para kaum dari kelas bangsawan saja.
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, pembuatan Kamang sendiri sudah tidak lagi dikhususkan.
Jamang hanya dibuat dari lapisan bahan kuningan maupun sejenis kulit yang dapat dilubangi lalu diberikan cat berwarna emas.
3. Baju Kotang
Busana yang dipakai para penari Bondan ini merupakan bentuk baju tanpa lengan yang biasa dipakai para penari Bondan.
4. Kain Jarik
Di suku Jawa, kain jarik kerap kali dijadikan sebutan bagi kain bermotif batik Jawa.
Para penari Bondan menggunakan kain Jarik sebagai bawahan mereka yang digunakan dengan cara melilitkannya di pinggul.
Untuk motifnya, terdapat berbagai pola yang memiliki filosofi dan makna tersendiri.
Biasanya, proses pemilihan dalam kain jarik sendiri akan disesuaikan dengan acara yang akan dihadiri si pemakai.
Sebagai kostum tari Bondan, kain jarik akan dililitkan sebagai bagian bawahan baju kemudian disempurnakan oleh kemben.
Biasanya ada juga yang menambahkan dengan penggunaan stagen.
Stagen sendiri difungsikan sebagai alat untuk menahan perut agar dapat terlihat kecil dan kencang sekaligus penahan kain jarik agar tak melorot.
5. Payung Kertas
Melihat gambar payung di atas tentu akan mengingatkan kita pada Tari Payung asal Minangkabau.
Yaps, Payung juga merupakan properti utama dalam menunjang gerakan tari Bondan.
Namun, payung yang digunakan para penari bukanlah payung yang biasa dijual di toko, melainkan payung buatan tangan sendiri dari bahan kertas.
Properti payung kertas pada tarian ini digunakan sebagai simbol seorang ibu dalam melindungi dan menjaga pertumbuhan anaknya dari segala bahaya. Sang ibu pastilah akan melindungi anaknya dari panas, hujan, dan segala marabahaya.
Payung kertas ini adalah properti yang sangat penting dalam peragaan tarian Bondan Cindogo dan Mardasiwi.
Biasanya, payung kertas ini terdiri dari berbagai motif pilihan bunga dengan perpaduan warna yang sangat cantik.
Karena motif dan kolaborasi warna yang cantik ini, banyak pengunjung dari mancanegara berniat untuk membawanya sebagai hiasan ataupun pajangan di rumah.
Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk gemar berkunjung ke Surakarta.
6. Boneka
Tari Bondan merupakan tarian yang menggambarkan kehidupan seorang ibu merawat anak-anaknya.
Sehingga wajar, jika di sini tari Bondan didukung dengan penggunaan boneka sebagai pengganti bayi yang akan diurus oleh sang penari.
Dalam tari Bondan, gerakan menggendong bayi menjadi hal yang sangat vital sehingga boneka menjadi properti utama yang harus ada selain kendi dan payung kertasnya.
Melalui penggunaan properti bayi pun, para penari akan terlatih untuk memiliki sifat keibuan.
Mereka bisa mengekspresikannya lewat nuansa yang lembut dan kasih sayang.
7. Caping
Caping merupakan salah satu alat dalam dunia pertanian yang biasa dipakai oleh petani.
Caping sendiri sangat berguna untuk melindungi diri dari teriknya panas matahari ketika menjelang siang.
caping inilah yang digunakan sebagai pelindung kepala dari sengatan sang surya serta sebagai panghalau air ketika musim hujan tiba.
Dalam tari Bondan, penggunaan caping oleh penari masuk dalam kategori ragam gerak Bondan Pegunungan/Tani.
Pada mulanya caping kerap dibuat dari bahan bambu yang dianyam dan dibentuk menggunakan pola kerucut.
8. Rinjing
Rinjing merupakan sejenis bakul bertangkai yang sengaja dibuat dari anyaman bambu dan biasa digunakan oleh para petani.
9. Alat Pertanian
Selain caping, para penari juga dapat menggunakan alat pertanian lainnya seperti cangkul.
Hal ini untuk memberikan kesan sempurna dalam memeragakan drama kisah seseorang wanita yang membantu suaminya untuk bekerja di sawah.
Cangkul yang digunakan pun beragam. Namun sebaiknya, properti cangkul dipilih dari bahan yang ringan saja untuk dijadikan alat peraga para penari.
10. Bakul / Tenggok
Bakul merupakan sejenis wadah yang sengaja dibentuk dari anyaman bambu.
Di kalangan masyarakat Jawa, bakul juga dikenal dengan nama tenggok.
Bentuk tenggok ini seperti lingkaran di bagian atasnya, dan segi empat di bagian bawahnya.
Sehingga, ukuran atas lebih besar dibandingkan bawahnya.
Properti jenis ini biasanya digunakan dalam gerakan tarian Bondan pegunungan atau tani.
11. Kain Gendong
Kain gendong adalah kain yang digunakan sebagai properti untuk menggendong si boneka.
Di Jawa Timur sendiri, kain ini sering disebut dengan sewek.
Menggendong bayi menggunakan kain merupakan tradisi di kebudayaan Jawa sebagai wujud cinta kasih seorang ibu kepada anaknya.
Walaupun teknologi alat gendongan bayi sekarang sudah canggih, namun penggunaan kain gendong dalam tari Bondan sengaja untuk tetap dilestarikan.
Selain menggunakan kain gendong, biasanya para penari juga menggunakan kain Sampur.
Biasanya kain Sampur ini juga dipakai oleh para penari tradisional di Jawa Tengah.
Penggunaan kain Sampur ini cukup dengan menyampaikan di bagian bahu penari agar tampilannya jadi lebih indah saat pentas di panggung.
Dalam menggendong bayi sendiri pun, para penari ditantang untuk lebih telaten dan menunjukkan ekspresi kasih sayang sebagai wujud dari ketelatenan mereka sebagai ibu.
12. Kemben
Secara geografis, iklim di Indonesia adalah iklim tropis yang bersuasana panas dan lembab.
Karena iklim seperti inilah, para wanita Jawa kerap menggunakan kemben sebagai baju dasarnya, terutama kalangan masyarakat biasa.
Kemben sendiri merupakan sejenis kain yang digunakan para penari Bondan sebelum dilapisi dengan busana luar.
Dalam masyarakat Jawa, kemben sering digambarkan sebagai busana sehari-hari para wanita yang pemakaiannya dengan cara dililitkan dan diberikan tali tambahan agar tidak melorot.
Ukuran panjang atau pendeknya penggunaan kemben tergantung besaran kain yang digunakan.
Penggunaan kemben sendiri tidak hanya digunakan oleh wanita Jawa saja, bahkan juga kerap kali digunakan oleh wanita Bali, khususnya oleh para wanita di kraton istana.
Pada mulanya kemben hanya berkarakter polos saja.
Namun, seiring berkembangnya zaman, kemben menjadi semakin terkenal dan terdiri dari berbagai macam motif dan bahan misalnya beludru, batik, dan lain-lainnya.
Saat ini, produksi kemben sudah melaju pesat bahkan ditambahkan tali, kancing maupun resleting dalam kemben.
Dengan model kemben yang sudah dimodifikasi, maka diharapkan akan memudahkan penari dalam memakainya.
Tapi biasanya para penari Bondan lebih memilih kemben dengan bahan kain beludru yang dijahit.
13. Kendi
Kendi sejenis teko sebagai wadah air minum namun poses pembuatannya dibentuk dari tanah liat.
Kendi sendiri bagi masyarakat Jawa sangat penting.
Biasanya kendi ini diletakkan di dapur para warga dan dijadikan sebagai air minum maupun wadah untuk mandi.
Dalam Tari Bondan, kendi menjadi properti utama yang wajib ada.
Keberadaan kendi ini nantinya akan dijadikan sebagai pijakan bagi para penari Bondan.
Sehingga kendi yang digunakan sebaiknya memilih kendi dengan kualitas baik agar tidak mudah pecah ketika dipijak oleh para penari.
Pengiring Musik
Pada mulanya, tari Bondan hanya diiringi alunan dari tembang dolanan.
Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, maka digunakanlah alat berupa musik gending.
1. Tembang Dolanan
Tembang dolanan di era sekarang jarang digunakan oleh para remaja untuk bermain.
Dulu di zaman kerajaan tembang dolanan selain digunakan sebagai instrumen tarian tradisional misalnya tari Bondan, juga digunakan untuk bermain.
Namun, sekarang karena kecanggihan teknologi alunan tembang dolanan jarang sekali terdengar bahkan hampir tidak pernah.
Para remaja maupun anak-anak kebanyakan lebih mengenal games dalam smartphone canggih mereka.
2. Musik Gending
Dalama bahasa Jawa, musik gending dihasilkan dari alat berupa gamelan.
Musik Gending yang digunakan merupakan musik dengan ritme yang santai dan halus sehingga akan semakin memberi gambavan bahwa kepribadian wanita Jawa sangat lembut, sopan, dan mulia.
Musik tersebut contohnya adalah musik Gending Ayak-Ayakan dan Ladrang Ginonjing.
a. Gending Ayak – Ayakan
Berikut terdapat contoh lirik gending ayak – ayakan dalam bentuk gambar. Silahkan disimak ya!
b. Ladrang Ginonjing
Selain Gending ayak-ayakan juga terdapat ladrang ginonjing yang memberikan kesan instrumen yang sangat lembut dan sopan.
Berikut notasi dalam bentuk gambarnya!
Pertunjukkan Tari Bondan
Untuk melakukan jenis tarian ini, biasanya para penari disarankan untuk berlatih dulu dengan mempelajari tarian dasar.
Pada gerakan tari Bondan, para penari akan menggendong bayi menggunakan kain gendong yang sudah disiapkan, dan sebelah tangan lainnya memegang payung kertas.
Untuk sampai ke tahapan ini, para penari akan belajar mengenai konsentrasi dan ketelatenan tingkat tinggi.
Uniknya dari tarian ini yakni ketika para penari menaiki kendi dan melakukan tarian.
Di sisi lain, ketika mereka menaiki kendi, mereka harus mampu menjaga keseimbangan Abdan agar kendi tidak sampai pecah.
Selain itu para penari juga melakukan gerakan memutar di atas kendi dengan ikut memainkan patung kertas yang sudah dibawa.
Sedari awal tarian ini dipentaskan, biasanya tari Bondan sering diiringi dengan musik berupa tembang dolanan.
Hanya saja, seiring dengan berkembangnya zaman, tari Bondan juga dapat diiringi dengan musik Gending seperti gending Ayak – Ayakan dan Ladrang Ginonjing.
Fungsi dan Makna
Pada setiap kebudayaan, terselip pesan dan makna mendasar yang harus dipelajari tak terkecuali hakikat filosofi dalam Tari Bondan ini. Berikut fungsi dan makna pesan dalam tari Bondan ini.
1. Menggendong Anak
Gerakan penari Bondan yang menggendong anak menggambarkan bahwa tugas utama seorang wanita adalah mendidik dan mengasuh anaknya sesuai dengan prinsip kehidupan yang baik.
Tugas inilah yang kadang hari ini mengalami diskriminasi dan sering kali dilupakan.
Sebagian ibu lebih banyak menghabiskan waktu di dunia kerja dibandingkan bercengkrama dan melihat perkembangan anak didiknya.
2. Payung Terbuka
Payung dalam tari Bondan diibaratkan sebagai alat untuk melindungi.
Jika penari melakukan gerakan dengan membuka payungnya, hal tersebut menggambarkan sikap seorang ibu yang sukarela untuk memberikan perlindungan kepada anak-anaknya dengan segenap kekuatannya.
Hal ini cukup berkesan, karena di masa sekarang tak jarang kita mendapati bahwa para ibu sudah mulai lupa akan kegiatan utamanya dalam menjalankan peranan sebagai madrasah utama bagi permata hatinya.
Peran utama ini mulai tergantikan dengan kondisi para ibu yang lebih gemar bekerja dibandingkan memperhatikan intensitas kasih sayang dan dedikasi pada keluarga.
3. Filosofi Kendi dan Menaikinya
Penggunaan kendi sendiri memiliki makna bagi para penari Bondan.
Kendi diibaratkan sebagai simbol untuk urusan dapur maupun rumah tangga yang akan diemban oleh seorang wanita.
Selain itu, gerakan memutar kendi menurut delapan arah mata angin melambangkan bahwa seorang wanita harus memiliki kemampuan dan bertanggung jawab untuk membantu suaminya menjalankan bahtera kehidupan.
Hal ini sesuai dengan ungkapan bahwa wanita merupakan tiang negara.
Karena perannya sebagai ibu tidak hanya berkaitan dengan urusan dapur, melainkan mendidik, dan menjaga moral keluarga tanpa pamrih.
Menyusun perkembangan anak sedini mungkin sehingga dapat membanggakan dan memuliakan derajat keluarga.
Sedangkan filosofi dari menaiki kendi, hal ini mengajarkan kepada para penari bahwa kehidupan tidak akan pernah bersifat statis, melainkan dinamis.
Dinamis yang dimaksud adalah kehidupan akan senantiasa didera masalah sehingga wanita diharapkan mampu melewati fase kehidupan yang dilaluinya.
Selain itu, dalam menaiki kendi perlu untuk meningkatkan konsentrasi, ketenangan batin maupun tingkat kefokusan yang cukup tinggi agar dapat menapakkan kedua telapak kaki di atas kendi.
Hal ini mengajarkan kepada para penari Bondan, bahwasannya ketika menghadapai sebuah masalah, diharapkan meneylesaikan tanpa tergesa- gesa sehingga bisa membuuahkan solusi yang tepat.
Selain itu menaiki kendi juga memiliki makna filosofis bahwa ibu adalah sumber penghidupan dan aksih sayang bagi anak – anaknya.
Festival untuk Pelestarian Tari Bondan
Seiring bertambahnya kecanggihan teknologi, adalah hal yang sangat disayangkan bila tari Bondan tidak dapat dilestarikan.
Karena tarian ini memiliki berbagai manfaat baik bagi para penarinya, maupun masyarakat Jawa secara luas.
Bagi penari, tarian ini akan membuat mereka menjadi pribadi yang telaten, sabar, dan pantang menyerang.
Karena beberapa gerakan dalam tari Bondan sangatlah rumit dan sulit dilakukan.
Bagi masyarakat Jawa sendiri, tari Bondan merupakan salah satu tarian yang memberikan wujud gambaran bagaimana kepribadian wanita Jawa dalam membangun biduk rumah tangganya termasuk mengurus kehidupan anak dan suami. Sangat filosofis sekali bukan?
Sehingga tak heran bila pemerintah daerah Surakarta sendiri melakukan pelestarian tarian ini dalam berbagai hal misalnya, mengadakan festival.
Misalnya, festival Seni Tradisional dan Pasar Rakyat yang pernah diadakan pada tahun 2017 silam yang dimainkan oleh sekelompok anak-anak yang melenggak-lenggok di atas panggung Mardi Gras Citra Raya.
Tari Bondan sendiri pernah mengikuti berbagai acara pagelaran seni budaya baik lokal maupun internasional untuk lebih mengenalkan tarian asal Surakarta ini.
Selain itu tarian ini juga dilestarikan melalui beberapa sanggar seni yang ada di Jawa Tengah. Salah satu sanggar yang terkenal yakni sanggar Tari Tresno Budoyo.
Demikian ulasan tentang tari Bondan asal Surakarta ini ya, kawan!
Semoga apa yang sudah terbahas menjadi pencerah dan penjelas bagi kita semua bahwasannya Indonesia sangat kaya dengan kebudayaan yang ada.
Kebudayaan ini perlu diingat dan dijaga filosofinya sehingga memberikan kesan dan makna yang mendalam bagi generasi mendatang.
Jangan lupa untuk membaca ulasan tarian adat lainnya seperti Tari Gending Sriwijaya ya!