Dampak budaya asing sangat berpengaruh bagi kelanjutan dari sebuah budaya yang ada di Nusantara.
Terutama dari daerah ibukota DKI Jakarta dengan suku aslinya Betawi mempunyai beragam tarian tradisional yang beberapa diantaranya sudah mulai dilupakan.
Pengaruh budaya asing jadi faktor tergerusnya tari Betawi.
Namun, perlahan pemerintah dan masyarakat sudah mulai kembali memperhatikan budaya Betawi satu ini.
Macam-Macam Tari Tradisional Betawi Dan Gambarnya
1. Tari Zapin Betawi
Kata Zafin (dibaca Zapin) berasal dari bahasa Arab yaitu Zafanan atau Zafana yang artinya mendadak atau mendadak.
Atau arti lainnya yakni menari.
Tarian ini berasal dari bangsa arab tapi dalam perkembangannya terpengaruh dengan tarian Melayu.
Fokus Tari Zapin ada pada gerakan kaki dengan empat pola yaitu pola lantai pokok, pola lantai konde, pola lantai putaran dan pola tiga.
Awalnya tari zapin tergolong ada tari pergaulan tapi kemudian beralih fungsi sebagai tari pertunjukan.
Sehingga dipertunjukkan untuk memperingati acara khitanan, perkawinan, Hari Maulid Nabi dan sebagainya.
Dengan bentuk pementasan disebut Malias, dimana penari berkelompok membuat setengah lingkaran atau lingkaran.
Maka ditengahnya kosong digunakan sebagai arena pentas.
Tari zapin juga mempergunakan jenis panggung Balandongan (panggung buatan semacam proscenium).
2. Tari Nandak Ganjen
Sukirman atau lebih dikenal sebagai Entong Kisam menciptakan tari nandak ganjen sebagai tari kreasi baru dari Betawi pada tahun 2000.
Tarian ini terinspirasi dari pantun lama Betawi yakni “Buah cempedak buah durian, sambil nandak cari perhatian”.
Dalam bahasa Betawi nandak berarti menari sedangkan ganjen berarti centik atau genit yang dimaknai sikap menggoda.
Tari nanjak ganjen bercerita tentang gadis remaja yang memasuki fase kehidupan dewasa atau yang lazim disebut ABG (anak baru gede).
Anak ABG pada masanya peralihan usia beragam sifat bisa muncul, mulai dari keceriaan, sedikit memberontak, ingin melakukan apapun yang mereka inginkan, tanpa harus bertanya dahulu karena mereka sudah merasa dewasa.
Kostum penari pun mirip dengan kostum topeng Betawi Karena merupakan tarian turunan dari tari topeng.
Busana penari mulai dari kebaya pola tiga warna (kuning, hijau, merah) di ujung lengannya, toka-toka penutup dada seperti kain yang disilangkan, ada kain “ampreng” untuk menutup bagian perut sampai bawah lutut.
Juga memakai ikat pinggang “pending” berwarna emas dan selendang yang diikat pada pinggang.
Rambut akan di konde, serta dilengkapi hiasan kepala seperti sumpit berwarna emas hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Betawi.
3. Tari Blantek
Tari blantek sudah ada sejak zaman penjajahan dan termasuk tari kreasi yang hanya dipertaskan untuk pertunjukkan teater rakyat guna menghibur para tuan tanah zaman dulu.
Nama tari blantek berasal dari iringan musiknya yang selalu berbunyi blan blan blan crek.
Tari ini ditarikan oleh 4-6 orang wanita memakai busana serba cerah, dengan bagian depan akan dihiasi manik-manik, penari juga memakai selendang di bagian pinggang.
Gerakan yang digunakan sangat cepat, luwes dan berenergi sehingga menghasilkan istilah gerakan yang disebut selancar, tindak, rapat tindak, puter goyang, geol dan lainnya.
Iringi dengan perpaduan alat musik tanji seperti baritone, terompet, kendang, trombone, sambal, gong, dan tehyan.
4. Tari Yapong
Tari yapong termasuk tari pergaulan yang diciptakan untuk mengisi acara ulang tahun DKI Jakarta ke 450 pada tahun 1977, dengan hasil kreasi dari Bagong Kusudiarjo.
Tari yapong mengandung adegan sendratari, dimana penari akan menari dengan kesenangan menyambut kedatangan Pangeran Jayakarta.
Musik pengiring penyanyi yang berbunyi “ya..ya..ya..” serta suara musik yang akan terdengar “pong..pong..pong” melatar belakangi penamaan tari yapong.
5. Tari Blenggo
Kata blengo berasal dari kata lenggak-lenggok, yaitu gerakan yang sering dilakukan untuk sebuah tarian, yang dalam kalangan masyarakat Betawi ada istilah “diblenggoin” yaitu gerakan sebuah tarian.
Tarian ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Terdapat dua jenis musik pengiring yaitu Blenggo Rebana, menggunakan rebana biang, dan Blenggo Ajeng Betawi menggunakan gamelan ajeng.
Tarian ini bernuansa Islam karena biasa dilakukan usai mengaji guna mengisi waktu luang.
Pada awalnya tari blenggo digunakan sebagai tari pengiring pengantin pria yang menggunakan adat palang pintu.
Namun, seiring perkembanganya tarian in digunakan sebagai tari persembahan untuk menyambut tamu dan termasuk tari hiburan.
6. Tari Ngarojeng
Gerakan tari ngarojeng terinspirasi dari musik Ajeng pada awalnya muncul di daerah Betawi pinggiran.
Musik ajeng atau musik gamelan ajeng yang pada awalnya adalah musik untuk pementasan Wayang Kulit Betawi.
Irama dari musik ajeng mengekspresikan kesabaran, ketegaran dan kekuatan untuk menjalani hidup.
Tarian ini diciptakan oleh Wiwiek Widiastuti, yang menggambarkan perempuan Betawi pada masa lalu adalah kaum yang mempunyai kemampuan merawat rumah tangga dan lingkungan sekitarnya.
Tari ngarojeng dipentaskan dalam berbagai kegiatan resmi yang diadakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah DKI Jakarta.
7. Tari Topeng Betawi
Tari topeng Betawi adalah tarian yang sangat terkenal dari daerah Jakarta karena penarinya memakai topeng sebagai properti utamanya.
Jika dilihat dari sejarahnya, tarian ini terinspirasi juga dari tari topeng Cirebon.
Seperti pertunjukan opera tarian ini jadi perpaduan antara seni tari, nyanyian dan musik sehingga tarian ini lebih bersifat teatrikal dan komunikatif lewat gerakannya.
Tari topeng biasanya dipertunjukkan saat acara khitanan, pernikahan serat acara resmi lainnya.
Sebab dipercaya tarian ini bisa menjauhkan dari mara petaka, tetapi seiring perkembangan zaman kepercayaan ini sudah mulai luntur.
Pertunjukkan diawali dengan iringan musik, setelah itu penari keluar dengan memakai topeng dilanjutkan dengan gerakan tapi sesuai dengan teman yang dibawakan.
Temanya tergolong variatif, seperti cerita legenda, kritik sosial, kehidupan manusia, dan ceria klasik lainnya.
Tarian ini diiringi dengan alat musik tradisional Betawi antara lain, kempul, kromong tiga, kulanter, krecek, gong buyung, rebab, dan gendang besar.
8. Tari Lenggang Nyai
Para wanita Betawi menarikan tari sembah nyai dengan mengekspresikan keindahan dan kelincahan mereka.
Dibawakan oleh 4-6 gadis kecil tarian ini diciptakan oleh Wiwik Widiastuti pada tahun 1998.
Tarian ini bercerita tentang wanita cantik dari Betawi bernama Nyai Dasimah yang menikah dengan pria Belanda bernama Edward William.
Sayangnya dalam pernikahan tersebut Dasima terkekang dan haknya sebagai perempuan dirampas suaminya, oleh sebab itu ia memperjuangkan kebebasannya.
9. Tari Gitek Balen
Tari gitek balen adalah tarian yang bercerita tentang seorang gadis yang beranjak dewasa dengan kelincahan gerakan mengartikan bagaimana para remaja masuk dalam masa pubertasnya.
Tarian ini termasuk kreasi baru, yang terinspirasi dari ketukan di dalam rangkaian gamelan ajeng Betawi.
Tari gitek balen berasal dari istilah gitek yang artinya goyang dan balen yakni suatu pola pukulan pada gamelan Betawi.
10. Tari Cokek
Tari cokek jadi salah satu tari tradisional tempo dulu yang diiringi musik Gambang Kromong.
Tari ini ditarikan oleh perempuan dan laki-laki secara berpasangannya, sebab tari cokek mempunya fungsi sebagai tari pergaulan.
Awal pementasannya tari cokek hanya dipentaskan oleh tiga orang perempuan, tapi seiring perkembangan zaman tari ini dipentaskan secara berpasangan.
Dengan awal pertunjukkan yaitu seperti wawayangan di mana penari akan berbaris memanjang laku melangkah maju-mundur mengikuti irama Gambang Kromong.
Saat pementasan penari akan memakai baju kurung dan celana panjang berbahan sutra berwarna.
11. Tari Sirih Kuning
Tari ini merupakan bentuk pengembangan dari tari cokek, yang populer di kalangan Tionghoa di daerah pinggiran Betawi.
Tari Sirih Kuning ditampilkan saat acara pernikahan, saat pengantin pria menyerahkan “Sirih Dare” kepada pengantinnya.
Terdiri dari empat belas daun sirih, tujuh lembar di kiri dan tujuh lembar di kanan yang semuanya dilipat kerucut terbalik.
Kemudian ditengah lipatan diberi mawar merah dan lembaran uang.
Lipatan daun sirih yang berisi uang serta mawar akan dimasukkan lagi ke dalam pembungkus berbentuk segitiga yang luarnya sudah dilapisi kertas emas.
Pemberian Sirih Dare melambangkan cinta, kasih serta persembahan untuk mengajak pengantin wanita duduk bersama serta saling mengasihi sebagai suami istri.
Tarian ini juga digelar untuk menyambut tamu terhormat, dan untuk merayakan khitanan.
Tari sirih kuning dibawahkan secara berpasangan, tapi tetap berjarak dan tidak bersentuhan.
12. Tari Samrah
Walaupun berasal dari Betawi, tetapi tari samrah mendapat pengaruh kuat dari kebudayaan Melayu.
Hal ini terlihat dari gerakan yang mengutamakan langkah kaki serta iramanya.
Tari samrah diiringi dengan nyanyian seorang biduan, berupa pantun dan tema lagu percintaan, cinta wanita serta lagu bertema keagamaan.
Tentu saja menggunakan lagu Melayu misalnya, Burung Putih, Pulau Angsa Dua, Cik Minah Sayang, Sirih Kuning Masmura.
Namun, sebagai selingan menggunakan lagu Betawi seperti Kicir-Kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung.
Karena diiringi dengan nyanyian tarian ini dibagi dua berdasarkan irama, yakni bertempo lambat dan cepat.
13. Tari Renggong Manis
Tari renggong manis yaitu tarian tradisional yang berfungsi sebagai ungkapan perasaan.
Ungkapan perasaan yang dimaksud seperti ungkapan kebahagian dan rasa kebersamaan para anak yang beranjak dewasa.
Tari renggong manis merupakan perpaduan budaya dari Betawi, China Klasik, India dan Arab yang dipentaskan pada acara-acara resmi saja.
Seperti acara penyambutan tamu menunjukkan kebahagiaan tuan rumah karena kedatangan tamu terhormatnya.
Musik Gambang Kromong juga ikut andil untuk mengiringi tarian ini dengan suara rebab dua dawai.
Yang akan terdengar dengan jelas unsur-unsur etnik China.
Penari akan memakai busana yang mencolok dengan motif kain penuh pernak-pernik budaya China.
14. Tari Lenggo Jingke
Abd. Rachem menciptakan tari legong jingke sebagai tari kreasi baru.
Tarian lenggo jingke tercipta berdasarkan pola gerak tari dari tari belenggo.
Lenggo berarti tari atau goyang sedangkan jingke berarti jinjit.
Menghasilkan tradisi Betawi dengan nuansa tarekat, yaitu nuansa pembangunan semua bentuk tari tersebut sangat Islami.
Tari lenggo jingke dipertunjukkan oleh hanya penari wanita.
15. Tari Kembang Lambang Sari
Tarian ini kembali diciptakan oleh Wiwiek Widyastuti pada tahun 2000 sebagai tarian kreasi baru.
Tari kembang lambing sari terinspirasi dari Lakon Bapak Jantuk dalam sebuah pentas teater rakyat Topeng Betawi.
Yang adalah perpaduan dari musik, tari, lakon (drama), dan bobodoran atau lawak.
Adegan Bapak Jantuk dan istrinya yang kerap bertengkar karena hal sepele, dengan adegan keduanya disampaikan dalam bentuk berbalas pantun.
Kemudian dialog inilah yang menjadi inspirasi dari sebuah tari kembang lambing sari.
Nama kembang sari berasal dari iringan tari topeng Betawi.
Dalam tarian ini mengekspresikan kebahagian Bapak Jantuk saat menjaga anak-anaknya dengan adegan bernyanyi, menari dan juga berbalas pantun.
Tarian ini dibawakan oleh sekumpulan gadis yang berjumlah ganjil karena gerakan yang lemah gemulai lalu semakin lincah mengikuti iringan musik yang ada.
Para penari akan memakai kostum kebaya tiga pola dan bawahan kain batik khas Betawi.
Sebagai alat musik pengiring menggunakan gamelan topeng, terdiri dari sebuah rebab, satu ancak kenong berpencon tiga, sepasang gendang (gendang besar dan kulanter), sebuah kempul yang digantungkan pada gantungan, sebuah kecrek dan sebuah gong tahang atau disebut juga “gong angkong”.
16. Tari Ondel-Ondel
Tarian ini sangat terkenal dank has dari Betawi karena terinspirasi dari boneka besar yagng tersbuat dari anyaman bamboo dengan tinggi ± 2,5 meter dan diameter ± 0,8 meter “ondel-ondel”.
Namun, tari ini tidak menggunakan boneka ondel-ondel sebagai propertinya tapi hanya menggunakan tampah kecil berhiaskan dengan hiasan wajah khas ondel-ondel yang dibawah para penari.
Tari ini menggambarkan kecerian gadis remaja yang sudah ikut menyelenggarakan pesta khitanan yang memang pesta ini selalu dimeriahkan dengan boneka ondel-ondel.
Bagi masyarakat Betawi tari ondel-ondel digunakan sebagai penolak bala.
Sehingga tarian ini dibawakan oleh penari perempuan secara berkelompok tapi kadang juga dikreasikan sebagai tarian berpasangan.
Kostum yang dipakai penari perempuan terdiri dari kebaya tiga warna, dengan bawahan batik Betawi semacam rok lebar.
Dengan tambahan bagian dada ditutupi toka-toka silang dada atau teratai bulat, serta penari juga memakai selendang.
Sedangkan penari pria memakai pakaian khas Betawi dengan kopiah hitam dan sarung digantung dileher.
Sejarah Perkembangan Tari Betawi
Sebenarnya sejarah pada setiap hal terutama pada tarian berbeda-beda.
Walaupun begitu, kejadian masa lalu punya kesan tersendiri hingga lahirnya sebuah jenis tarian baru.
Oleh sebab itu, sejarah tarian Betawi diwariskan untuk keturunan selanjutnya.
Contohnya tari kembang lambing sari yang diciptakan Wiwiek Widyastuti pada tahun 2000, munculnya ide tarian dari kreativitasnya sendiri.
Ceritnya pun berkaitan dengan cerita “Bapak Jantuk” pada topeng Betawi, yang mengisahkan pertengkaran antara Bapak Jantuk dan istrinya.
Adegan in menjadi ide awal terciptanya tari kembang lambing sari, yang menggambarkan kegembiraan sang ayah merawat anak-anaknya yang digambarkan dalam bentuk gerakan, nyanyian, serta saling balas pantun.
Karena latar belakang suku Betawi yang berasal dari beragam etnis membuat ekspresi seni tari yang dihasilkan juga sangat kaya.
Fungsi Tarian
Seni tari Betawi sendiri punya beragam fungsi.
Dan setiap fungsi pada tarian juga punya tujuan dan maknanya masing-masing.
1. Fungsi Edukasi
Sebenarnya pada dasarnya tarian bertujuan hanya untuk menghibur penonton, tetapi ternyata tarian juga bisa digunakan sebagai wadah edukasi masyarakat.
Tarian edukasi adalah tarian yang dipentaskan dengan menampilkan pesan moral yang dapat dipelajari oleh penari dan penikmatnya.
Contoh tarian yang dimaksud yaitu tari lenggang nyai, yang menggambarkan seorang nyai dengan semangat menjalani hidup, walau telah melewati banyak cobaan.
Nyai tersbeut bernama Nyai Dasimah.
Tarian yag menceritakan bagaimana penolakan dan hak seorang perempuan untuk menjalani hidupnya.
2. Fungsi Upacara
Memang beberapa tarian tradisional dianggap sakral bahkan hanya dipertunjukkan pada acara-acara tertentu.
Sehingga ada tarian dengan fungsi upacara contohnya tari topeng Betawi.
Tarian ini hanya dipentaskan pada upacara khitan dan pernikahan saja.
3. Fungsi Pergaulan
Setiap daerah tentu punya tari pergaulan.
Dari Betawi ada tari yapong dan tari cokek yang difungsikan sebagai tari pergaulan yang dikaitkan dengan keadaan daerah masing-masing.
Tari pergaulan kadang dipentaskan saat acara penyambutan panen,bersih-bersih desa, dan lain-lain.
Gerakan Dasar Dalam Tarian
Berikut adalah gerakan dasar yang digunakan hampir pada semua tari Betawi.
1. Sikap Gibang
Beberapa bagian tubuh pada penari seperti kaki, tangan, badan dan kepala.
Kaki kanan di depan, kaki kiri kemudian ditekuk jadi lutut akan seorang kanan dan kiri.
Badan penari akan merendah, dadah dibusungkan dan mengempiskan perut.
Tangan kanan ditekuk depan dada, jari jari tangan mengarah kedepan telapak tangan samping kiri, tangan kiri ditekuk sejajar pinggang jari2 ke depan telapak tangan ke bawah, dan posisi kepala lurus ke depan.
2. Rapat Nindak
Posisi kepala menoleh ke kiri depan, kembali ke kiri lagi, badan menggenjot dan merendah, karena lutut terbuka mengarah diagonal ketukan.
Tangan kiri sedikit ditekuk, telapak tangan diputar, menghadap serong kiri.
3. Koma Putes
Posisi kedua kaki merapat dengan jarak tumit sekitar 2 kepal, lutut terbuka dengan kaki mengarah diagonal, badan dicondongkan ke depan.
Kepala menghadap ke depan, tangan direntangkan ke samping sebatas pinggul, telapak tangan kanan kiri menghadap ke atas.
Lalu jari-jar ditutup, kemudian diputar,di buka lagi mengarah ke atas, dengan telapak tangan kiri dan kanan menghadap ke samping.
4. Cendol Ijo
Posisi kaki merapat dengan jarak tumit satu kepal, badan merendah, pinggul di goyang ke kanan dan kiri dengan 8 hitungan.
Posisi tangan diletakkan di pinggul sambil kepala menoleh kiri dan kanan secara bergantian.
Kemudian diulang pada gerakan kaki jinjit, kaki kanan di kiri dibelangkai kaki kanan.
Kaki kanan sebagai tumpuan berputar ke kiri maka kedua kaki akan sejajar, membelakangi penonton.
Diikuti dengan badan merendah berputar ke kanan, badan diluruskan setelah berputar.
5. Koma Pendek
Kedua kaki merapat, badan tegak, tangan berada disamping sebatas pinggang, dengan telapak tangan menghadap ke samping.
Posisi kepala menghadap ke depan, lengan sedikit ditekuk kemudian telapak tangan ditutup diputar lagi sambil meluruskan lengan.
Busana Khas Penari Betawi
Tidak akan lengkap suatu pementasan tari tradisional jika penarinya tidak memakai kostum tradisional juga.
Busana inilah yang juga jadi pemikat penonton.
Tarian tradisional Betawi juga memakai baju adat Betawi yang berbeda-beda pada setiap jenis tarian yang ditampilkan.
Baju tradisional Betawi memang terkenal dengan warna-warnanya yang terang.
Warna-warni pada kostum membuat penarinya begitu mencolok.
Contoh warna yang digunakan yaitu merah ,identik dengan lambing keberanian.
Walaupun jadi berasal dari kota metropolitan tarian tradisional Betawi tidak pernah mati digerus zaman.
Melainkan masyarakatnya semakin memperhatikan kebudayaan mereka jangan sampai diambil alih oleh bangsa lain.