Bali memiliki warisan budaya yang kaya, salah satunya adalah tari-tarian. Diantara Tari Bali yang terkenal antara lain adalah Tari Kecak, Barong, Pendet dan Legong. Tarian ini terbagi menjadi tarian tradisional dan tari modern, tergantung kapan tarian tersebut dibuat. Bagi masyarakat Bali, tarian berfungsi sebagai sarana sosial dan spiritual. Berikut ulasannya:
Macam Macam Tari Bali
1. Tari Arja
Tari Arja (Opera Arja) merupakan tari klasik bernilai tinggi dan menghibur. Nama Arja berasal dari bahasa Sansekerta, “Reja” (keindahan). Dramatari Arja menyuguhkan komedi segar dengan dialog percakapannya ditembangkan secara macapat dan kisah Panji (Malat) paling populer untuk dibawakan.
2. Tari Baris
Tari Baris bertemakan kepahlawanan, melukiskan prajurit gagah berani ketika berperang. Tari Baris termasuk dalam tarian sakral dan tari laki keras sebagai persembahan dan wujud dari rasa syukur. Ada beberapa macam tari Baris seperti tari baris tunggal, tari baris gede, tari baris jago, tari baris jojor dan tari baris tamian. Tari Baris diperagakan 8-40 penari putra dengan mengenakan pakaian tradisional prajurit beserta senjatanya.
3. Tari Barong
Tari Barong merupakan tari laki keras dan tari sakral yang digelar pada upacara ritual tertentu. Barong berasal dari kata “bahruang” yang berarti beruang. Tarian ini diperagakan oleh 2 penari pria yang memegang kendali pada bagian kepala dan bagian badan barong. Tari ini menggambarkan perseteruan antara sifat baik (Barong) dan sifat buruk (Rangda).
4. Tari Belibis
Tari Belibis merupakan karya N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem dan I Nyoman Windha (1984). Tari ini mengisahkan raja Angling Dharma yang dikutuk menjadi burung belibis. Tari belibis termasuk dalam tari kreasi yang diperagakan sekelompok penari putri dengan gerakan lentur nan mempesona yang menggunakan busana menyerupai burung belibis.
5. Tari Bumbung (Buleleng)
Tari Bumbung adalah tarian rakyat yang menjadi tradisi di Bali. Tari pergaulan ini sering digelar pada acara pernikahan, musim panen dan hari raya keagamaan.
6. Tari Cendrawasih
Tari Cendrawasih merupakan karya dari I Gde Manik, namun tari paling populer adalah tarian arasemen dari N. L. N. Swasthi Wijaya Bandem. Dalam sejarah Hindu Bali, burung cendrawasih dianggap sebagai burungnya para dewa (Manuk Dewata). Tarian ini melukiskan keindahan burung cendrawasih yang memadu cinta, diperagakan dua orang penari putri yang berperan sebagai burung cendrawasih jantan dan betina.
7. Tari Cilinaya
Tari Cilinaya merupakan karya dari I Wayan Dibia digelar pertama kali pada Sekaa Gong Putra Kencana Singapadu di Gianyar. Tari kreasi ini terinspirasi dari sehelai kain panjang berujung lancip dengan motif warna-warni (cili) pada busana penari. Cili merupakan simbol keceriaan, kegembiraan, kecantikan dan keanggunan, dimana sekelompok penari wanita menari dengan penuh kegembiraan.
8. Tari Ciwa Nataraja
Tari Ciwa Nataraja (Siwa Nataraja) merupakan tari persembahan. Tari ini merupakan karya dari N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem (1990). Dewi Ciwa Nataraja adalah perwujudan dari Siwa sebagai dewanya para penari dan ketika Siwa menari, tenaga utamanya terpancar dan menyatu membentuk alam semesta. Tarian ini diperagakan oleh 9 penari putri, 8 penari berperan sebagai pancaran tenaga utama dari Siwa dan satu orang lainnya berperan sebagai Siwa.
9. Tari Condong
Tari Condong merupakan tari tradisional pada abad ke-19 di lingkungan istana kerajaan (keraton). Berdasarkan cerita turun temurun, tari condong berasal dari mimpi sang raja ketika sedang sakit parah, dalam mimpi tersebut terdapat dua orang wanita menari dengan diiringi gamelan. Tari Condong dipentaskan sebagai pendahulu tari Legong, Arja dan Gambuh dengan iringan gamelan semar pagulingan.
10. Tari Durga Mahisasura Mardini
Tari ini diilhami dari kisah naskah Lontar Siwagama, yaitu “Durga Mahisasura Mardini“. Para dewa dan dewi di surga kesulitan menghadapi raksasa Rakta, tetapi berkat Dewi Durga dengan senjata Dewata Nawasanga sang raksasa dapat dilumpuhkan. Berdasarkan kepercayaan Hindu Bali, Dewi Durga dilukiskan sebagai seorang wanita cantik dan pemberani dengan mengendarai harimau dan memiliki banyak tangan. Sedangkan senjata Dewata Nawasanga merupakan perwujudan dari delapan arah mata angin (delapan dewa) dengan Dewa Siwa sebagai pusatnya.
11. Tari Gambuh
Drama tari klasik ini disebut juga teater total, karena tak hanya seni tari yang ditonjolkan tetapi seni tabuh, seni sastra, seni dialog, seni rupa dan seni rias, bersatu padu menjadikannya sebagai drama tari berkualitas tinggi. Sebagai tarian bebali, tari gambuh sering ditampilkan di tempat ibadah untuk ritual keagamaan. Tarian ini diperagakan 25-40 penari putra dan putri dan kisah populer kerap dibawakan adalah Panji.
12. Tari Gandrung
Tari gandrung merupakan tari pergaulan sakral pada tahun 1934 di daerah Klungkung. Tari gandrung diperankan oleh penari laki, dimana tari pergaulan tersebut menjadi simbol kesuburan dan keselamatan.
13. Tari Gopala
Tari Gopala merupakan karya dari I Nyoman Suarsa dan I Ketut Gede Asnawa. Gopala berasal dari bahasa Kawi yang berarti pengembala sapi. Tarian ini melukiskan perangai para pengembala sapi yang humoris dan ekspresif. Tari ini biasa dilakonkan oleh penari putra sekitar 4-8 orang.
14. Tari Janger
Tari Janger merupakan tari pergaulan, diperkirakan sejak tahun 1930. Berawal dari nyanyian lagu janger (Nyanyian Sanghyang) dinyanyikan secara bersahut-sahutan oleh orang-orang yang sedang memetik kopi, kemudian berkembang menjadi tradisi sehingga terbentuklah tari janger. Tarian ini diperagakan secara berpasangan putra dan putri dengan jumlah penari sekitar 10-16 orang.
15. Tari Kebyar Duduk
Tari kebyar duduk merupakan hasil karya maestro asal Tabanan yaitu I Ketut Marya (Mario) tahun 1925. Gerak dasar tarian tunggal ini dilakukan dengan posisi duduk bersila sehingga disebut sebagai tari kebyar duduk. Terinspirasi dari gamelan gong kebyar yang dipetik secara cepat, diimplementasikan penari pria yang menari lincah mengikuti tabuhan gamelan.
16. Tari Kecak
Tari Kecak merupakan karya Wayan Limbak dan pelukis dari Jerman, Walter Spies (1930). Tari ini merupakan perpaduan seni tari dan drama, dengan kisah utama yang dibawakan adalah Ramayana. Tarian ini diperagakan dengan jumlah penari yang cukup banyak, dimana para penari tersebut duduk berbaris melingkar. Ciri khas tarian ini adalah kata “cak cak cak” yang diserukan oleh para penari sambil mengangkat kedua tangan ke atas. Hampir semua pemeran utamanya laki-laki, kecuali Dewi Sita dan beberapa pengiring perempuannya. Busana yang digunakan oleh penarinya berupa celana hitam dengan kain kotak-kotak melingkari pinggang (motif papan catur).
17. Tari Kidang Kencana
Tari Kidang Kencana merupakan karya I Gusti Agung Ngurah Supartha dan I Wayan Beratha tahun 1926. Tari klasik ini menjadi perwujudan dari gerakan ritmis, dinamis dan estetis dari sekelompok kijang. Para penari memperagakan tarian ini dengan gerakan lincah dan indah menyerupai perangai dari seekor kijang.
18. Tari Kupu-kupu
Tari kupu-kupu merupakan karya I Wayan Beratha (1960). Tari kelompok diperagakan 5 atau lebih penari putri dengan gerakan luwes dan indah untuk melukiskan kupu-kupu tarum (biru tua) yang berterbangan dari satu bunga ke bunga yang lain. Tarian ini menunjukkan kesan kedamaian, keindahan, ketentraman, yang menonjolkan keistimewaan pulau Dewata.
19. Tari Legong
Tari Legong berasal dari kata “leg” (luwes, lentur) dan kata “gong” (musik gamelan). Tari Legong adalah gerakan tari yang lentur dan terikat dengan irama tabuhan dari gamelan gong. Tari klasik ini diperagakan oleh 2-3 orang penari putri dengan tari Condong sebagai tari pembukanya dan iringan gamelan Semar Pegulingan.
20. Tari Manukrawa
Tari Manukrawa merupakan karya I Wayan Dibia dan I Wayan Beratha. Tari kreasi ini berasal dari kata “Manuk” (burung) dan “Rawa” (rawa-rawa). Seperti kisah Wanaparwa (Mahabrata), tarian ini melukiskan perangai dari burung air (Manukrawa) yang diperagakan sekelompok penari wanita.
21. Tari Margapati
Tari Margapati merupakan karya I Nyoman Kaler (1942) yang berasal dari kata ” Marga” (hewan/binatang) dan “Pati” (raja). Tarian ini merupakan simbol kematian yang dilukiskan tindak tanduk sang raja hutan (singa) yang memburu mangsa. Tari Tunggal ini diperagakan oleh penari putra dengan gerakan gagah dan lincah.
22. Tari Oleg Tamulilingan
Tari Oleg Tamulilingan merupakan karya I Ketut Marya (Mario) tahun 1952. Berasal dari kata “Oleg” (goyangan) dan “tamulilingan” (kumbang). Tarian ini melukiskan perangai sepasang kumbang yang sedang memadu kasih. Tari berpasangan ini diperagakan oleh penari putra (kumbang jantan) dan putri (kumbang betina).
23. Tari Panji Semirang
Tari Panji Semirang merupakan karya I Nyoman Keler pada tahun 1942. Tarian hiburan ini menceritakan Galuh Candrakirana, putri raja yang mengembara keluar istana dengan menyamar sebagai seorang pria bernama Raden Panji. Tergolong sebagai tarian putri halus, tarian ini diperagakan oleh penari putri.
24. Tari Panyembrama
Tari Panyembrama merupakan karya I Wayan Berata (1970). Berfungsi sebagai tari penyambutan pada upacara agama Hindu di pura sebelum tarian Rejang dan Sanghyang diperagakan.
25. Tari Pendet
Tari Pendet merupakan karya dari I Wayan Rindi tahun 1967. Tari ini mulanya merupakan tarian pemujaan/persembahan untuk upacara keagamaan yang digelar di pura (bersifat sakral), kemudian beralih menjadi tarian hiburan. Tari Pendet melukiskan rasa syukur dan pujian atas turunnya dewa-dewi ke alam dunia (marcapada). Dapat dipentaskan secara tunggal maupun berkelompok, para penari putri membawa mangkuk perak (bokor) berisi bunga.
26. Tari Puspanjali
Tari Puspanjali merupakan tarian penyambutan karya N.L.N. Swasthi Wijaya dan I Nyoman Windha (1989). Tarian ini berasal dari kata “Puspa” (bunga) dan “Anjali” (sambutan penghormatan). Tarian ini terilhami oleh gerakan tarian Rejang yang melukiskan para penari dengan penuh rasa hormat menyambut tamu penting yang datang. Para penari menampilkan gerakan lembut, indah dipadu dengan gerakan ritmis yang dinamis yang diperagakan oleh sekelompok penari putri dengan membawa bokor berisi bunga.
27. Tari Rejang
Tari Rejang merupakan perwujudan rasa syukur, hormat dan pujian kepada dewa-dewi Hindu yang turun ke bumi. Tarian persembahan yang sakral untuk upacara keagamaan di pura, dengan gerakan tarinya sederhana tapi penuh penjiwaan dan lincah. Pola lantai berbentuk barisan melingkar di halaman pura (pelinggih), diperagakan oleh penari putri baik secara berkelompok maupun massal.
28. Tari Sanghyang
Tari Sanghyang merupakan tari sakral, diperagakan penari putri yang baru beranjak remaja karena dianggap masih suci. Sebagai tarian pelengkap upacara keagamaan, tarian ini dipercaya mampu menangkal wabah penyakit dan pelindung dari kekuatan negatif. Ada beberapa jenis tari Sanghyang yang populer di Bali seperti Sanghyang Celeng, Sanghyang Dedari, Sanghyang Deling dan Sanghyang Penyalin.
29. Tari Saraswati
Tari Saraswati merupakan karya dari N.L.N Swasthi Widjaja Bandem dan I Nyoman Widha pada tahun 1994. Tarian ini melukiskan sekelompok angsa dan keagungan Dewi Saraswati. Tarian inovasi terbaru dari tari bali klasik ini, diperagakan oleh 7 penari putri.
30. Tari Sekar Ibing
Tari Sekar Ibing merupakan karya dari I Nyoman Suarsa dan I Ketut Gede Asnawa. Pertama kali digelar pada tahun 1983 untuk Festival Gong Kebyar se-Bali. Tari pergaulan ini dibawakan secara improvisasi dengan gerakan lincah, dinamis dan bebas, yang diilhami dari gerakan tari Legong dan Kebyar. Tarian ini diperagakan oleh penari campuran, putra dan putri berjumlah 10 orang.
31. Tari Sekar Jagat
Tari Sekar Jagat merupakan karya dari N.L.N Swasthi Wijaya Bandem (1993). Tarian yang diilhami tari rejang dan pendet, digunakan sebagai penyambut tamu dan pembuka acara. Tari Sekar Jagat berasal dari kata “Sekar” (bunga yang harum) dan “Jagat” (dunia). Tarian ini melukiskan keindahan dunia yang penuh kedamaian seperti semerbak harum bunga. Tari kelompok ini diperagakan oleh penari putri dengan membawa canang sari.
32. Tari Sekar Jempiring
Lahirnya tari Sekar Jempiring terinspirasi dari Bunga Jempiring sebagai maskot kota Denpasar. Tari kreasi ini digelar sebagai tari pembuka sebuah acara. Bunga jempiring berwarna putih menjadi simbol kedamaian, kewibawaan dan daya tarik dan daun yang berwarna hijau menjadi simbol ketentraman hati.
33. Tari Tedung Sari
Tari Tedung Sari merupakan karya Nyoman Suarsa. Berasal dari kata “Tedung” (payung) dan “Sari” (suci). Tedung (payung) ditancapkan disisi kanan-kiri pintu gerbang pura dan tempat pemujaan Hindu (Pelinggih). Payung menjadi simbol keteguhan hati untuk umat Hindu agar tetap menebar kebajikan dan memberi ketentraman, cinta kasih dan kedamaian.
34. Tari Telek
Tari Telek merupakan warisan budaya yang digelar oleh beberapa banjar (desa adat), seperti di Geigel, Jumpai, Bumi Serombotan (Klungkung) dan Pancoran. Apabila tidak digelar, masyarakat banjar meyakini akan terjadi bencana, seperti wabah penyakit menyerang penduduk (sasab), serta tanaman dan ternak diserang hama penyakit (merana). Pagelaran tari Telek diadakan secara teratur dianggap dapat menyelaraskan hubungan antara alam, para penduduk, kepercayaan penduduk dengan leluhurnya serta penduduk dengan sang pencipta.
35. Tari Tenun
Tari Tenun merupakan karya I Nyoman Ridet pada tahun 1962. Tari tenun melukiskan proses menenun dari mulai memintal hingga selesai, dimana para penarinya menunjukkan ekspresi senang dan bahagia. Adapun fungsi tari untuk melestarikan kebudayaan tenun menenun beserta alat tradisionalnya.
36. Tari Topeng Sidhakarya (Topeng Pajegan/Tabanan)
Tari Topeng Sidakarya berasal dari kata “sidha” (berhasil) dan “karya” (upacara). Melalui topeng menjadi kunci berhasilnya upacara dan tanpa kehadiran tokoh tersebut karya dianggap belum selesai. Tari Topeng Sidakarya termasuk tari sakral (Wali), dimana penarinya pun harus memiliki kemampuan dan pengetahuan yang mumpuni.
37. Tari Trunajaya
Tari Trunajaya merupakan karya Pan wandres (1915), disempurnakan oleh I Gede Manik. Tari Trunajaya berasal dari kata “teruna” (pemuda) dan “jaya” (puncak). Tarian ini melukiskan perilaku pemuda yang hendak menarik hati seorang gadis. Sebagai tari kreasi hiburan, tari ini juga termasuk kedalam golongan tari putra keras dengan gerakan-gerakan ekspresif seperti membelalakkan mata sambil memasang sikap kuda-kuda.
38. Tari Wayang Wong
Tari Wayang Wong merupakan seni pertunjukan topeng dan wayang yang diperankan oleh manusia (wong).
Sebagai Tari klasik sakral, menjadikan Wayang Wong hanya digelar ketika ada upacara adat.
39. Tari Wiranata
Tari Wiranata merupakan karya I Nyoman Kaler pada tahun 1942. Tarian ini menggambarkan keperwiraan seorang raja yang gagah berani, pantang mundur. Umumnya diperankan oleh penari perempuan, tetapi bisa diperankan oleh penari laki-laki, baik secara pementasan tunggal maupun berkelompok.
40. Tari Wirayuda
Tari Wirayuda merupakan karya I Wayan Dibia yang termasuk kedalam seni kreasi (tari tradisional modern). Berasal dari kata “wira” (pahlawan) dan “yudha” (perang). Tari ini mengusung tema perang, melukiskan kegagahan sekelompok prajurit kerajaan yang sedang berperang. Diperagakan 2-4 orang penari pria dilengkapi dengan senjata tombak dan mengenakan hiasan ikat kepala (udeng-udengan).
Jenis Tarian Tradisional Bali
a. Wali
Tari Wali adalah tarian sakral yang dipentaskan untuk kepentingan ritual dan saat upacara di pura tertentu. Contoh tari wali adalah tari Rejang, Sanghyang dan Telek.
b. Bebali
Tari Bebali adalah tarian yang dipentaskan untuk kepentingan manusianya sendiri yang berkaitan dengan upacara adat tertentu (upacara keagamaan), misalnya upacara Mapetik (Potong rambut bayi), upacara Mapandes (potong gigi) dan sejenisnya. Contoh tari Bebali seperti Topeng, Wayang Wong dan Gambuh.
c. Balih-balihan
Tari balih-balihan adalah tari yang fungsinya untuk hiburan, dapat dipentaskan tanpa ada kaitannya dengan upacara. Contoh tari Balih-balihan adalah tari Arja.
Ciri Khas Tari Bali
Tari Bali memiliki ciri khasnya tersendiri, seperti penarinya enerjik dan luwes. Variasi properti yang digunakannya beragam. Gerakan pada Tari Bali selaras dengan aksentuasi musik. Dan mimik wajah penarinya begitu ekspresif dengan gerakan mata (seledet) paling ditonjolkan di setiap gerakan penari.
Demikian bahasan terkait tari-tarian yang ada di Bali. Semoga bermanfaat.