Hidroponik adalah budidaya tanaman dengan menggunakan air. Sistem ini menjadi solusi bagi yang ingin bercocok tanam, tetapi memiliki keterbatasan tanah dan lahan. Berbagai jenis sayur dan buah dapat ditanam dengan cara Hidroponik. Teknik penanamannya dibedakan menjadi kultur air statis dan teknik aeroponik. Dari kedua teknik penanaman tersebut teknik kultur air statis dengan sumbu (wick) relatif mudah untuk diaplikasikan dan sangat dianjurkan bagi para pemula. Keuntungan tanaman Hidroponik antara lain adalah bebas dari hama dan gulma, serta hasil panen yang lebih banyak daripada cara konvensional.
Bagi anda yang tertarik untuk mencoba budidaya tanaman dengan sistem Hidroponik, simak panduan berikut.
Sejarah Hidroponik
Bercocok tanam dengan hidroponik bukanlah hal yang baru. Hidroponik sudah dipraktikkan sejak akhir 1600-an. John Woodward melakukan percobaan menanam spearmint dengan budaya air. Hasil eksperimennya membuahkan hasil bahwa tanaman yang tumbuh di air keruh atau tidak murni lebih baik dibandingkan di air bersih atau murni H2O.
Berlanjut ke era 1800-an, budidaya air ini dinamakan aquaculture. William Frederick Gericke menanam tomat di larutan nutrien tanpa tanah sedikit pun dan kemudian tumbuh hingga 76 cm. Nama tersebut diubah olehnya menjadi hydroponic atau hidroponik sampai sekarang.
Sistem / teknik hidroponik
Hidroponik memiliki sistem atau teknik dalam pengaplikasiannya. Sebelum kita memulai bercocok tanam, alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu teknik apa yang akan kita gunakan dan tanaman apa yang cocok untuk teknik tersebut.
1. Kultur air statis (static solution culture)
Sistem hidroponik ini membutuhkan air dalam keadaan diam atau statis. Kultur air statis merupakan sistem yang paling sederhana karena tidak memerlukan air mengalir dan satu wadah air larutan nutrien. Di Indonesia sendiri kultur air statis dibagi menjadi dua cara, ada teknik apung (floating hydroponic system) dan sumbu (wick). Sistem sumbu sangat disarankan bagi pemula karena instalasinya mudah dan cukup sederhana.
Wadah larutan pertama dibungkus dengan material yang anti cahaya seperti plastik, cat, atau alumunium foil sehingga tidak tumbuh lumut. Kemudian wadah dilubangi sesuai dengan netpot (wadah tanaman hidroponik) dan kain dipotong lalu diselipkan di bawah netpot. Potongan kain tersebut akan menjadi sumbu penyambung air larutan di bawah dengan akar tanaman melalui proses pipa-pipa kapiler pada kain, yaitu fenomena naik-turunnya permukaan zat cair melalui suatu medium. Karena tertutup, wadah harus diberi batu aerator atau air stone sebagai penyuplai oksigen tanaman.
Berbeda dengan teknik sumbu, teknik apung tidak membutuhkan perantara untuk menangkap air. Wadah larutan nutrien ditutup dengan gabus atau styrofoam dan dilubangi sesuai dengan ukuran netpot. Pastikan air dapat menyentuh dengan akar sehingga air bisa diserap. Karena tertutup gabus, wadah harus diberi batu aerator atau air stone sebagai penyuplai oksigen tanaman. Jangan lupa untuk menyediakan batu aerator di dalam wadah air nutriennya.
Meskipun didiamkan saja, larutan nutrien harus dikontrol kepekaan larutannya agar tidak terjadi pengendapan di dasar wadah karena nanti tanaman akan kesulitan mendapatkan nutrisinya. Oleh karena itu beberapa hari sekali harus dicek.
Tanaman yang cocok dengan sistem apung adalah tanaman yang memiliki batang yang kuat seperti bayam, kangkung, seledri, bawang, dan lain-lain. Sedangkan sistem sumbu lebih cocok dengan tanaman berdaun lebar seperti sawi, pakcoy, selada, dan kailan, serta tomat, dan cabai.
2. Aeroponik
Aeroponik atau aeroponics merupakan teknik yang menggunakan udara (aero) sebagai cara memberikan nutrisinya. Air disemprot secara berkala sehingga membentuk uap air dan kabut untuk tanaman. Tanaman diletakkan menggantung sehingga akar terbuka dan bisa menyerap langsung dari kabut atau uap air. Alat utamanya adalah sprinkler (penyemprot) atau mist nozzle (pembuat kabut)
Teknik aeroponik memiliki kandungan oksigen serta karbon dioksida yang tinggi. Selain itu, waktu dan jeda penyemprotan bisa diatur sendiri oleh kita sehingga bisa menghemat penggunaan air nutrien hingga 65% dari kebutuhan air hidroponik lainnya. Jadi, kita benar-benar bisa mengontrol pertumbuhan. Bahkan tanaman satu kali panen seperti kentang bisa dipanen berkali-kali tanpa merusak jaringan akarnya.
Meskipun banyak keuntungan, aeroponik tergolong salah satu teknik hidroponik yang cukup sulit. Petani harus mengerti betul dan teliti dalam mengaplikasikannya. Instalasinya juga cukup menguras kantong. Namun jika berhasil, menurut NASA, tanaman aeroponik mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 80% dalam massa berat kering.
Jika kita ingin mencoba aeroponik, tanaman yang cocok dengan sistem ini adalah tanaman yang memiliki masa panen sekitar satu bulan seperti selada, sawi, kangkung, dan bayam serta umbi-umbian (kentang, ubi, dan lain-lain). Disarankan untuk menanam sayuran dengan harga jual tinggi karena sistem ini menghemat modal proses pertumbuhannya dalam waktu panjang dan juga dapat meningkatkan harga jualnya lagi.
3. Nutrient film technique (NFT)
Sama seperti aeroponik, nutrient film technique (NFT) menggantung tanamannya di wadah. Teknik ini menggunakan wadah yang berisi air nutrien, batu aerator, dan pompa untuk mengalirkan airnya ke wadah tanaman yang dimiringkan. Hal ini bertujuan untuk mengalirkan air kembali dari tanaman ke bak air nutrisi sehingga terjadi siklus yang berjalan terus-menerus. Tanaman yang cocok untuk diaplikasikan dengan sistem ini adalah kangkung, selada, pakcoy, sawi, kailan, dan lain-lain.
4. Deep flow technique (DFT)
Teknik hidroponik yang satu ini merupakan teknik yang paling populer dan sering digunakan. Banyak yang menjual instalasinya yang sudah dirangkai dan siap dipakai. Cara kerjanya menggunakan pengaliran pada pipa yang disusun dari atas ke bawah seperti tangga. Wadah air nutrisi disiapkan terlebih dahulu dan air akan dipompa ke dalam pipa yang paling atas lalu akan mengalir sendirinya ke bawah hingga kembali ke bak penampungan air.
Cukup dengan bantuan listrik, sistem pompa akan bekerja dengan sendirinya dan kita hanya perlu melihat apakah akar terkena dengan aliran air atau tidak. Karena air dapat menggenang di pipa tidak seperti NFT yang dimiringkan, jika listrik mati maka tanaman tetap akan tumbuh dengan air yang menggenang tersebut. Tanaman yang ideal menggunakan sistem ini adalah sawi-sawian, kangkung, dan bayam.
5. Irigasi tetes (drip)
Sesuai dengan namanya, sistem ini menggunakan tetesan air untuk tanamannya. Sejenis selang kecil disambungkan dari bak larutan nutrien ke samping tanaman. Alat-alatnya juga serupa dengan sistem sumbu tetapi tidak menggunakan potongan kain. Ada pipa kecil juga untuk mengembalikan air ke bak dan membuat siklus. Untuk mengaliri air dari bak ke selang dibutuhkan pompa listrik.
Jangan lupa wadah air diberi batu aerator untuk kebutuhan oksigen tanaman. Dorongan dari pompa lebih lemah sehingga air yang keluar tetes demi tetes.
Irigasi tetes sangat cocok untuk buah-buahan yang membutuhkan suplai air yang konstan, contohnya tomat, stroberi, mentimun, terung, cabai, paprika, melon, dan lain-lain.
6. Gelembung (bubbleponic)
Dikenal juga dengan nama deep water culture, bubbleponic merupakan teknik hidroponik yang menggunakan sistem apung hanya saja larutan nutrisinya dipompakan melalui alat pembentuk gelembung untuk menambah kapasitas oksigen di wadah. Gelembung nutrisi naik menuju akar dan diserap olehnya. Jaring digunakan untuk menahan tanaman dan bagian pangkal atau bawah (akar dan batang bagian awal) tanaman berada di dalam air. Sistem gelembung cocok untuk jenis sawi-sawian dan rumput-rumput (rumput gajah, serai, bluegrass, dan lain-lain)
7. Pasang surut (ebb and flow)
Sistem pasang surut bekerja memenuhi media pertumbuhan dengan larutan nutrisi dan larutan nutrisi yang tidak terserap kembali ke bak penampung. Waktu pasang dan surut dapat diatur dengan menggunakan penghitung waktu atau timer. Penggunaan timer harus dipelajari secara mendalam sebelum memulai. Jika tidak tepat, maka penggunaan listrik dan larutan nutrisi akan menjadi boros dan tidak efisien. Media tanam juga dapat kebanjiran atau terlalu basah sehingga akar akan terendam air.
Walaupun biaya pembuatan dan perawatannya tidak semahal NFT dan DFT, sistem ini memerlukan pengalaman bertanam hidroponik yang cukup. Jadi, lebih disarankan untuk pekebun atau petani hidroponik yang ingin mengembangkan kemampuannya.
Adapun tanaman yang cocok dengan sistem ebb and flow, yaitu sawi, kangkung, pakcoy, dan bayam.
Media tanam
Ingat, meskipun kita menanam terpusat pada air dan larutan nutrisi, hidroponik tetap membutuhkan media atau tempat untuk tanaman tumbuh. Secara tidak langsung kita harus mencari pengganti tanah karena jenis tanaman yang biasanya digunakan bukan tanaman air seperti eceng gondok dan teratai. Bahan-bahan yang cocok untuk dijadikan penyangga untuk tanaman kita tumbuh antara lain: rockwool, hidrogel, hidroton (expanded clay), zeolit, perlit, dan serbuk sabut kelapa (cocopeat).
Rockwool, zeolit, dan perlit terbuat dari batuan mineral yang mampu menyimpan nutrisi. Hidroton terbuat dari tanah liat yang dipanaskan dan berbentuk seperti kelereng. Hidrogel terbuat dari kristal polimer yang dihadirkan dalam berbagai warna.
Sedangkan cocopeat mempunyai daya tampung air tertinggi namun memiliki zat tanin yang harus dihilangkan terlebih dahulu. Apabila baru memulai praktik hidroponik di rumah, kami menyarankan untuk menggunakan rockwool dan hidrogel karena lebih higienis, mudah didapatkan, dan ramah kantong. Ditambah lagi hidrogel tersedia dengan banyak pilihan warna sehingga bisa menghiasi hidroponiknya.
Khusus untuk buah-buahan, disarankan untuk menggunakan hidroton karena kandungan pH netral dan memiliki aerasi yang lebih baik dibanding media tanam lain.
Manfaat
Di awal kita sudah membahas kalau hidroponik merupakan salah satu solusi atas keterbatasan lahan yang dialami petani atau buat kita yang ingin mencoba menanam di rumah tetapi tidak ada tempat. Selain itu, ada banyak keuntungan yang bisa diberikan dengan cara hidroponik ini di antaranya sebagai berikut.
- Lebih higienis serta bebas dari gulma dan hama.
- Hemat air dan tidak memerlukan pupuk
- Tanaman dapat tumbuh lebih cepat.
- Jika sudah mengerti caranya, akan mudah menanamnya dan mudah juga memanennya.
- Hasil panen lebih melimpah daripada cara konvensional.
- Tidak mencemari lingkungan.
- Kontrol sepenuhnya di tangan kita dan bisa kita hias juga tampilan hidroponiknya.
Kekurangan hidroponik
Di balik kelebihannya, kita harus memperhatikan kekurangan dari hidroponik. Untuk membuat hidroponik kita harus banyak belajar tentang sistem kerja masing-masing teknik dan alatnya. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan khusus dan pengetahuan tentang bercocok tanam sebelum memulai hidroponik. Disarankan juga untuk berkonsul atau menemui pakar hidroponik atau mereka yang sudah terampil berhidroponik.
Hidroponik juga tergolong cara bercocok tanam yang lebih menguras kantong secara keseluruhan karena alat-alatnya sukar didapat dan tidak semua daerah tersedia. Namun, jika kita menanam dalam skala besar maka keuntungan yang dihasilkan juga akan besar. Untuk itu, kita harus mencari tempat-tempat yang menyediakan hidroponik rumahan yang terjangkau. Kita juga bisa membuat sendiri hidroponik di rumah, simak cara di bawah ini.
Budidaya hidroponik sederhana
Mari kita praktik membuat hidroponik sederhana. Kali ini kami memilih teknik sumbu untuk dicoba di rumah. Alat dan bahan serta langkah-langkahnya akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Alat dan bahan
Pertama-tama, kita perlu menyiapkan perlengkapan hidroponik di antaranya adalah:
- Benih tanaman.
- Media tanam, kami menyarankan rockwool.
- Gunting, cutter, atau pisau.
- Air bersih.
- Air nutrisi.
- Arang sekam dan sabut kelapa.
- Potongan kain.
- Botol bekas air mineral 600 ml atau 1500 ml.
2. Langkah-langkah
Setelah mengumpulkan alat dan bahan yang dibutuhkan, langkah pertama yang dilakukan adalah menyemai bibit. Rockwool dipotong kecil-kecil sekitar 2.5 cm x 2.5 cm x 2.5 cm atau 3 cm x 3 cm x 3 cm. Lalu basahi sedikit dengan air bersih terlebih dahulu, bisa diciprat-ciprat dengan tangan atau disemprot dengan semprotan. Lubangi rockwool sesuai dengan ukuran benih dan masukkan benih sekiranya sampai di tengah rockwool, jangan terlalu dalam karena nanti kecambah akan susah untuk tumbuh.
Simpan di tempat gelap sampai berkecambah lalu dipindahkan di tempat terang. Sembari diletakkan di tempat terang, pastikan setiap pagi dan sore rockwool diberikan atau disemprot air bersih sedikit. Biasanya setelah dua minggu, tanaman sudah berdaun dan siap dipindahkan ke sistem sumbu.
Potong botol bekas menjadi dua bagian, bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas dilubangi tutupnya untuk sumbu kain kita. Masukkan potongan kain ke lubang tutup botol dan pastikan tidak jatuh dari tutup botol. Sumbu ini menjadi agen yang menyalurkan nutrisi dari air nutrisi ke tanaman kita. Lalu putar balik botol bagian atas dan masukkan arang sekam dan sabut kelapa. Bagian bawah botol diisi dengan air nutrisi sampai ⅔ bagian. Terakhir, pasangkan bagian botol atas yang menghadap terbalik dengan botol air nutrisi.
Dan jadilah hidroponik sistem sumbu sederhana. Mudah kan?
Penanaman dan perawatan akan lebih mudah jika sistem sudah jadi. Lubangi arang sekam dan sabut kelapa tadi sedalam 1-2 cm. Kemudian bibit yang sudah berdaun tadi dipindahkan dari rockwool ke media tanam barunya. Hati-hati memindahkannya ya. Letakkan di tempat yang terkena sinar matahari. Jika cairan nutrisi hampir habis, segera isi ulang lagi. Dalam waktu kurang lebih satu sampai dua bulan, biasanya kita sudah bisa memanen hasil hidroponik kita.
Contoh tanaman hidroponik yang cocok untuk di rumah
Berbagai jenis tanaman bisa kita coba dengan menggunakan teknik hidroponik. Namun, kami menyarankan untuk menanam tanaman yang mudah diaplikasikan di rumah. Di antaranya:
- Kangkung
- Sawi
- Selada
Ketiga tanaman tersebut umumnya sangat mudah ditemukan benihnya, cepat tumbuh dan dipanen, biaya rendah, dan upaya perawatan yang mudah. Jika ingin menantang keterampilan bertani hidroponik, kita bisa menanam seperti:
- Cabai
- Tomat
- Stroberi
- Seledri
- Bawang merah
- Mentimun
- Terung
- Kentang.
Atau bisa juga kita menanam yang bukan tanaman konsumsi (buah dan sayuran) sebagai hiasan ciamik di rumah. Contohnya seperti:
- Lidah buaya (Aloevera)
- Suplir
- Dracaena
- Keladi red star
- Anggrek
- Mawar
- Bunga Matahari
Masih banyak tanaman yang bisa ditanam dengan cara hidroponik. Selamat mencoba di rumah.
waaaahhh mawar bisa ditanam secara hidroponik?
Pengen nyobain ah, saya mah penggemar mawar banget, cuman setiap kali ditanam di pot selalu mati hiks
Bisa kak, media tanamnya nanti bisa pakai pot plastik, batu kecil-kecil, sama arang. Terus larutan nutrisinya bisa pakai yang namanya nutrisi AB mix. Semoga membantu ya kak.