Bali menjadi salah satu provinsi dengan jumlah senjata tradisional yang lebih dari satu.
Senjata tradisional Bali dibuat dengan memperhatikan duasa (hari baik) terlebih untuk yang memiliki fungsi sebagai pelengkap upacara adat, seperti keris, tiuk dan mandik.
Duasa tersebut terdiri dari hari Somo, Buda serta Saniscara Genirawana.
Pemilihan duasa ini kemudian dilanjutkan dengan ritual persembahan sesajen yang dilakukan oleh Undagi (pembuat senjata).
Tujuan ritual ini adalah sebagai doa peminta kelancaran dan keselamatan selama proses pembuatan senjata.
Catatan lain sebagai ciri khas pembuatan senjata tradisional Bali adalah adanya pantangan yang harus dilakukan oleh Undagi, antara lain hanya diperbolehkan makan nasi putih dengan sayur tanpa ikan atau lauk hewani lainnya.
Pantangan lain yakni pada hari pertama pembuatan senjata tradisional hanya diperbolehkan pada waktu 07.00 sampai 09.00 WITA, dan dilanjutkan lagi pukul 15.00 hingga 16.00 WITA.
Berikut ini berbagai jenis senjata tradisional Bali dan penjelasannya.
Jenis Senjata Tradisional Bali
1. Keris Bali/ Keris Tayuhan
Menurut sejarah keris Bali yang terkenal dengan nama keris Tayuhan merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit, dan diadopsi menjadi senjata kebanggan Bali.
Filosofi keris bagi masyarakat di Bali merupakan simbol kekuatan dan kekuasaan, walaupun sekarang penekannya lebih ke arah benda pengayom.
Sama seperti keris Jawa, Keris Bali juga memiliki perlambang sesuai dengan bentuk luk (lekukan) pada kerisnya.
Keris lurus melambangkan hati yang teguh percaya terhadap Tuhan, sedangkan keris dengan luk merupakan simbol ular mengejar katak dimana hal ini menunjukkan bahwa hidup harus memiliki tujuan yang harus dikejar.
Filosofi lain dari keris terdapat pada bagian-bagiannya.
Bilah keris yang terbuat dari besi merupakan simbol laki-laki, sementara pasangannya yaitu sarung keris adalah manifestasi dari seorang perempuan.
Dengan demikian, keris juga dimaknai sebagai simbol keharmonisan pasangan yang menyatu seperti kecocokan antara keris dengan sarung kerisnya.
Rakyat Bali mempercayai bahwa keris adalah pusaka sakral yang harus dirawat kesuciannya, bahkan ritual penyucian keris ini dimulai dengan sembahyang di hari tertentu.
Penyuciannya dilakukan dengan dasar revolusi bulan terhadap bumi, sementara hari sembahyangnya menganut penanggalan kuno penganut Hindu di Bali.
Keris Bali memiliki beberapa fungsi yaitu mendukung ritual adat masyarakat Hindu di Pura, pelengkap upacara perkawinan, upacara mapendes (potong gigi), upacara memukur (ritual penyucian roh, lanjutan dari ritual ngaben), serta upacara dalam rangka penobatan raja.
Karakteristik keris Bali umumnya menyerupai keris Jawa, hanya saja memiliki ukuran yang lebih panjang dan lebih besar.
2. Nenggala
Selain keris, senjata andalan lain dari daerah Bali adalah nenggala.
Nenggala ini merupakan senjata tradisional peninggalan jaman kerajaan berbentuk tombak, dan dalam dunia pewayangan dipercaya sebagai senjata Prabu Baladewa.
Karakteristik nenggala adalah memiliki ujung ganda dan pegangan yang terbuat dari kayu.
Umumnya, nenggala berfungsi sebagai alat berperang yang dapat membacok musuh, pendukung upacara penobatan raja dan upacara ritual yang dilakukan di laut.
3. Wedhung
Wedhung adalah sejenis belati yang dibuat dari tempaan logam.
Pegangannya terbuat dari kayu yang dihias gambar ukir sehingga menjadi pembeda dengan senjata tradisional dari daerah lain.
4. Tiuk
Tiuk memiliki bentuk menyerupai Wedhung dengan desain yang lebih simpel.
Hal ini karena tiuk lebih berfungsi sebagai alat dukung kegiatan dapur dan memotong keperluan sesaji.
Tiuk juga difungsikan sebagai alat dukung berjalannya upacara ngaben (prosesi pembakaran mayat di Bali), dan namanya dikenal dengan tiuk pengentas.
5. Kandik
Kandik merupakan penyebutan bagi senjata kapak yang digunakan oleh masyarakat Bali.
Pada piringan logamnya dibubuhi ukiran yang menjadi ciri khas kandik Bali.
Selain itu, kandik juga memiliki pegangan yang lebih panjang daripada jenis kapak di daerah lain.
Fungsi senjata tradisional ini adalah untuk menebang pepohonan ataupun membelah kayu menjadi bilah-bilah kecil.
Di dalam mitologi Hindu, Kandik merupakan representasi Ayudha Dewata untuk memerangi kejahatan.
6. Blakas
Blakas adalah senjata tradisional yang berbentuk menyerupai golok walaupun ujungnya dibuat lebih tumpul.
Blakas dibedakan menjadi dua, yaitu blakas biasa dan belakas pengentas.
Belakas pengentas merupakan salah satu senjata tradisional yang bersifat sakral bagi masyarakat Bali, utamanya pada ritual ngaben.
Keunikan dari senjata ini adalah adanya huruf-huruf Bali pada bidang belakas pengentas seperti ong, ang dan mang (khusus kaum Ksatria), Ung, Wang dan Ong (untuk kaum Brahmana), Ong dan Ang (bagi kaum Wesia), serta Ong dan Pang (ditujukan bagi kaum Sudra).
7. Tulup
Tulup merupakan salah satu senjata tradisional Bali dengan fungsi sebagai pelengkap upacara Pitra Yadnya (rangkaian ritual ngaben) dan Metruna Nyoman (pendidikan wajib bagi pemuda lajang Desa Tenganan).
Senjata tradisional Tulup ini juga ditemukan di kawasan Nusa Tenggara.
Sekarang ini Tulup sudah sangat dibuat dimungkinkan karena proses pembuatannya sangat rumit dibandingkan dengan senjata tradisional lainnya.
8. Penampad
Penampad merupakan jenis senjata tradisional yang termasuk dalam bagian alat pendukung kegiatan pertanian.
Bentuknya serupa dengan pisau tetapi ukurannya jauh lebih panjang.
Pegangannya dibuat kecil dengan konstruksi bahan berupa kayu.
Berfungsi untuk memudahkan pembersihan rumput atau tanaman liar di sepanjang pematang dan daerah sekitar areal persawahan.
9. Arit
Arit adalah senjata tradisional yang berbentuk bulat sabit dan digunakan untuk mendukung kegiatan sehari-hari masyarakat.
Tidak hanya di Bali, senjata ini banyak juga ditemukan di daerah lain dengan nama berbeda-beda, seperti misalnya di daerah Madura yang dikenal dengan sebutan celurit.
Fungsi alat ini adalah untuk memotong rerumputan serta kegiatan sawah lainnya seperti memanen padi.
10. Tombak
Tombak juga menjadi salah satu senjata tradisional Bali dengan ciri khasnya terdapat pada Ayudha Dewata yang terletak di bagian ujung.
Tombak bagi masyarakat Bali melambangkan ketajaman pikiran seseorang.
Tombak memiliki beberapa pemanfaatan antara lain untuk menolak bahaya, berburu hewan, dan juga menangkis serangan dari lawan.
Tombak juga merupakan pengawin (properti ritual adat) pada upacara Yadnya.
Saat ini, tombak Bali lebih banyak digunakan sebagai properti tari Wirayudha yang menceritakan para prajurit Dwipa.
Tombak Bali memiliki beberapa ukuran yang disesuaikan dengan penggunaanya, sebagai berikut:
-
- Eka Dwaja: Ukurannya adalah dua depa dan mahurip lima lengkat, lengkap dengan seguli yang diperuntukan untuk raja.
- Singa tiga: berukuran dua depa, dengan mahurip lima lengkat, dan tiga guli.
Digunakan oleh mantri agung dan mantri dengan tujuan memperoleh kemenangan dharma. - Mempunyai ukuran dua depa dan empat lengkat, serta tujuh guli gajah yang biasa dipakai oleh kaum Brahmana.
- Jagra Satru: Tombak untuk kegiatan berburu, ukuran tombaknya adalah dua depa dan hurip alengkat dua guli.
11. Trisula
Trisula merupakan jenis tombak tetapi memiliki ujung tajam berjumlah tiga, sebagai simbol kesatuan Tri Guna atau tiga sifat dasar manusia yang terdiri dari sattvam (kebaikan), rajas (nafsu) dan tamas (kejahatan).
Beberapa menyebut trisula dengan nama serampang.
Trisula disebut sebagai senjata yang dimiliki Dewa Siwa, salah satu dewa Trimurti dalam keyakinan masyarakat Hindu.
12. Caluk
Caluk pada dasarnya merupakan jenis pisau.
Namun uniknya, bilahnya mempunyai lengkungan sehingga membentuk huruf L.
Pegangannya dibuat panjang untuk menyesuaikan fungsinya yang dipakai untuk memotong ranting ataupun memanen buah di pohon yang tinggi.
13. Taji
Taji biasa digunakan dalam kegiatan tajen atau sabung ayam.
Taji ini berukuran kecil sehingga dapat disematkan pada kaki ayam untuk menjadi senjata ketika ayam mulai diadu.
Selain itu, taji juga digunakan dalam upacara tabur roh sebagai alat penyembelih hewan yang dikorbankan.
14. Ebeg
Ebeg merupakan senjata tradisional yang dibuat dari kulit kerbau berbentuk persegi panjang.
Sentra pembuatan Ebeg berada di Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem.
Ebeg digunakan sebagai alat untuk mempertahankan diri dengan cara menangkis serangan dari musuh.
15. Tamiang
Tamiang merupakan jenis senjata tradisional untuk mempertahankan diri seperti Ebeg.
Hanya saja bahan dasar pembuatannya adalah anyaman tumbuhan ata berbentuk lingkaran.
Sekarang ini tamiang lebih banyak digunakan dalam upacara keagaaman, misalnya upacara perang pandan (Mekare-kare) yang dilakukan oleh suku Bali Aga di desa Tenganan, Karangasem.
16. Ende
Ende juga masih termasuk senjata untuk mempertahankan diri.
Ende dibuat dari kulit kerbau (blulang kebu) ataupun kulit sapi (blulang sapi) yang diikat dengan rotan kayu.
Ende sekarang sudah jarang digunakan karena sudah tidak ada peperangan lagi, sehingga fungsinya beralih menjadi properti tari.
Misalnya pada tradisi gebug ende di Desa Seraya, Karangasem yang biasa dilakukan pada sasih kapat atau sekitar oktober – november pada kalender masehi.
Filosofi dan Pemanfaatan
A. Berperang/ Menyerang
Desa Kesiman (Kabupaten Bandung) dan Desa Kusamba (Kabupaten Klungkung) merupakan dua diantara daerah di Bali yang banyak ditemukan senjata tradisional dengan pemanfaatan sebagai alat berperang atau menyerang.
Senjata tersebut antara lain keris, belakas, tombak, neggala dan taji.
Senjata tradisional untuk berperang umumnya terbuat dari besi melalui proses tertentu yang dipercaya memiliki kesaktian untuk mengalahkan musuh.
Ciri utama dari senjata berperang ini adalah dapat digunakan dalam perkelahian jarak dekat seperti menebas atau menusuk lawan.
B. Membela Diri
Senjata yang termasuk ke dalam golongan ini berfungsi untuk membela diri bagi penggunanya.
Biasanya alat ini memiliki cara kerja untuk menangkis serangan dari lawan.
Contoh senjata yang termasuk dalam golongan ini adalah tamiang, ende dan ebeg.
C. Berburu
Senjata yang tergolong sebagai alat berburu ini berada di desa-desa dan sekarang posisinya hanya dikembangkan secara parsial.
Proses pembuatannya pun masih menggunakan teknologi dan bahan-bahan yang sangat sederhana.
Fungsi dari senjata untuk berburu sangat beragam tetapi secara umum adalah untuk menangkap hewan buruan.
Sebagai contoh sigsig untuk menjebak landak, skapel untuk melumpuhkan burung, bubu untuk menangkap ikan, setipan batang guna berburu tupai atau babi, dan lain sebagainya.
Fungsi Beserta Penjelasannya
A. Fungsi Religius
Senjata tradisional Bali mengandung nilai religius mulai dari proses pembuatan sampai dengan pemanfaatanya.
Nilai religius saat pembuatan senjata tradisional ini terwujud dalam bentuk upacara adat dengan mempersembahkan daksina yang dilengkapi canang, sodan, segehan dan juga peras.
Daksina ini dipersembahkan untuk Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) sebagai wujud permohonan keselamatan selama pembuatan senjata tradisional.
B. Fungsi Sosial
Senjata tradisional Bali memiliki fungsi sosial antara lain mendukung kegiatan kemasyarakatan.
Misalnya sebagai properti tari pencak silat tradisional.
Selain itu, senjata tradisional Bali juga berfungsi sebagai menyama braya yang merupakan pengertian dari proses merekatkan ikatan persahabatan dan persaudaraan melalui saling pinjam senjata tersebut.
C. Fungsi Ekonomi
Senjata tradisional ini juga memiliki fungsi secara ekonomi terutama bagi para pengrajin senjatanya.
Pembuatan senjata dulunya hanya untuk mendukung peperangan.
Namun saat ini pengrajin senjata lebih banyak menjualnya untuk mendukung kegiatan adat, alat untuk menunjang kegiatan pertanian dan juga souvenir bagi para wisatawan.
Hal ini membuat roda perekonomian pengrajin menjadi lebih baik dan kesejahteraan masyarakat meningkat.
D. Fungsi Politik
Masyarakat Bali percaya bahwa seorang pemimpin harus memiliki kemampuan lahir dan batin.
Kemampuan lahir yang dimaksud adalah kompetensi akademik atau pengalaman empiris lainnya.
Sedangkan kemampuan batin ini lebih merujuk pada keahlian supranatural (magic karismatis), yang dipercaya berasal dari gegemet (jimat).
Benda suci yang dikeramatkan ini salah satunya adalah senjata tradisional.
Senjata yang dijadikan gegemet biasanya berasal dari jenis senjata berpamor seperti keris, pedang, tulup, dan lain-lain.
Senjata tradisional dengan pamor Ratupinayungan dipercaya mempunyai tuah sebagai pemimpin yang disegani rakyat, sedangkan pamor Penguripan lebih merujuk pada peruntungan menjadikan si empunya pemimpin hingga ke keturunan selanjutnya.
Berdasarkan uraian tersebut, senjata tradisional Bali dianggap memiliki fungsi politik yang masih dipegang teguh hingga saat ini.
Ulasan dan foto di atas mempertontonkan bahwa Bali memang salah satu aset budaya Indonesia yang kental dan dipertahankan keluhurannya hingga sekarang.
Berbagai senjata tradisionalnya tidak hanya unik, tetapi juga bermacam-macam.
Semoga, kekayaan budaya ini tetap terjaga dan menjadi warisan tak ternilai harganya bagi kehidupan di masa depan.