Rumah adat Toraja memiliki bentuk unik dan kental dengan budaya khas Toraja sehingga menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Selain itu, Rumah adat Toraja yang disebut rumah Tongkonan juga memiliki simbol-simbol dan filosofi tertentu bsgi masyarakat sekitar.
Nah, jika kamu penasaran, langsung saja kita bahas mengenai rumah adat tongkonan mulai dari struktur bangunan, pembagian ruang, hingga filosofinya.
Pengertian
Secara umum, masyarakat Toraja memiliki dua tipe rumah yaitu rumah pribadi atau rumah biasa yang biasa disebut ‘Banua Barung Barung’ dan rumah adat.
Rumah adat Toraja disebut rumah Tongkonan. Nama tersebut berasal dari kata ‘tongkon’ yang artinya menduduki atau tempat duduk. Dulu, tongkonan digunakan untuk tempat berkumpul para bangsawan Tana Toraja untuk bermusyawarah dan berdiskusi, namun sekarang umumnya rumah Tongkonan berfungsi sebagai tempat jasad keluarga masyarakat Toraja disemayamkan.
Struktur Bangunan Rumah Tongkonan
Sama seperti rumah adat Indonesia kebanyakan, rumah Tongkonan mulai dari rangka hingga dindingnya terbuat dari kayu aru yaitu salah satu jenis kayu yang paling kuat, dengan struktur sebagai berikut:
a. Atap
Atap rumah tongkonan terbuat dari bilah bambu yang dilapisi ijuk, alang-alang atau rumbia dan berbentuk menyerupai perahu. Bentuk ini memiliki makna sebagai pengingat bahwa nenek moyang masyarakat Tana Toraja menyeberangi Sulawesi menggunakan perahu.
b. Dinding Rumah
Seluruh dinding rumah Tongkonan terbuat dari bilah kayu tanpa sedikitpun besi sehingga tidak ada penggunaan paku satu pun dalam pembuatannya, hal inilah yang membuat rumah adat Toraja ini menjadi semakin unik.
Filosofi
Tidak hanya unik, rumah Tongkonan juga sarat akan makna dan filosofi sebagaimana suku Toraja yang memegang teguh warisan budaya dari leluhur mereka. Filosofi-filosofi tersebut dapat dijumpai hampir diseluruh bangunan rumah Tongkonan, seperti atap, ukiran dinding, hiasan, hingga warnanya.
a. Simbol Dinding
Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah adat Toraja juga menggambarkan status sosial penghuninya. Pada tiang utama rumah Tongkonan banyak dipasang tulang kepala kerbau beserta tanduknya, yang mana jika semakin banyak jumlahnya, maka semakin tinggi pula status sosial keluarga yang menghuni rumah tersebut.
b. Makna Warna
Seperti rumah lainnya yang dilapisi cat berwarna warni untuk mempercantik bangunan, rumah Tongkonan juga dihiasi warna-warna yang tidak hanya mempercantik rumah, namun juga setiap warnanya memiliki makna tersendiri.
Umumnya rumah Tongkonan memiliki empat warna dasar yang masing-masing memiliki maknna sebagai berikut: Warna Merah, warna merah pada bangunan rumah Tongkonan sebagai simbol darah yang melambangkan kehidupan manusia. Warna Kuning, warna kuning memiliki arti anugrah dan kekuasaan dari Tuhan. Warna Putih, warna putih menggambarkan warna daging dan tulang yang berarti putih bersih dan suci. Warna Hitam, yang terakhir adalah warna hitam yang yang melambangkan kegelapan dan kematian.
Pembagian Ruangan Rumah Adat Tongkonan
Rumah tongkonan terbagi menjadi tiga bagian rumah yaitu bagian utara, bagian tengah, dan bagian selatan. Yang menarik adalah bagi masyarakat Toraja, rumah tongkonan bukan hanya sekadar tempat tinggal dan bernaung, tapi mereka menganggap rumah tersebut adalah ibu. Sedangkan lumbung padi atau yang disebut ‘Alang Sura’ mereka anggap sebagai bapak.
1. Bagian Utara
Bagian utara rumah tongkonan adalah ruang depan yang disebut ‘tengolak’ karena rumah tersebut selalu menghadap ke utara. Ruangan ini digunakan sebagai ruang tamu, tempat tidur untuk anak-anak dan tempat meletakkan sesaji.
2. Bagian Selatan
Bagian selatan atau ‘sumbung’ biasanya diperuntukkan bagi kepala keluarga atau pemimpin dalam rumah tersebut. Kepala keluarga masyarakat Toraja sangat dihormati karena segala memiliki peran penting dalam semua aktifitas dan peraturan yang ada di dalam rumah, maka dari itulah bagian selatan rumah Tongkonan secara khusus ditempati oleh kepala keluarga.
3. Bagian Tengah
Bagian tengah dari Rumah Tongkonan yang biasa disebut dengan ‘Sali’ merupakan bagian yang diisi oleh ruang makan, dapur, dan ruang keluarga. Uniknya, pada bagian ini bisa dijumpai jasad anggota keluarga yang sudah meninggal dan anggota keluarga yang lain tidak ada yang takut dengan adanya jasad tersebut.
4. Kolong Rumah
Bangunan rumah yang mirip dengan rumah panggung membuat rumah Tongkonan memiliki kolong yang biasa dimanfaatkan oleh pemilik rumah sebagai kandang kerbau. Pada dindingnya bisa di modifikasi dengan cara ditarik kebawah sehingga membentuk pagar untuk dinding kandang.
Fakta Menarik Rumah Adat Toraja
Rumah adat tana Toraja pun memiliki banyak ciri khas unik yang sangat menarik untuk diketahui, fakta-fakta ini membuktikan bahwa masyarakat Toraja sangat menghargai budaya dan adat yang telah diwariskan.
1. Selalu Menghadap Ke Utara
Jika diperhatikan, bangunan rumah tongkonan selalu menghadap ke arah utara. Hal tersebut karena pembangunannya mengikuti pandangan kosmologi masyarakat Toraja, mereka menganggap bahwa arah utara yang mereka sebut ‘ulunna lino’ merupakan arah kepala dunia dan dianggap sebagai simbol penghormatan bagi sang pencipta (puang matua).
Selain itu, masyarakat Toraja juga percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari utara dan kelak mereka akan kembali ke arah utara.
2. Kepemilikan Rumah berdasarkan keturunan
Rumah adat Toraja selalu dibangun berdasarkan hubungan kekerabatan atau keturunan dan diwariskan secara turun temurun kepada anak cucu yang memiliki satu garis keturunan berdasarkan marga Suku toraja. Oleh karena itu, sangat mudah untuk menelusuri hubungan darah dan garis keturunan mereka, karena hanya perlu mencari tau dari pertalian kekerabatan antara dua rumah Tongkonan.
3. Bahan dari Kayu yang Tahan hingga Ratusan Tahun
Seperti kebanyakan rumah adat, hampir seluruh bagian dari bangunan rumah Tongkonan terbuat dari kayu, terutama pada bagian tubuh bangunannya. Selain bentuknya yang unik, rumah tongkonan dibuat dengan kayu dari pohon lokal pulau Sulawesi, yaitu kayu uru. Jenis kayu tersebut konon merupakan salah satu kayu terkuat dan mampu bertahan hingga ratusan tahun.
4. Susunan Tanduk kerbau menjadi Tanda Status Sosial
Keunikan lain dari rumah adat Toraja adalah bagian depan rumahnya dihiasi dengan kepala kerbau beserta tanduknya yang disusun secara vertikal. Kepala kerbau tersebut rupanya bukan hanya berfungsi sebagai hiasan, namun juga melambangkan status sosial penghuni rumah di masyarakat Toraja, semakin banyak tanduk yang disusun, berarti semakin tinggi pula statusnya.
Tanduk yang disusun tersebut merupakan tanduk dari kerbau yang disembelih saat penghuni rumah mengadakan upacara penguburan anggota keluarga yang meninggal, kerbau yang dikurbankan konon harganya mencapai ratusan juta rupiah sehingga panjangan tanduknya menunjukkan keadaan ekonomi penghuni rumah tersebut.
5. Memiliki 67 Motif ukiran
Selain memiliki bentuk yang unik, dinding-dinding rumah adat Toraja dihiasi dengan berbagai macam ornamen ukiran khas Tana Toraja yang membuat rumah tersebut semakin indah.
Menurut J.S. Sande yang merupakan seorang pakar kebudayaan, setidaknya ada 67 motif ukiran pada hiasan dinding rumah Tongkonan. Motif tersebut memiliki bentuk yang bermacam-macam seperti tumbuhan, hewan, geometri, benda-benda langit, hingga cerita rakyat yang mana setiap motifnya memiliki makna dan filosofi hidup suku Toraja, seperti ketaqwaan kepada sang pencipta dan nasehat untuk hidup rukun dan saling mengasihi terhadap keluarga.
Bagaimana? Tertarik untuk melihat secara langsung rumah adat yang setiap incinya sarat akan filosofi tersebut? Rumah adat Toraja membuktikan bahwa Indonesia memiliki keragaman budaya yang bernilai tinggi.