Pada dasarnya terdapat tiga rumah adat yang tercatat sebagai bangunan tradisional dari Sulawesi Tengah (Sulteng).
Salah satu rumah tradisional asal Provinsi Sulawesi Tengah tersebut adalah Rumah Adat Tambi.
Penjelasan dan Sejarah Rumah Adat Tambi
Rumah Tambi merupakan bangunan tradisional dari Suku Lore dan Suku Kaili.
Suku Lore sendiri banyak ditemui di daerah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Sewaktu hidup secara nomaden, suku ini hidup dari kegiatan pertanian dan perladangan dengan sistem tebang dan bakar.
Namun setelah hidup secara menetap, Suku Lore dikenal sebagai pandai besi dan mengembangkan budidaya perikanan.
Sedangkan Suku Kaili berasal dari daerah Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala, Kota Palu, serta lembah yang membentang antara Gunung Nokilalaki, Gunung Gawalise, Gunung Raranggonau.
Nama suku ini sendiri berasal dari nama pohon dan buah Kaili serta memiliki 30 rumpun suku.
Bangunan rumah tradisional pun ini biasanya ditempati oleh masyarakat biasa dan juga ketua atau tokoh penting adat lainnya.
Menurut asal usulnya, Rumah yang bentuknya mirip jamur ini sudah ada sejak zaman sebelum agama Hindu datang.
Arsitektur rumah ini sendiri merupakan hasil adaptasi dari lingkungan atau kondisi geografis sekitar rumah yang berupa dataran tinggi yang dingin serta sejuk.
Konstruksi ini pun kemudian dapat memodifikasi iklim luar ruangan menjadi kondisi yang jauh lebih nyaman di dalam rumah.
Hal ini yang kemudian membuat para pemilik atau penghuni rumah merasa lebih hangat dan dapat bertahan di iklim yang dingin.
Lebih lengkapnya, ini dia pembahasan mengenai Rumah Tambi beserta gambar, filosofi arsitektur, dan keunikannya.
Ciri Khas Rumah Adat Tambi
Setiap rumah adat memiliki keunikan yang menjadi pembeda dari rumah adat lain, tak terkecuali Rumah Tambi.
Nah, berikut adalah pembahasan mengenai keunikan yang dimiliki oleh Rumah Tambi dan penjelasannya.
1. Atap
Bangunan Rumah Tambi mengusung konsep rumah panggung dan memiliki atap berbentuk prisma dengan sudut kecil pada bagian pucuk atap.
Sudut kemiringan atap bangunan antara 58 derajat hingga 66 derajat.
Material yang digunakan untuk membuat bagian atap ini berupa ijuk atau daun rumbia, pecahan kayu papan, atau pecahan bambu yang dipasang memanjang ke bawah.
Sehingga, selain sebagai peneduh, atap ini juga bermanfaat sebagai dinding rumah.
2. Badan bangunan
Ciri khas lain dari rumah tradisional ini adalah bagian bangunannya yang terdiri dari bentuk asimetrikal dan simetrikal.
Bentuk asimetrikal bangunan diterapkan pada penyusunan fasade tangga, jendela, dan pintu.
Sedangkan untuk bentuk simetrikal diterapkan pada bagian atap dan badan bangunan.
3. Tiang
Bangunan rumah adat ini disokong dengan tiang penopang yang berjumlah sembilan buah dengan panjang masing-masing tidak lebih dari satu meter.
Kayu yang digunakan sebagai tiang ini berjenis bonati yang terkenal kuat dan tidak mudah rusak maupun lapuk.
Di samping itu, tiang-tiang tersebut saling dihubungkan dengan balok kayu.
4. Tangga
Terdapat Rumah Tambi yang memiliki tangga ganjil dan genap.
Apabila rumah Tambi mempunyai tangga dengan jumlah anak tangga ganjil, berarti pemiliknya adalah ketua adat.
Sebaliknya, apabila rumah Tambi mempunyai tangga dengan jumlah anak tangga genap, berarti pemilik rumah adalah masyarakat biasa.
5. Pondasi
Pondasi rumah adat Tambi berasal dari batu alam dengan bentuk persegi panjang.
6. Lantai
Rangka lantai bangunan rumah tradisional ini terbuat dari papan kayu yang tersusun rapat dengan total luas 5 x 7 meter persegi.
Selain kuat, lantai kayu ini juga berfungsi untuk menyimpan panas sekaligus mendistribusikan panas ke seluruh bangunan, mengingat rumah adat Tambi yang lokasinya berada di dataran tinggi yang dingin.
7. Ornamen
Terdapat lima ornamen yang dapat ditemukan di Rumah Tambi, yaitu
(1) kepala kerbau atau tanduk kerbau disebut pebaula yang biasanya ditemukan di ruang utama atau bagian atap depan;
(2) ukiran burung patengke yang terletak di overhang atap tengah bangunan;
(3) ukiran mata tombak yang terletak di overhang atap kanan bawah bangunan;
(4) ukiran gagang parang yang terletak di overhang atap kiri bawah bangunan, dan
(5) ukiran ragam genetalia yang berbentuk jenis kelamin wanita dan pria dan dapat ditemukan di sisi kiri kanan tiang penyangga rumah.
Khusus ornamen tanduk atau kepala kerbau dipergunakan sebagai simbol bahwa pemilik rumah adalah seorang bangsawan.
Sedangkan rumah yang tidak ada ornamen tersebut menandakan bahwa pemilik rumah merupakan masyarakat biasa.
8. Kamar mandi
Rumah Tambi mempunyai jamban atau kamar mandi yang terpisah dengan bangunan utama.
9. Pembagian ruangan
Rumah Tambi hanya memiliki satu ruangan besar yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
· Labona, merupakan bagian bangunan yang diperuntukkan sebagai ruang tamu bagi keluarga dekat.
· Asari, merupakan bagian bangunan yang difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan pusaka dan untuk beristirahat/tidur.
Letak Asari berada di sekelilng Labona, di sepanjang dinding bangunan, dan kedudukannya satu papan lebih tinggi dari Labona.
· Rapu, merupakan bagian bangunan yang digunakan sebagai dapur dan letaknya di tengah-tengah ruangan.
Selain untuk memasak, rapu juga digunakan sebagai penerangan dan pemanas ruangan untuk menghangatkan tubuh.
10. Arah bangunan
Bangunan rumah tradisional ini tidak boleh membelakangi arah terbit maupun tenggelam matahari.
Sehingga bagi yang ingin membangun rumah ini harus menghadap ke arah Utara-Selatan.
11. Bangunan tambahan
Dalam setiap komplek Rumah Tambi terdapat dua bangunan tambahan, yaitu:
· Pointua
Merupakan bangunan yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk menumbuk padi yang dilengkapi dengan lesung panjang (Iso) berjumlah empat buah.
· Buho atau Gampiri
Merupakan sebuah bangunan yang secara desain mirip dengan Rumah Tambi serta dibangun dengan bahan kayu dan bambu.
Buho ini biasanya terletak pada belakang atau samping Rumah Tambi.
Bangunan adat ini terdiri dari dua lantai, dengan bagian atas yang memiliki manfaat sebagai lumbung padi sebelum ditumbuk di Pointua dan bagian bawah yang digunakan sebagai tempat bermusyawarah.
Filosofi Arsitektur Rumah Adat Tambi
Selain memiliki ciri yang unik, rumah adat Tambi juga menyimpan banyak filosofi, simbol, dan bahkan pesan-pesan baik.
Ini dia pembahasan mengenai filosofi dari arsitektur Rumah Tambi dan penjelasannya.
1. Struktur bangunan
Secara struktur, bangunan ini berbentuk prisma segitiga yang menyimbolkan hubungan antara garis vertikal dan garis horizontal.
Dimana dua garis vertikal merupakan simbol dari hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Sedangkan satu garis horizontal merupakan simbol hubungan antar sesama manusia.
2. Ornamen bangunan
Terdapat lima ornamen yang biasanya ditemukan di Rumah Tambi dengan masing-masing filosofi, yaitu:
· Tanduk kepala kerbau yang merupakan simbol kepemimpinan, kebesaran, dan kekayaan dari pemilik rumah.
· Burung patengke yang menyimbolkan sebagai penjaga.
· Mata tombak yang menyimbolkan keberanian dan kepatriotan.
· Gagang parang yang menyimbolkan keberanian dan kepatriotan.
· Ragam genetalia yang menyimbolkan kesuburan.
Demikian pembahasan mengenai Rumah Adat Tambi.
Semoga dengan semakin bertambahnya pengetahuan tentang rumah tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah ini, kita bisa lebih sadar untuk menjaga dan merawat warisan budaya ini.