Rumah adat Sumbawa, Nusa Tenggara Barat pada umumnya berbentuk rumah panggung dengan ukuran yang cukup besar. Beberapa rumah adat dihiasi dengan ornamen dan ukiran. Rumah adat Sumbawa dibedakan menurut latar belakang pemiliknya yakni rumah adat Dalam Loka yang dihuni oleh raja, rumah adat Bala Pekat yang didiami oleh pejabat kerajaan seperti Perdana Menteri Kesultanan, dan rumah adat Bale Panggung yang menjadi tempat tinggal prajurit kesultanan dan rakyat biasa. Rumah adat masyarakat Sumbawa mengandung filosofi yang bersandarkan pada syariat Islam.
Simak pembahasan lengkapnya berikut ini.
Jenis Rumah Adat Sumbawa
Rumah adat Sumbawa memiliki 3 jenis rumah adat, yaitu rumah yang tihuni oleh sultan, pejabat dan kerabat sultan, dan prajurit hingga rakyat biasa. Oleh karena itu ketiga rumah ini mempunyai arsitektur yang bervariasi dengan detail dan unsur masing-masing. Ia juga memiliki rancangan yang beragam, baik eksterior maupun interiornya.
1. Rumah Adat Dalam Loka
Rumah Dalam Loka sering juga disebut istana Sumbawa karena merupakan kediaman raja-raja Sumbawa dahulu. Dalam dalam Bahasa Sumbawa berarti istana dan loka berarti dunia. Jika digabungkan memiliki makna bangunan pusat peradaban dan pemerintahan. Filosofinya adalah adat berenti ko syara, syara barenti ko kitabullah, yaitu semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan tau Samawa (sebutan untuk masyarakat Sumbawa) harus bersemangatkan pada syariat Islam.
Istana Sumbawa pertama kali dibangun oleh Sultan Muhammad Jalalludin III pada tahun 1885. Rumah Dalam Loka menghadap ke selatan atu, artinya mengarah ke Bukit Sampar dan alun-alun kota. Megah dengan luas area sekitar 904 m2 dan luas bangunan 696,98 m2. Berbentuk rumah panggung dan ditopang oleh 99 tiang pondasi yang melambangkan 99 sifat Tuhan dalam ajaran Agama Islam (asmaul husna).
Ketika sampai di depan rumah, kita harus menaiki tangga menuju ke pintu. Pintu rumah ini hanya ada satu dan berukuran sangat besar. Ia digunakan sebagai pintu masuk dan keluar rumah.
Kita juga disambut dengan ukiran indah khas Sumbawa yang bernama lutuengal. Biasanya lutuengal berupa ukiran motif bunga-bunga dan dedaunan.
Rumah berbahan utama kayu jati ini terdiri dari dua bagian, yaitu bala rea dan graha besar. Graha besar memiliki beberapa ruangan, di antaranya adalah sebagai berikut.
- Lunyuk agung yang terletak di bagian depan bangunan berfungsi sebagai tempat musyawarah, resepsi, atau acara pertemuan adat dan keagamaan.
- Lunyuk mas yang terletak di sebelah Lunyuk agung berfungsi sebagai ruangan khusus permaisuri, istri-istri menteri, dan staf penting kerajaan.
- Bala bulo terletak di samping lunyuk mas dan terdiri dari dua lantai. Lantai pertama berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak raja yang masih kecil, dan lantai kedua berfungsi sebagai tempat menyaksikan pertunjukan di lapangan istana bagi permaisuri dan istri para bangsawan.
- Ruang dalam yang terletak di sebelah barat. Ada yang hanya disekat oleh kelambu dan berfungsi sebagai tempat salat, dan di sebelah utaranya merupakan kamar tidur permaisuri dan para putri.
- Ruang dalam yang terletak di sebelah timur terdiri dari empat kamar. Kamar-kamar ini diperuntukan bagi putra/putri raja yang sudah menikah.
- Ruang sidang yang terletak di bagian belakang rumah. Selain digunakan untuk bersidang, pada malam hari ruangan ini juga dijadikan tempat tidur para dayang.
- Kamar mandi terletak di luar ruangan induk yang memanjang dari kamar raja hingga kamar permaisuri.
Sedangkan bala rea merupakan keseluruhan komplek istana dan halamannya. Di halaman istana terdapat keban atas atau kebun istana, bala buko atau gapura istana, dan bale jam atau tempat khusus untuk meletakkan lonceng kerajaan.
Kondisi rumah Dalam Loka sempat memprihatinkan. Pasalnya ia sempat lapuk termakan oleh waktu dan pernah terbakar pula. Penghuninya melantarkan hunian sehingga tidak pernah diurus lagi. Lalu Direktorat Jenderal Kebudayaan pada tahun 1979 memugar kembali istana Sumbawa melalui Proyek Sasana Budaya-Budaya.
2. Rumah Adat Bala Pekat
Di sebelah selatan istana Dalam Loka, tepatnya di kelurahan Pekat, Sumbawa Besar, terdapat rumah Bala Pekat. Sering juga disebut bala datu ranga oleh masyarakat setempat. Rumah berbentuk panggung ini dahulu dibangun untuk tempat tinggal Abdul Madjid Daeng Matutu, Perdana Menteri Kesultanan Sumbawa yang bergelar Datu Ranga. Ukurannya lebih kecil dibandingkan istana Sumbawa, tetapi bagian-bagian rumah serupa dengannya. Kondisi rumah masih utuh dan terawat dengan baik.
3. Rumah Adat Bale Panggung
Bale dalam bahasa setempat berarti rumah biasa. Rumah ini dikhususkan sebagai tempat tinggal masyarakat dan prajurit kesultanan. Ukurannya tidak besar seperti rumah Dalam Loka dan rumah Bala Pekat karena derajat sosialnya sendiri sudah berbeda dari pemiliknya. Selain itu, ia terbuat dari kayu yang mudah didapatkan di sekitar Sumbawa seperti kayu bila atau kayu maja
Persamaan Arsitektur
1. Rumah Panggung
Meskipun ukuran dan luas bangunan berbeda, ketiga rumah di atas memiliki persamaan pertama, yaitu dari bentuknya. Rumah panggung menjadi ciri fisik yang pertama kita lihat dari rumah-rumah adat di Sumbawa. Ciri-ciri ini bisa kita lihat pula dari beberapa rumah adat di Indonesia seperti rumah adat di Sulawesi, Kalimantan, dan lain-lain.
2. Lantai
Lantai pada ketiga rumah memiliki susunan kayu yang memanjang serta mempunyai sambungan pada bagian tengahnya, masing-masing bilah kayunya mempunyai dimensi ukuran yaitu dari panjangnya berukuran 4 m, lebar 25 cm dan mempunyai tebal 2 cm. Pada susunan lantai memanjang ini memberikan kesan luas dan lebar. Biasanya, rumah memiliki dua lantai. Lantai pertama digunakan sebagai tempat manusia berkegiatan dan lantai kedua digunakan sebagai tempat menyimpan bahan-bahan atau persediaan makanan. Ia juga bisa digunakan sebagai tempat bermain untuk anak-anak. Apakah Selasares mau coba main petak umpat di sana?
3. Dinding
Dinding pada rumah-rumah adat Sumbawa mempunyai susunan memanjang yang mengarah ke atas. Masing-masing bilah kayunya memiliki ukuran panjang sekitar 3-3.5 m, lebar 20 cm, dan tebal 1.5 m. Unsur kayu yang memanjang mengarah ke atas langit-langit membuat ruangan terkesan tinggi. Garis yang ditimbulkan dari susunan kayu menyimbolkan kekuatan dan keawetan seolah-olah dinding kayu rumah tetap hidup loh Selasares. Pada plafon rumah terdapat unsur garis yang mengarah vertikal dan berjumlah ganjil yang melambangkan kebaikan serta keberuntungan untuk penghuni rumah.
Dari ketiga rumah adat di atas, menurut Selasares bagaimana? Sudah tertarik untuk mengunjunginya? Ingat, di Pulau Sumbawa masih banyak keajaiban yang bisa dijumpai kalau kalian berwisata ke sana. Jangan lupa, Selasares juga bisa membaca artikel tentang rumah-rumah adat lain di Indonesia di Selasar.