Rumah adat Sulawesi Utara berbentuk rumah panggung dengan atap prisma. Rumah adat ini terdiri dari dua jenis, yakni rumah adat Bolaang Mongondow dan rumah adat Walewangko. Rumah adat Bolaang Mongondow memiliki ciri khas berupa posisi atap yang melintang dengan bubungan curam. Rumah adat ini sendiri dibedakan antara milik kaum bangsawan dan masyarakat biasa. Perbedaan terlihat pada ornamen dan dekorasinya. Sementara rumah adat Walewangko memiliki ciri khas berupa anak tangga yang dibuat menjadi dua jalur pada sisi kiri dan kanan.
Simak ulasan detail kami tentang kedua jenis rumah adat tersebut berikut ini.
Sekilas tentang rumah adat Minahasa
Suku Minahasa adalah kelompok etnis yang berasal dari semenanjung Minahasa atau sekarang menjadi Sulawesi Utara. Kata Minahasa sendiri berasal dari kata minaesa yang berarti persatuan. Leluhur yang berasal dari Pulau Kalimantan membangun rumah dengan kayu asal Kalimantan, yaitu kayu ulin. Masyarakat Dayak menyebut kayu ulin sebagai kayu besi karena kuat dan tahan lapuk.
Bentuk rumah-rumah adat di Sulawesi Utara merupakan rumah panggung. Hal ini dikarenakan untuk mengantisipasi bencana seperti banjir dan gempa bumi. Sejak dulu, rumah adat Minahasa sudah memiliki arsitektur dan desain yang khas. Seiring berjalannya waktu nilai tersebut masih terbawa dan terus berkembang mengikuti era modernisasi.
Jenis rumah adat Sulawesi Utara
Secara garis besar, terdapat dua jenis rumah adat di Sulawesi Utara, yakni Rumah Bolaang Mongondow dan Rumah Walewangko.
1. Rumah adat Bolaang Mongondow
a. Sejarah dan filosofi
Dahulu, Raja Manado Muntu Untu, merupakan keturunan Bangsa Spanyol. Ia membawa kayu-kayu dari Pulau Kalimantan dan membangun rumah-rumah adat Minahasa yang sekarang kita lihat. Dari makna kata Minahasa yang berarti menyatu, secara filosofis rumah dianggap sebagai tempat untuk berkumpul menjadi satu.
b. Bagian-bagian rumah dan fungsinya
Isi dan ruangan rumah adat Bolaang Mongondow cukup sederhana. Secara umum rumah ini terdiri dari ruang depan, ruang tengah, kamar tidur, ruang makan, dapur, loteng, olad atau kolong rumah untuk penyimpanan barang atau hewan ternak. Kata untuk lantai dalam Bahasa Minahasa adalah talog dan kayu penyangganya disebut oigi.
c. Ornamen
Banyak rumah Bolaang Mongondow yang tidak memiliki ornamen atau hiasan mewah. Alasannya adalah rumah-rumah tersebut ditempati oleh masyarakat biasa. Hanya komalig yang didesain megah dan mewah dengan dekorasi. Komalig adalah rumah Bolaang Mongondow milik bangsawan.
Rumah-rumah masyarakat biasa disebut dengan sebutan silidan. Silidan yang berukuran lebih kecil dinamakan lurung atau laig.
d. Ciri khas
Rumah panggung yang satu ini memiliki desain atap yang unik. Bentuk atap dibuat melintang dengan puncak atap atau bubungan cukup curam. Karakteristik lainnya sama dengan rumah panggung pada umumnya, yaitu terbuat dari kayu, bertangga, memiliki kolong rumah, teras, badan rumah, dan sebuah loteng.
Uniknya lagi, ada juga rumah darurat lho Selasares, untuk mereka yang lelah bekerja di kebun bisa beristirahat di genggulang. Rumah Bolaang Mongondow ini terletak di tengah atau di dekat kebun. Terkadang jarak rumah petani dengan kebunnya cukup jauh untuk ditempuh atau sulit untuk diakses sehingga bolak-balik rumah dan kebun terlalu sering tidak menjadi opsi yang baik.
2. Rumah adat Walewangko
a. Sejarah dan filosofi
Rumah Walewangko atau Rumah Pewaris adalah rumah yang lebih sering dijumpai di daerah Minahasa dibandingkan dengan Rumah Bolaang Mongondow. Kata Walewangko sendiri berasal dari kata wale atau bale yang berarti rumah keluarga dalam Bahasa Minahasa. Secara istilah, wale atau bale berarti rumah yang digunakan untuk beraktivitas dengan seluruh penghuni rumah atau anggota keluarga. Walewangko juga diambil dari nama sebuah desa, yaitu Desa Walewangko, Kecamatan Langowan Barat.
Jika singgah ke sana, rumah ini serasa ada di mana-mana karena jumlahnya yang banyak. Dahulu kala, leluhur yang tinggal di rumah tidak hanya satu keluarga melainkan bisa hidup enam hingga sembilan keluarga. Sifat kekeluargaan dan persaudaraan Suku Minahasa membuat masyarakatnya tidak masalah hidup bersama-sama dalam satu rumah.
b. Bagian-bagian rumah dan fungsinya
Rumah adat Walewangko terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian utama dari rumah ini adalah bagian depan. Teras atau sekay tidak berdinding dan cukup luas untuk bisa berkegiatan. Bagi bangsawan atau tokoh adat, bagian depan juga dijadikan sebagai tempat untuk membahas kegiatan adat atau memberikan maklumat kepada warganya.
Setelah memasuki rumah, terdapat serambi depan atau pores berdinding untuk menerima tamu dan menyelenggarakan kegiatan adat. Khusus untuk tamu spesial dan tamu kerabat keluarga disediakan ruangan khusus untuk menerima mereka. Ia menyatu dengan ruang makan dan dapur. Selanjutnya terdapat kamar-kamar tidur dan loteng penyimpanan yang biasa disebut soldor. Terakhir, karena rumah panggung tentu memiliki kolong rumah atau godong untuk menyimpan hasil panen.
c. Ornamen
Rumah Walewangko dihiasi dengan ornamen ciamik. Motif yang sering ditunjukkan berputar sekitar motif alam seperti motif flora atau fauna. Ini biasanya dijumpai di rumah-rumah mewah milik bangsawan atau tokoh adat sebagai simbol status sosial.
d. Ciri khas
Keunikan dari rumah adat Sulawesi Utara satu ini adalah tangganya. Desain rumahnya memiliki dua jalur tangga, yakni kanan dan kiri. Dua buah tangga tersebut dipercaya dapat mencegah roh jahat untuk masuk. Ketika roh jahat menaiki tangga jalur kanan maka dia akan turun lagi lewat tangga jalur kiri dan sebaliknya. Selain itu, pemasangan dua tangga juga berfungsi sebagai pengatur lalu lintas tamu-tamu yang datang jika sedang ada kegiatan besar di rumah.
Cukup sekian cerita tentang rumah adat Suku Minahasa Selasares. Bagaimana? Apakah membuat kalian tertarik untuk mencoba tinggal di Rumah Bolaang Mongondow atau Rumah Walewangko?
Nah, jangan lupa untuk membaca artikel rumah adat lainnya ya.
Selain itu, kamu juga bisa pelajari tarian tradisional di Indonesia, termasuk tarian tradisional Sulawesi Utara, yaitu Tari Maengket.