Nusa tenggara barat memiliki setidaknya sebelas rumah adat dengan berbagai bentuk yang unik dan memiliki fungsi yang berbeda-beda, mulai dari rumah adat Dalam Loka yang merupakan rumah bagi Raja dan Bangsawan, hingga Berugag yang menyerupai gubug di halaman rumah.
Setiap jenis rumah adat Nusa Tenggara Barat memiliki keunikan dan filosofi masing-masing, seperti lokasi dan pembangunannya harus dilakukan pada waktu tertentu, dan lain sebagainya.
Nah, jika kamu penasaran, langsung saja simak artikel tentang rumah adat Nusa Tenggara Barat di bawah ini!
Jenis-Jenis Rumah adat NTB
1. Rumah Adat Dalam Loka
Nama Dalam loka berasal dari bahasa sumba, yaitu ‘Dalam’ yang artinya Istana dan ‘Loka’ yang artinya Dunia, Jika diartikan keseluruhan berarti istana dunia.
Sesuai dengan namanya, Rumah adat ini berfungsi sebagai kediaman para Raja dan menjadi pusat pemerintahan pada masa kesultanan sumbawa. Tidak heran jika rumah adat Dalam Loka berukuran sangat besar dengan delapan pembagian ruangan yang memiliki fungsi berbeda.
Rumah adat ini juga ditopang dengan 99 tiang sebagai filosofi jumlah asmaul husna dalam ajaran agama islam karena masyarakat Nusa Tenggara Barat dikenal taat terhadap syariat islam sehingga mempengarihi aspek budayanya, tentu saja selain agar bangunan bisa berdiri dengan kuat.
Pembagian Ruang
Bangunan rumah adat Dalam Loka yang berukuran cukup besar membuat rumah ini memiliki banyak ruangan yang memiliki fungsi masing-masing. Ruangan-ruangan tersebut terbilang luas terutama pada bagian ruang utama dan ruang tengah. Selain itu, ornamen khas kerajaan juga menghiasi rumah adat Dalam Loka sehingga membuat nuansa kerajaan terasa sangat kental.
· Lunyuk Agung
Ruangan yang berada paling depan dinamakan Lunyuk Agung atau ruang utama yang memiliki fungsi sebagai tempat pertemuan, musyawarah, dan tempat melangsungkan resepsi pernikahan.
Pada salah satu sudut lunyuk agung terdapat singgasana Sultan yang dipenuhi warna warni ornamen kerajaan, di sinilah tempat raja menerima tamu dan melakukan upacara sakral.
· Lunyuk Mas
Lunyuk Mas merupakan ruangan tengah yang berada di sebelah Lunyuk Agung. Fungsinya sebagai tempat para permaisuri, istri menteri, dan para pegawai ketika menyelenggarakan upacara adat. Pada ruangan ini terdapat tangga yang menjadi penghubung lantai satu dan lantai dua bangunan rumah.
· Ruang Dalam Barat dan Utara
Ruangan dalam barat dan utara diberi sekat-sekat kelambu, yang mana bagian barat digunakan sebagai tempat sholat dan bagian utara berfungsi untuk tempat tidur para permaisuri dan dayang.
· Ruang Dalam Timur
Ruang dalam timur biasanya terdiri dari empat kamar yang digunakan sebagai tempat tidur putra dan putri Raja yang sudah menikah.
· Ruang Sidang
Seperti namanya, ruang ini berfungsi sebagai tempat melangsungkan persidangan dan juga tempat tidur para dayang. Ruangan ini terletak di belakang graha besar atau bala rea.
· Kamar Mandi
Kamar mandi pada rumah adat Dalam loka biasanya berada di luar ruangan induk.
· Bala Bulo
Bala bulo berada di lantai dua yang digunakan sebagai tempat bermain anak-anak Raja.
· Bagian Luar Rumah
Tidak kalah dari bagian dalam, bagian luar rumah adat Dalam Loka yang luas dan asri juga memiliki banyak fungsi.
Di antaranya adalah bagian luar terdapat kebun istana atau yang disebut kaban alas, rumah jam atau bala jam, juga ada tempat khusus untuk meletakkan lonceng istana serta gapura atau bala buko.
Keunikan
Keunikan rumah adat Dalam Loka terletak pada tangga yang digunakan sebagai jalan masuk ke dalam rumah. Tangga tersebut tidak memiliki anak tangga seperti tangga normal, namun hanya berupa papan kayu yang disusun secara mendatar hingga ke depan rumah. Susunan tangga tersebut memiliki filosofi agar tamu yang masuk ke dalam rumah menghormati raja yang tinggal di rumah tersebut.
2. Rumah Adat Istana Sumbawa
Sesuai dengan namanya, rumah adat Istana Sumbawa berada di wilayah Sumbawa. Rumah adat ini dulu pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III di kota Sumbawa Besar.
Bangunan rumah adat ini hampir sama seperti bangunan rumah adat Dalam Loka, hanya saja tidak seluas rumah Dalam Loka dan memiliki fungsi yang lebih sedikit. Bahan yang digunakan untuk membangun Istana Sumbawa didominasi oleh kayu dan didesain seperti rumah panggung.
Fungsi utama rumah adat Istana Sumbawa adalah sebagai tempat tinggal Raja dan juga tempat untuk menyimpan benda pusaka kerajaan yang memiliki nilai sejarah yang tinggi.
3. Rumah Adat Bale Bonder
Bale bonder merupakan rumah adat khas suku sasak yang biasanya dihuni oleh pejabat desa atau dusun. Bangunan bale bonder berbentung segi empat dan ditopang oleh 9 sampai 18 tiang. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu, sedangkan atapnya terbuat dari jerami dan berbentuk seperti kopiah hitam yang biasa digunakan oleh umat islam.
Selain berfungsi sebagai hunian perangkat desa, bale bonder juga digunakan sebagai tempat pengadilan yang berkaitan dengan pelanggaran hukum adat. Karena itu lah bale bonder dibangun di tengah pemukiman atau di pusat pemerintahan desa atau kampung.
4. Rumah Adat Bale Lumbung
Bale Lumbung berarti rumah lumbung atau rumah untuk menyimpan hasil panen masyarakat suku Sasak. Selain itu, fungsi Bale Lumbung tidak hanya untuk menyimpan hasil panen, namun juga untuk tempat istirahat dan toko-tokol (berkumpul atau duduk bersama dalam bahasa sasak) warga.
Konstruksi bangunan bale ini sengaja dibuat tinggi mirip dengan rumah panggung untuk menghindari banjir dan serangan hama tikus, jarak lantai bale dengan tanah biasanya sekitar 1,5 meter hingga 3 meter. Bale lumbung memiliki bentuk yang unik, ujung atapnya runcing dan sedikit melebar kemudian lurus ke bawah hingga melebar kembali di bagian bawah dengan jarak sekitar 1,5 meter hingga 2 meter.
Bagian atap dan bubungan rumah adat ini terbuat dari jerami atau alang-alang kering dan digunakan untuk meletakkan padi hasil panen anggota keluarga, tidak lupa diberi jendela agar udara segar dapat masuk dan hasil panen tidak cepat busuk. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan lantai terbuat dari papan yang disangga empat tiang besar dengan pondasi dari campuran batu bata dan tanah. Bale lumbung memiliki tiang berbentuk bulat dengan ujung atas terdapat lingkaran yang disebut ‘jelepeng alang’ yang membuat tikus tidak bisa masuk.
Hampir seluruh tubuh bale Lumbung terbuat dari kayu pohon loam (rey) dan dalam pemasangannya sama sekali tidak menggunakan paku, cukup dengan memasang setiap bagian sesuai jalur yang sudah dibuat.
Filosofi
Dulu bale Lumbung dijadikan sebagai simbol tingkatan strata sosial masyarakat suku Sasak karena siapa yang di rumahnya memiliki bale lumbung berarti keluarga tersebut merupakan keluarga dengan ekonomi yang tinggi. Selain dibangun di rumah penduduk suku sasak sebagai pemilikan pribadi, setiap desa di sana juga wajib memiliki setidaknya satu bale lumbung untuk digunakan bersama.
Konon, yang boleh mengambil padi dari Bale Lumbung hanya kaum perempuan karena masyarakat suku Sasak percaya jika lelaki yang mengambil, maka akan menyebabkan kemandulan bagi lelaki tersebut. Bangunan rumah adat bale lumbung saat ini juga telah dijadikan sebagai lambang pulau Lombok.
5. Rumah Adat Bale Jajar
Bale jajar merupakan rumah hunian bagi masyarakat suku sasak dengan kelas ekonomi menengah ke atas.
Bentuk bangunan bale jajar hampir sama seperti bale tani, yang membedakan adalah bale jajar memiliki serambi atau sesangkok dan dua ruangan bale (kamar). Dua ruangan kamar tersebut dipisahkan oleh koridor yang menjadi penghubung dari sesangkok menuju ke ruangan dapur.
Ciri khas bangunan Bale jajar adalah adanya sambi yang menjulang tinggi yang digunakan sebagai tempat penyimpanan kebutuhan rumah tangga dan biasanya dibangun di kompleks pemukiman yang luas. Biasanya, di bagian halaman depan Bale Jajar dibangun Berugaq sekepat sebagai tempat untuk menerima tamu.
6. Rumah Adat Bale Tani
Seperti namanya, rumah adat bale tani merupakan rumah hunian bagi masyarakat suku sasak yang memiliki mata pencaharian sebagai petani.
Bangunan rumah bale tani hanya memiliki satu pintu yang kecil dan rendah serta tidak memiliki jendela. Desain pintu yang sengaja dibuat rendah tersebut memiliki filosofi sebagai penghormatan terhadap pemilik rumah. Sedangkan anak tangga dengan tiga gundukan sebagai penggambaran proses hidup manusia yaitu dilahirkan, berkembang, dan meninggal.
Atapnya terbuat dari jerami dan dindingnya terbuat dari anyaman bambu atau bedek. Lantai rumah adat ini dibuat dengan pengetahuan yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Bahan yang digunakan untuk membuat lantainya adalah tanah liat yang dicampur dengan jerami atau kotoran kerbau, susunan bahan tersebut kemudian menghasilkan lantai yang keras seperti lantai yang terbuat dari semen. Kotoran yang digunakan biasanya merupakan kotoran kerbau yang baru saja dikeluarkan, hal ini dipercaya karena kotoran tersebut dapat mengendapkan debu yang menempel dan juga dapat mengusir nyamuk.
Bale tani terbagi menjadi dua bagian ruangan yaitu bale dalam yang berfungsi sebagai kamar tidur anggota keluarga perempuan sekaligus merangkap dapur, dan bale luar yang difungsikan sebagai kamar tidur anggota keluarga yang lain dan juga ruang tamu.
7. Berugaq Sekenam/Sekepat
Masyarakat suku sasak biasanya tidak terlalu suka menerima tamu di dalam rumah mereka, maka dari itulah mereka membuat bangunan khusus di depan rumah yang disebut berugaq sekepat. Fungsi berugaq sekepat adalah sebagai tempat untuk menerima tamu atau orang asing yang berkunjung ke rumah. Bangunan berugaq sekepat berbentuk seperti gazebo terbuka dengan konsep panggung dan memiliki empat tiang penyangga.
Selain menjadi tempat untuk menerima tamu, berugaq sekepat juga digunakan sebagai tempat pemilik rumah yang memiliki anak gadis untuk menerima pinangan dari seorang pemuda.
Tak jauh berbeda dengan berugaq sekepat, berugaq sekenam juga memiliki bentuk bangunan yang hampir sama. Namun, berugaq sekenam ditopang oleh enam tiang sehingga benuknya lebih memanjang dan bisa menampung lebih banyak orang. Jika berugaq sekepat diletakkan di depan rumah, berugaq sekenam biasanya diletakkan di bagiang belakang rumah.
Fungsinya adalah sebagai tempat pertemuan keluarga dan kegiatan belajar mengajar tata krama juga nilai-nilai budaya.
8. Bale Beleq Bencingah
Rumah adat Bale Beleq Bencingah digunakan pada masa kerajaan terdahulu sebagai tempat diadakannya acara-acara besar kerajaan seperti pelantikan pejabat kerajaan, pengukuhan putra mahkota dan juga para kiai penghulu kerajaan. Selain itu rumah adat ini merupakan tempat yang disucikan dan digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka kerajaan.
9. Bale Tajuk
Rumah adat bale tajuk bukan merupakan rumah utama yang digunakan sebagai hunian atau tempat tinggal. Bangunan ini merupakan bagian bangunan pendukung bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang besar. Bale tajuk berbentuk segilima dengan lima buah tiang penyangga dan dibangun di tengah lingkungan keluarga Santana.
Fungsi rumah adat ini adalah sebagai tempat pertemuan keluarga sekaligus tempat pelatihan tata krama dan wawasan atau macapat Takepan.
10. Bale Balaq dan Bale Gunung Rate
Bale Balaq dan Bale gunung Rate yang merupakan tempat tinggal yang didirikan pada daerah dengan kondisi geografis tertentu.
Bale balaq adalah rumah yang didesain dengan arsitektur rumah panggung yang tinggi untuk menghindari banjir dan luapan sungai, sedangkan Bale Gunung Rate merupakan tempat tinggal bagi masyarakat yang bermukim di daerah lereng pegunungan.
11. Bale Kodong
selain itu masih ada rumah adat suku sasak yang lain yaitu Bale Kodong yang digunakan sebagi tempat tinggal bagi warga yang baru menikah dan orang tua yang ingin menghabiskan masa tuanya bersama cucu-cucu mereka.
Keunikan Rumah Adat Nusa Tenggara Barat
Rumah adat Nusa Tenggara Barat tidak hanya memiliki keunikan pada bentuk bangunan dan bahan penyusunnya, tapi juga dalam proses pembangunannya. Kebanyakan jenis rumah adat yang ada di Nusa tenggara Barat adalah milik suku sasak yang bermukim di desa Sade, kecamatan pujut, selatan kabupaten Lombok Tengah, yang mana lokasi tersebut merupakan pemukiman asli suku Sasak.
Bagi masyarakat suku sasak sendiri, rumah memiliki fungsi penting dalam kehidupan, maka dari itu, mereka memiliki tradisi dan kepercayaan sendiri dalam proses pembangunan rumah. Suku sasak percaya bahwa rumah harus dibangun pada hari baik, sehingga mereka memiliki perhitungan yang cermat tentang waktu memulai pembangunan mulai dari tanggal, bulan dan hari. Mereka memiliki pedoman dalam penentuan waktu tersebut yaitu papan warige yang berasal dari primbon Tapel Adam dan tajul Muluq.
Namun, tidak semua masyarakat suku sasak bisa menentukan hari baik meski telah berpedoman pada primbon tersebut sehingga ketika akan membangun rumah, mereka harus bertanya terlebih dulu kepada pemimpin adat. Waktu terbaik yang diyakini masyarakat suku sasak untuk membangun rumah adalah bulan ketiga dan bulan kedua belas kalender Sasak, yaitu bulan Rabiul awal dan Dzulhijjah pada kalender Islam, sedangkan waktu yang paling dihindari adalah bulan Ramadhan dan Muharram karena dipercaya rumah yang dibangun pada bulan tersebut akan mengundang malapetaka bagi penghuninya seperti penyakit, kebakaran, sulit reseki, dan lainnya.
Selain menentukan waktu, hal lain yang tidak kalah penting dalam pembangunan rumah suku sasak adalah tempat. Masyarakat suku Sasak sangat selektif dalam menentukan lokasi pembangunan rumah karena mereka menganggap bahwa lokasi yang tidak tepat akan berdampak buruk kepada penghuninya. Lokasi yang dihindari untuk membangun rumah diantaranya adalah tanah bekas tempat pembuangan sampah, bekas perapian, bekas sumur dan pada posisi jalan tusuk sate atau susur gubug.
Masyarakat suku sasak juga tidak akan membangun rumahnya berlawanan arah dan berbeda ukuran dengan rumah yang lebih dulu dibangun di sekitar lokasi tersebut. Mereka menganggap bahwa melanggar konsep pembangunan tersebut merupakan perbuatan yang tabu (maliq lenget).
Walaupun bahan bangunannya didominasi oleh kayu, anyaman bambu, dan jerami, rumah adat Nusa tenggara Barat termasuk kokoh dan tidak mudah roboh. Hal tersebut dikarenakan rumah adat Nusa Tenggara Barat dibangun di atas pondasi yang kokoh. Pondasi yang digunakan untuk menopang rumah adalah balok penyangga dari bambu yang dikaitkan dengan sistem pasak sehingga rumah tahan terhadap goncangan.
Keunikan yang dimiliki rumah adat Nusa Tenggara Barat tidak lepas dari masyarakatnya yang masih memegang teguh warisan budaya dari nenek moyang mereka, sehingga sampai saat ini kemurnian adat Nusa tenggara Barat masih bisa kita lihat dan nikmati.