Keragaman budaya di Indonesia tidak bisa diragukan lagi dengan banyaknya suku bangsa membuktikan Indonesia adalah negara yang penuh dengan keunikan.
Maluku adalah provinsi tertua yang ada di Indonesia, dan menurut dunia internasional provinsi ini disebut Moluccas dan Molukken.
Terdapat 632 pulau yang ada di saan dan berhadapan dengan beberapa wilayah di bagian Indonesia Timur.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Maluku berasal dari negeri para Raja atau Jaziratul Mulk.
Lalu seperti apa sih Rumah Adat Maluku? Simak penjelasannya berikut ini!
Mengenal Rumah Adat Maluku
Maluku terdiri dari beberapa gugusan pulau-pulau yang masuk dalam kawasan Indonesia Timur.
Suku yang ada di Maluku pun beragam.
Mulai dari suku Ambon, suku Aru, suku Ternate, suku Tidore, suku Furu-furu, suku Alifuru, suku Togutil dan masih banyak lagi.
Jadinya Maluku terkenal dengan keberagaman budaya yang berlatar belakang dari suku,agama dan ras.
Maluku juga punya tiga rumah adat yang berbeda.
Ada Rumah Baileo, Rumah Sasadu dan Rumah Hibualamo dengan fungsi yang berbeda-beda.
Selain fungsi yang berbeda-beda , arsitektur, ciri khas, keunikan serta filosofinya juga berbeda.
Rumah adat pun telah menjadi ikon tersendiri untuk menunjukkan jati diri dari daerah penghasil lada terbesar di Indonesia ini.
1. Rumah Baileo
Rumah adat Maluku adalah Rumah Baileo yang merupakan salah satu rumah adat dari 34 provinsi di Indonesia.
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Rumah Baileo artinya balai.
Tujuan penggunaan nama Baileo karena rumah ada inidibangun sebaa tempat untuk mengadahkan musywarah dan tempat pertemuan.
Yang dilakukan oleh dewan adat dan penduduk setempat.
Baileo bukan rumah tempat tinggal penduduk.
Selain itu Rumah Baileo juga digunakan untuk tempat penyimpanan benda bersejarah atau benda antik dan tempat untuk menggelar acara adat.
Benda yang tersimpan di Rumah Baileo seperti senjata peninggalan leluhur dan beberapa benda-benda keramat.
Rumah Baileo mempunyai ukuran yang besar sebagai rumah panggung dengan ketinggian 1 sampai 2 meter.
Rumah adat satu ini tidak memiliki dinding atau jendela dengan atap yang terbuat dari rumbia yang disusun.
Materialnya dari kayu-kayu yang ragam hiasnya dipenuhi ornamen khas Maluku.
Rumah Baileo tidak di bangun dengan sembarangan.
Melainkan berdasarkan prinsip, kepercayaan penduduk setempat dan simbol pada pada tersebut.
Karena bentuknya rumah panggung maka dipercaya bahwa roh-roh leluhur memiliki posisi yang lebih tinggi di atas manusia biasa.
Secara prinsip bangunan jika sedang ada acara musyawarah maka penduduk sekitar bisa melihat proses apa saja yang terjadi dari luar ke dalam.
Sedangkan dar fungsinya karena tidak memiliki dinding atau sekat akan memudahkan binatang liar merusak konstruksi rumah.
Maka dibuatkan rumah panggung yang tinggi untuk meminimalisir masuknya binatang liar.
Saat ini, ada beberapa rumah adat di Maluku khususnya rumah Baileo yang dibangun dengan smen dan batu tanpa ada lagi tiang penyangga.
a. Arsitektur Bangunan
Menurut kepercayaan masyarakat Maluku jika memasang sekat atau dinding maupun jendela akan menghambat jalan keluar masuknya roh nenek moyang saat berlangsung musyawarah.
Namun, masa kini ada beberapa rumah adat Baileo yang menggunakan sekat atau dinding luar yang dibuat dari rumbia.
Rumah Baileo mempunyai ciri khas dibandingkan dengan rumah adat yang lain yang diletakkan tepat di depan pintu masuk.
Yaitu adanya Batu Pamali yang difungsikan sebagai penanda bahwa rumah ini adalah balai adat dan juga sebagai wadah untuk persembahan kepada leluhur dalam bentuk sesaji.
Sedangkan Bilik Pamali secara fungsional digunakan untuk menyimpan dan menaruh benda-benda keramat terutama benda yang akan digunakan untuk upacara adat.
Ada ukiran pada ambang pintu dengan motif yang digambar atau di ukir.
Motif tersebut bertema fauna yaitu dua ekor ayam yang saling berhadapan.
Kemudian dihimpit ukiran dua ekor anjing di sebelah kiri dan kanan.
Sesuai kepercayaan masyarakat Maluku ukiran tersebut bermakna kedamaian dan kemakmuran yang berarti roh leluhur mereka selalu menjaga penduduk.
Atap rumah Baileo diukir dengan gambar bulan, matahari dan bintang.
Yang masing-masing berwarna merah, kuning dan hitam.
Arti dari ukiran ini mencerminkan rumah adat berfungsi sebagai balai untuk saling menjaga dan melestarikan keutuhan serta persatuan hukum adat.
Selain ukiran itu, ada ukiran yang melambangkan marga atau klan keluarga dari penduduk setempat.
Jumlah pilar-pilar penyangga bangunan akan menunjukkan jumlah klan keluarga yang ada di desa tersebut.
b. Ciri khas dan Keunikan
Ciri khas dan keunikan Rumah Baileo dari Maluku sebagai berikut :
1. Memiliki ukuran yang besar sebagai tempat musyawarah
2. Berbentuk rumah panggung dengan lantai dari papan kayu dan tidak menggunakan perekat seperti patu.
Meskipun lantai papannya tidak terdapat alat perekat kekokohannya tidak diragukan lagi dan tinggi rumahnya sekitar satu sampai dua meter
3. Ada tiang yang menopang atap berbentuk unik dan kerangka atap berbentuk prisma dibungkus dengan daun kepala maupun daun sagu
4. Untuk mencapai Rumah Baileo terdapat tangga yang berada di depan, samping kanan dan kiri. Jumlah anak tangga hanya ada tiga
5. Bagian depan tangga, diletakkan sebuah batu datar untuk tempat sesaji untuk nenek moyang. Batu tersebut diberi nama Pamali
c. Filosofi
Filosofi yang terkandung dalam Rumah Baileo dari Maluku dimulai dari dindingnya.
Karena tidak adanya dinding penyekat di rumah tradisional Maluku.
Agar tidak adanya batasan bagi masyarakat untuk ikut bermusyawarah secara terbuka.
Selain itu ruangan terbuka juga dianggap bisa memberi keleluasaan bagi Roh nenek moyang untuk keluar masuk rumah adat.
Pada bagian depan dan belakang ada 9 pilar penyangga rumah.
Ada juga 5 pilar penyangga yang dikenal dengan Siwa Lima pada bagian kanan dan kiri rumah.
Siwa Lima yang memiliki pengertian saling memiliki adalah simbol persekutuan desa – desa di Maluku dari kelompok Siwa dan Kelompok Lima.
Bermakna perkumpulan antar desa.
Di rumah tradisional Maluku terdapat juga hiasan 2 ekor ayam berada di antara ekor anjing di bagian kanan dan kiri.
Yang bermakna kedamaian serta kemakmuran, dan hiasan ini di letakkan pada bagian awal pintu.
2. Rumah Sasadu
Rumah Sasadu berasal dari Halmahera Barat, khususnya di Jailolo.
Sebagian besar rumah adat di Maluku memiliki arsitektur layaknya perahu.
Sedangkan untuk ragam hiasnya selalu menampilkan motif matahari, flora dan fauna.
Terdapat juga motif dan simbol-simbol yang mencerminkan ciri-ciri pemujaan masyarakat terhadap arwah leluhur.
Tata ruangan di Rumah Sasadu mengandung falsafah bagi pembentukan karakter dan kepribadian yang mengisyaratkan nilai aturan tata krama antar masyarakat dan keluarga.
Rumah Sasadu umumnya digunakan sebagai tempat musyawarah, acara adat dan pusat upacara panen.
Walaupun rangka bangunannya sederhana tapi rumah ini memiliki makna yang penting bagi masyarakat di Jailolo.
Tradisi di Jailolo memiliki relevansi lingkungan dan kehidupan budayanya untuk menentukan lokasi ruma, arah orientasi rumah dan upacara ritual sebelum mendirikan Rumah Sasadu.
a. Arsitektur Bangunan
Banguna sasadu terdiri dari tiang-tiang dan atap pelana dengan perpanjangan ke 4 sisinya membentuk segi delapan.
Atap pelana berfungsi ganda sebagai bagian yang paling tinggi dan untuk penutup ruangan di bawahnya.
Uniknya lantai dalam rumah sasadu lebih tinggi sekitar 45 cm, yang bertujuan menghindari air masuk dan memberi batas dengan dalam dan luar.
Rangka sasadu memiliki 4 rangka utama.
Setiap rangka diberi jarak disebut travee.
Maka rumah sasadu terdapat tiga travee.
Tiang utama akan diikat dengan balok yang diletakkan dengan arah melintang.
Diatasnya akan disusun kayu secara vertika sebagai tempat tumpuan atap dari daun sagu dan panjang akan ditentukan oleh adat.
Material pembangunan rumah sasadu berasal dari bahan-bahan di sekitar lingkungannya.
Semua hal ini bertujuan agar rumah sasadu bersatu dengan lingkungan yang ada.
Ragam hias pada rumah sasadu terdapat ukiran atau gambar terutama pada tiang utama.
Ada motif kepala dengan gambar yang berbeda-beda.
b. Ciri khas dan Keunikan
Rumah sasadu terlihat berbeda dengan ciri khas dan keunikannya yang dengan rumah adat yang ada di Nusantara lainnya.
Berikut ciri-ciri dan keterangannya.
1.Rumah sasadu tidak memiliki dinding tapi terdapat banyak pintu.
Artinya masyarakat Maluku senang menerima tamu tanpa membeda-beda tamu yang datang
2. Pada bagian rangka atap dipasang kain merah dan putih yang digantung sebagai lambang Provinsi Maluku mencintai Indonesia
3. Di bawah kain merah dan putih digantung juga bola-bola yang dibungkus ijuk.
Sebagai simbol kearifan dan kestabilan
4. Ujung atap rumah sasadu ad ukiran bentuk perahu sebagai tanda masyarakat suku Sahu gemar melaut
c. Filosofi
Ada empat pintu masuk pada Rumah Sasadu.
Pintu yang berapa di bagian bawah ata segitiga atau berada di bagian pojok bangunan diperuntukkan sebagai pintu masuk semua lapisan masyarakat dan pemangku adat.
Dan pintu yang berada di tengah rumah sasadu khusus digunakan untuk Kolano/Kolano Ma Jiko dan wakilnya saat mengadakan upacara adat.
Atap rumah sasadu yang diberi nama Boru Ma Biki’ atau ekor burung, sengaja dibuat sedikit redah agar orang yang memasuki ruangan akan menunduk pertanda penghormatan.
Desain dari rumah sasadu mengambil sistem seperti di kapal.
Dimana bagian tertinggi dalam sebuah kapal akan ditempati Kolano/Kolano Ma Jiko bersama para panglimanya.
Dan untuk bagian belakang rumah sasadu untuk ketua adat dan masyarakatnya.
Pada posisi yang dianggap dekat dengan jalan diperuntukkan bagi Kabita alias panglima perang sebagai perannya untuk menjaga dan melindungi masyarakat.
Suku Sahu sebagai pemilik dari rumah adat sasadu menganut falsafah dengan mengibaratkan rumah sebagai kapal perang Kerajaan Ternate atau kagunga.
Maka mereka mengartikan rumah sasadu adalah kanguna tego-tego atau kapal yang telah mendarat ke pantai.
Karenanya orientasi arah rumah tradisional suku Sahu akan selalu mengarah ke gunung dan berada di tengah-tengah kampung.
3. Rumah Hibualamo
Tragedi paling berdarah pernah terjadi di Indonesia pada tanggal 19 Januari 1999.
Tragedi ini terjadi di Ambon, Maluku hingga berimbas ke Maluku Utara dan Halmahera Utara.
Kerusuhan ini telah memakan ribuan korban jiwa membuat wilayah kepulauan ini mengalami saat-saat paling kelam dalam sejarahnya.
Hubungan antara suku yang telah di bangun selama ratusan tahun hancur sekejap dalam hitungan hari.
Namun, satu hal yang masih bertahan di tengah konflik yang berkecamuk yaitu rumah adat dikenal dengan nama hibualamo.
Rumah ini masih bisa dilihat hingga sekarang.
Sebenarnya hibualamo adalah rumah adat dari klan atau suku yang berasal dari Halmahera.
Rumah yang diperkirakan telah di bangun sejak tahun 14000.
Kata Hibualamo terdiri dari dua suku kata yaitu Hibua artinya rumah dan Lamo artinya besar.
Jika ingin melihat bentuk aslinya bisa berkunjung ke Pulau Kakara Halmahera Utara.
Dan masyarakat setempat menyebutnya rumah hibualamo Tobelo.
Masyarakat Halmahera Utara memiliki pandangan terhadap dunia luar dari nenek moyang mereka yang meletakkan perhatian khusus terlebih pada rumah adatnya.
Sejarah hibualamo dimulai dari sembilan Soa (klan keluarga) yang meninggalkan tempat tinggal mereka di Talaga Lina yang bertujuan meningkatkan taraf hidup.
Sembilan Soa dibagi dua. Lima Soa menuju wilayah Kao dan empat lainnya menuju Tobelo.
Dengan susah payah dan sempat mengalami bencana kebakaran, keempat dari Soa berjalan hingga mencapai suatu tempat yang bernama Tobeloho atau bertancap.
Yang artinya ‘saya tidak akan ke mana-mana lagi’.
Dengan usulan dari Sultan Ternate (Raja Halmahera Utara saat itu) mereka sepakat untuk membuat sebuah rumah besar yang mampu menampung semua orang. Maka dibuatlah rumah besar yang mereka beri nama hibualamo.
a. Arsitektur Bangunan
Pada awal pembangunannya rumah hibualamo memiliki arsitektur yang sederhana.
Dengan bentuk bangunan sedikit bundar.
Sayangnya semakin lama keeksistensian rumah adat satu ini kian tergeser apalagi semenjak terjadinya konflik SARA yang terjadi di Maluku hingga ke Maluku Utara.
Menjadikan pandangan terhadap hibualamo bergeser dari arti sebelumnya dan ditafsirkan secara baru.
Setelah konflik pembangunan kembali dilakukan pada rumah hibualamo pada April 2007 sebagai simbol perdamaian konflik.
Jadinya hibualamo sebagai arsitektur modern karena dilakukannya beberapa perubahan.
Dan dimanfaatkan sebagai tempat upacara adat dan pertemuan pemimpin daerah.
Arsitektur sekarang rumah adat Hibualamo masih sedikit bundar dengan delapan sudut.
Setiap pintunya mengarah ke empat mata angin berbeda yang melambangkan keterbukaan pada siapa pun.
Orang Tobelo menyebutnya dengan korehara (pintu bagian Selatan), wange mahiwara (pintu bagian Timur), ange madamunu (pintu bagian Barat) dan koremie (pintu bagian Utara).
b. Ciri khas dan Keunikan
Ciri khas dan keunikan rumah hibualamo dapat dilihat dari bentuknya yang sedikit bundar.
Serta memiliki 4 pintu yang diarahkan ke empat arah mata angin.
Rumah hiboulamo juga terdapat 4 warna yang mendominasi.
Yakni warna merah berarti semangat juang dari komunitas Canga.
Warna hitam melambangkan solidaritas.
Sedangkan warna putih yang berarti kesucian masyarakat Hoana yang kini mendiami daerah di Halmahera Utara.
Lalu warna kuning berarti kekayaan, kemegahan dan kecerdasan.
c. Filosofi
Walaupun telah dibangun ulang filosofi dari rumah adat hibualamo dari Maluku ini tidak akan pernah berubah sampai kapan pun.
Rumah hibualamo tetaplah menjadi lambang persatuan dan rekonsiliasi rakyat Halmahera Utara.
Dari balik kemegahan rumah tradisional ini terutama di bagian atasnya yang menyerupai perahu.
Terdapat makna terdiri yaitu memperlihatkan ciri tempat tinggal di pesisir pantai oleh masyarakat Galela dan Tobelo.
Sebagai ruma besar hibualamo melambangkna persatuan kepada kemanusiaan yang universal.
Persatuan yang dimaksud tidak hanya dalam ikatan keluarga, wilayah,suku dan agama.
Melainkan persatuan yang tanpa melihat latar belakang semua orang dan saling menopang kehidupan.
Nah itu adalah ulasan dan penjelasan dari macam-macam rumah adat di Maluku.
Jika ke bertandang ke sana jangan hanya menikmati alamnya tapi lihat juga betapa indahnya warisan leluhur Maluku melalui rumah adatnya.
Selain rumah adat, kamu juga bisa pelajari kesenian dari Maluku, khususnya tariannya, ada Tari Lenso, Tari Cakalele dan tarian tradisional lainnya.
Kamu bisa mengabadikannya dengan beberapa foto.