Keberadaan rumah adat Madura yang masih lestari hingga sekarang menjadi salah satu bukti bahwa masyarakat disini sangat menjunjung tinggi tali kekerabatan. Hampir di berbagai pelosok Pulau Madura masih terpelihara dengan rapi deretan rumah adat khas Madura. Uniknya, mereka mempunyai pemukiman khusus yang menjadi lingkungan tempat tinggal keluarga besar lhoh! Mereka menyebutnya sebagai “Tanean Lanjhang”.
Agar tidak penasaran, yuk baca-baca disini pembahasan lengkap tentang rumah adat Madura, nilai filosofis dan pengertian tanean lanjhang. Simak berikut.
Mengenal Rumah Adat Madura
Madura adalah salah satu pulau yang berada di Provinsi Jawa Timur, kurang lebih ada sekitar 4 juta jiwa yang menghuni pulau ini. Hampir sebagian besar penduduknya adalah suku asli Madura, meskipun masyarakat suku ini dikenal banyak yang telah bertransmigrasi ke berbagai daerah lain di Indonesia. Berbicara tentang rumah adat suku Madura, konon awalnya rumah tradisional ini berasal dari Pulau Garam yang ada di Jawa Timur.
Masyarakat Madura menyebut rumah adat mereka dengan nama Tanean Lanjang (Tanean Lanjhang), secara harfiah diartikan sebagai “Halaman Panjang”. Salah satu ciri khas paling menonjol dari rumah adat ini yaitu memiliki bangunan dengan struktur memanjang dari Barat ke Timur. Rumah disini tidak hanya sebagai tempat tinggal saja, melainkan juga dijadikan sebagai salah satu gambaran hidup bersosial di masyarakat Madura.
Mereka sudah sejak lama dikebal memiliki rasa kekerabatan yang tinggi sehingga membentuk pemukiman tempat tinggal bersama-sama di satu wilayah. Terbukti dari masih banyak ditemukan rumah adat di berbagai daerah di Pulau ini.
Karakteristik Arsitektur Rumah Adat Madura (Tanean Lanjhang)
Layaknya seperti rumah adat pada umumnya, rumah adat Madura pun dibangun dengan ciri khas tertentu dan memiliki nilai filosofinya sendiri. Tanean Lanjhang sendiri merupakan pemukiman tradisional masyarakat suku Madura, biasanya terdiri atas 2 hingga 10 rumah untuk setiap kelompoknya.
Setiap pemukiman tersebut dihuni dari satu keturunan yang sama, mulai dari orang tua, anak, cucu hingga para cicit. Masyarakat biasanya membangun pemukiman di dekat sawah, ladang, sungai, dan beberapa dibangun di pinggir jalan utama. Uniknya, antar pemukiman juga ada pembatasnya lho, mereka biasanya menggunakan tanaman hidup atau pagar sebagai pemisahnya. Berikut ini beberapa karakteristik rumah tradisional Madura.
a. Material Bangunan
Dulunya, masyarakat Madura masih menggunakan batu alam sebagai material utama untuk membangun rumah. Namun seiring berjalannya waktu, saat ini mereka lebih banyak menggunakan material modern yang bisa dibeli. Rumah-rumah yang masih tradisional belum menggunakan alas keramik, melainkan masih berupa tanah atau plesteran semen.
Bangunan rumah sengaja dibuat meninggi sekitar 40 cm yang berfungsi untuk menghindari rembesan air masuk ke rumah. Sebagian besar rumah di Madura saat ini sudah menggunakan alas keramik sebagai material dasar pembuatan lantainya. Sementara untuk rangka rumah dan dinding menggunakan material kayu serta dindingnya dirancang dari papan.
Bagian atap rumah menggunakan bambu kering yang sudah dipotong kecil memanjang. Pemilihan genteng rumah biasa disesuaikan dengan keinginan dan kondisi perekonomian masayarakat itu sendiri, biasanya menggunakan alang-alang- daun nipah atau genteng tanah. Model atap rumah adat Madura juga ada beberapa jenis desainnya lhoh, berikut diataranya:
- Pacenan: desain atap rumah seperti tanduk atau ekor, mirip seperti desain bangunan di China
- Jadrih: terdapat dua bubungan di atapnya
- Trompesan: model atap dengan tiga patahan, biasanya disesuaikan dengan lebar rumah
b. Terbentuknya Pola Rumah Tanean Lanjhang
Pemukiman rumah adat Madura diawali dengan sebuah rumah induk, atau yang disebut “tonghuh”. Tonghuh tersebutlah yang menjadi cikal bakal munculnya pemukiman tanean lanjhang. Karena setiap orang tua yang akan menikahkan anaknya wajib membangunkan rumah di sebelah timur rumah induk, khususnya bagi anak perempuan. Proses tersebut berlanjut terus menurus dari generasi ke generasi.
Fyi, kepala keluarga atau tetua di pemukiman tanean lanjhang disebut kepala Somah yang mana ditandai dengan atap rumah memiliki 2 jengger ayam berhadapan seperti batu nisan. Keunikan lainnya, jika bangunan dirasa sudah cukup panjang, maka akan dibangun berhadapan dengan urutan sama yaitu dari barat ke timur. Halaman yang berada di tengah-tengah antar bangunan tersebutlah yang dinamakan tanean lanjhang. Beberapa contoh fotonya bisa pada gambar berikut ya:
Bagian-bagian Rumah Adat Madura
Tanean Lanjhang mempunyai bagian-bagian utama penyusun rumah dengan peran serta fungsinya masing-masing. Adapun berikut ini bagian-bagian rumah adat Madura.
1. Tanean atau Halaman
Luas halaman rumah berbeda-beda antar pemukiman karena disesuaikan dengan jumlah keluarga dan rumah yang dibangun. Namun secara umum luas halalaman sekitar 90 meter berbentuk persegi panjang. Masyarakat menggunakan halaman sebagai tempat untuk menjemur hasil pertanian, area bermain anak-anak, acara pernikahan, acara keagamaan dan lain-lainnya.
2. Langgar
Masyarakat suku Madura menggunakan istilah Langgar untuk menyebut tempat ibadah, dimana setiap bangunan wajib memiliki langgar. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Madura tidak hanya menjunjung nilai sosial saja, melainkan juga nilai agama. Langgar biasanya berada di ujung barat bangunan seluas 23 meter berbentuk persegi.
Di dalamnya tentu ada perlengkapan untuk beribadah, tapi ada juga masyarakat yang menggunakan langgar sebagai tempat untuk menyimpan hasil bumi. Keberadaan langgar mencerminkan kehidupan yang bersifat religius untuk menjalankan ibadah lima waktu.
3. Rumah Utama
Bangunan rumah utama memiliki kegunaan yang sama, yaitu sebagai tempat tinggal. Namun yang membedakan adalah letak rumah menunjukkan kedudukan sosial di lingkungan pemukiman tersebut. Ukuran rumah utama mungkin berbeda-beda karena disesuaikan dengan kebutuhan pemilik tanean itu sendiri.
Secara umum, rumah utama memiliki ukuran panjang 11 meter dan lebar 6,6 meter, tapi ukuran ini tidak dijadikan patokan utama. Rumah bersifat tunggal, artinya tidak memiliki sekat sama sekali di dalamnya. Biasanya digunakan sebagai tempat tidur anak-anak perempuan agar lebih mudah diawasi. Untuk warna rumah tidak ada spesifikasi khusus, karena sebagian besar material bangunan dari kayu atau papan.
4. Kandang
Tidak semua rumah memiliki bagian ini, hanya masyarakat yang berkenan untuk memelihat hewan ternak saja yang mempunyai kandang. Biasanya bagian bangunan ini memiliki panjang 6,6 meter dan lebar 5,9 meter. Posisi kandang biasanya diletakkan di bagian timur rumah, atau cenderung ke sisi selatan. Tidak ada ketentuan wajib mengenai material apa yang digunakan untuk membuat kandang, tergantung dari keinginan dan kemampuan masing-masing pemilik rumah. Namun masyarakat Madura yang sudah modern saat ini sudah banyak yang tidak memiliki kandan di rumahnya. Karena sebagian besar masyarakatnya lebih menyukai aktivitas dagang daripada ternak.
5. Dapur
Tidak ada ciri-ciri khusus dapur di rumah adat Madura, tidak jauh berbeda dengan desain dapur pada umumnya. Luas dapur pun juga disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing rumah, tidak ada ukuran pastinya. Namun yang unik disini, dapur rumah adat Madura tidak terletak di dalam rumah, melainkan dibangun terpisah dan digunakan oleh semua anggota tanean lanjhang. Beberapa daerah di Bangkalan dan Sumenep masih ada yang mempertahankan konsep ini, meskipun sebagian besar rumah masyarakat Madura sekarang sudah memiliki dapur sendiri setiap rumah.
Filosofi Tanean Lanjhang
Konsep desain ruang pada bangunan Tanean Lanjhang memiliki makna tertentu. Misalnya pada susunan ruang berjajar yang dilengkapi dengan pengikat di bagian tengahnya menunjukkan pusat aktivitas keluarga. Selain itu, bangunan rumah disusun menurut hierarki keluarga, dari Barat ke Timur untuk menunjukkan urutan dari yang paling tua hingga muda.
Bahkan bangunan rumah-rumah dalam lingkup Tanean Lanjhang dibuat dengan ketinggan berbeda-beda untuk memperjelas adanya perbedaan hierarki di keluarga. Tata letak komponen ruang tidak luput dari nilai filosofis. Seperti ruang utama, kandang dan dapur yang harus berada di bagian timur dan langgar berada di ujung barat. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa Langgar memiliki tempat tertinggi yang bersifat rohani dibandingkan komponen ruang lainnya yang bersifat duniawi.
Namun dalam kehidupan sehari-hari, langgar juga dijadikan sebagai tempat strategis untuk menerima tamu dan sebagai kamar tamu laki-laki jika ada yang menginap. Pada intinya, konsep bangunan tanean lanjhang sangat memperjelas panduan barat-timut untuk menunjukkan sisi kematian (barat) dan kelahiran (timur). Asal usul kepercayaan tesebutlah yang membuat masyarakat suku Madura membuat hierarki barat-timur untuk menunjukkan tua-muda.
Fakta-fakta Unik Rumah Adat Madura
Mungkin di atas Kami telah menyebutkan beberapa karakteristik bangunan rumah adat Madura dan penjelasannya. Namun disini Kami ingin menambahkan sedikit beberapa faktar unik tentang tanean lanjhang yang mungkin belum banyak diketahui.
1. Keunikan Letak Rumah
Masyarakat suku Madura yang masih menjunjung tinggi adat leluhur dan nilai sejarah, mereka membangun pemukiman sendiri atau yang disebut tanean lanjhang. Sehingga letak rumah dan komponen penyusun ruang pun tidak dibuat secara sembarangan. Rumah-rumah kerabat (masih satu garis keturunan) dibuat berjejeran, biasanya hanya dipisahkan pekarangan atau tanaman pagar. Rumah dibangunan dengan urutan dari ujung Barat (rumah Tetua) ke Timur. Sistem ini membuat hubungan kekerabatan masyarakat Suku Madura sangat erat.
2. Keunikan Bagian Rumah
Tidak hanya letak rumah, bagian rumah-rumah dalam tanean lanjhang juga dibangun berdasarkan aturan tertentu. Seperti misalnya bagian dapur, ruang utama dan kandang harus diletakkan di bagian timur. Sedangkan untuk langgar harus berada di ujuan barat rumah. Keunikan ini masih dipertahankan hingga sekarang karena masyarakat Madura tidak hanya menjunjung tinggi nilai kekerabatan, tapi juga religius.
3. Rumah Induk Berbeda dengan Rumah Lainnya
Seperti yang telah Kami bahas di atas bahwa tanean lanjhang adalah pemukiman tempat tinggal suatu keluarga besar mulai dari orang tua, anak, cucu, cicit dan seterusnya. Untuk memudahkan orang luar dalam mengenali rumah tetua (yang pertama kali mengawali bangunan rumah), pada atap rumah diberi hiasan 2 jengger ayam dengan posisi berhadapan. Selain sebagai tanda, hiasan tersebut juga bertujuan untuk mengingatkan penghuni rumah tentang kematian.
Akhir Kata
Meskipun sudah hidup di era modern, masih banyak masyarakat Suku Madura yang mempertahankan desain rumah adat dari warisan leluhur mereka. Hal itu karena masyarakat Madura sangat meyakini nilai-nilai yang tersirat dari model rumah tanen lanjhang. Selain itu juga untuk menjadi alat agar dapat mempererat tali persaudaraan dengan kerabat satu keturunan. Melalui ulasan di atas tentang rumah adat Madura dan keterangannya bisa menjadi wawasan dan pengetahuan baru bagi pembaca. Semoga bermanfaat!