Rumah Adat Kalimantan Tengah

Kalimantan Tengah termasuk salah satu di antara banyak daerah dengan produk budaya berupa rumah adat yang menarik untuk dipelajari.

Masyarakat suku setempat menyebut rumah adat di Kalimantan Tengah dengan Rumah Betang.

Variasi jenisnya ada beragam, namun mayoritas berbentuk panggung yang memanjang dan hampir mirip dengan wilayah lain di Kalimantan.

Masyarakat Dayak menempati sebagian besar warisan nenek moyang mereka yang terletak di hulu sungai tersebut sebagai pusat permukiman.

Supaya dapat mengenali lebih lengkap variasi Rumah Adat Kalimantan Tengah, mari kita kupas melalui penjelasannya berikut ini:

Nama-Nama Rumah Adat Kalimantan Tengah

1. Rumah Betang Toyoi

tampak depan rumah betang toyoi kalimantan tengah
Sumber: https://architecture.verdant.id

Bila ingin mengunjungi Rumah Betang yang berada di Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas ini, siapapun mesti melalui jalur tanpa aspal.

Asal usul penamaan terhadap rumah ini, karena bangunannya didirikan oleh seseorang bernama Toyoi Panji lebih kurang pada tahun 1817.

Seluruh bangunannya menggunakan kayu ulin, tanpa paku, memungkinkan usia bangunan mampu mencapai 150 tahun.

Hanya pasak dan simpul yang dimanfaatkan sebagai pengikat dan penyambung antarkayu.

Bangunan ini tetap kokoh hingga kini walau didirikan tanpa paku.

Sementara kulit kayu melapisi sisi luar rumah yang dahulu pernah dihuni sampai 20 keluarga.

Namun sebagaimana kebanyakan rumah adat lain, di wilayah Kalimantan Tengah, Rumah Betang Toyoi pun telah mengalami pemugaran.

Kendati demikian, pemugaran ini tetap mempertahankan dan menjaga desain aslinya.

Rumah Betang Toyoi memiliki tiang-tiang berbentuk bulat dan persegi.

Padahal peralatan yang lebih banyak digunakan masih sederhana, karena belum ada alat yang cukup canggih pada saat itu.

Rumah Betang Toyoi telah menjadi destinasi wisata budaya hari ini.

Sambutan berupa upacara adat Tapung Tawar akan diberikan manakala sampai di lokasi rumah adat.

Sambutan ini wajib diberikan, karena kepercayaan masyarakat sekitar bahwa Tapung Tawar mampu mengusir roh jahat sebelum pengunjung memasuki rumah.

2. Rumah Betang Damang Batu

filosofi dalam rumah adat betang damang batu kalimantan tengah
Sumber: https://travelingyuk.com

Desa Tumbang Anoi di Kecamatan Kahayan Hulu Utara, Gunung Mas, menjadi lokasi keberadaan Rumah Betang Damang Batu.

Wisatawan bisa melewati jalur dari Palangkaraya dengan mobil, maupun melalui Sungai Kahayan menggunakan speedboat.

Pembangunan Rumah Betang Damang Batu dihadapkan ke Sungai Kahayan.

Rumah ini dibangun oleh salah seorang penduduk Tewah bernama Tamanggung Runjang pada tahun 1868.

Rumah Betang tertua di Kalteng ini adalah saksi kesepakatan antara Suku Dayak pada tahun 1894.

Pengertian dari isinya adalah peniadaan tradisi saling bunuh dengan cara memenggal kepala (Mengayau) sebagai tumbal menjelang Upacara Tiwah.

3. Rumah Betang Pasir Panjang

tampak depan rumah adat pasir panjang kalimantan tengah
Sumber: https://travelingyuk.com

Ibu kota Kabupaten Kotawaringin Barat, Pangkalan Bun, merupakan lokasi rumah adat ini.

Wisatawan terbilang mudah mengunjunginya, karena hanya berjarak 1,5 km dari pusat kota.

Upacara adat, kesenian, dan tari-tarian khas masyarakat Pasir Panjang akan menyambut pelancong yang mengunjungi rumah adat ini.

Sebab mayoritas daerahnya memang jadi tempat tinggal Suku Dayak sebagai warga asli setempat.

Ada sekitar 3000 orang Dayak menghuni wilayah ini, dengan memegang sangat erat tradisi leluhur di Desa Pasir Panjang.

Mengakibatkan terjaganya kelestarian rumah ini hingga sekarang.

Menilik arsitekturnya, ukuran Rumah Pasir Panjang lebih besar dengan atap yang tinggi.

Sementara pintu masuknya ada di sisi samping yang lebih pendek, alih-alih pada sisi yang memanjang.

Ukuran yang lebih besar menyebabkan ketinggian dan panjang tangganya jadi lebih banyak.

4. Rumah Betang Muara Mea

ciri-ciri rumah betang muara mea rumah adat kalimantan tengah
Sumber: https://travelingyuk.com

Nama Muara Mea, sebuah desa di Gunung Purei, Kabupaten Barito Utara dijadikan nama rumah betang yang berada di sana.

Pemerintah baru mendirikan bangunannya untuk melestarikan budaya di Desa Muara Mea.

Kendati Suku Dayaklah yang membangun rumah-rumah di sana sejak mendiami wilayah di sekitar Gunung Purei.

Di samping ciri khas konsep panggungnya, segi tampilan umum rumah adat ini lebih terlihat modern.

Sebab dinding-dindingnya sudah berhiaskan lukisan dengan warna-warna cat yang mempercantik penampilannya.

Gambar-gambarnya menjadi identitas berkarakteristik khusus Suku Dayak yang amat khas.

Saat ini, fungsi rumah adat ini adalah sebagai destinasi wisata.

Sedemikian kentalnya dengan nilai tradisional, beragam kegiatan Suku Dayak pun berlangsung di Rumah Betang ini.

5. Rumah Betang Tambaba

rumah betang tambaba rumah adat kalimantan tengah terletak di
Sumber: https://id.wikipedia.org

Ada kaitan erat antara Rumah Adat Betang Tambaba dengan Suku Dayak di Kalimantan.

Bangunannya pun ditinggali oleh beberapa keluarga, sebagaimana rumah adat khas masyarakat Dayak pada umumnya.

Material yang digunakan sebagai bahan baku juga kayu ulin (kualitas ketahanannya memang telah terjamin).

Kendati untuk memperoleh kayu kuat endemik Kalimantan tersebut sudah lumayan sulit hari-hari ini, karena lahan yang berkurang dan “penebangan liar”.

Bentuk arsitektur bangunan ini adalah persegi panjang.

Selain berfungsi sebagai hunian, Rumah Betang Tambaba juga menjadi cagar budaya, karena desain yang masih alami dengan keindahan yang masih terjaga hingga hari ini.

6. Rumah Betang Desa Tumbang Bokoi

rumah betang desa tumbang bukoi rumah adat kalimantan tengah terletak di
Sumber: https://destinasipariwisata.com

Nama Tumang Bukoi, salah satu desa di Mandau Tawalang dijadikan nama untuk rumah betang yang berada di sana.

Kendati telah melalui pemugaran, desain juga arsitekturnya tak dibiarkan berubah dan masih disesuaikan dengan keasliannya.

Termasuk bahan baku yang digunakan selama pemugaran pun tetap mempertahankan manfaat dan kegunaan kayu ulin.

Membuat rumah adat ini tampak seakan-akan masih asli walau dengan tampilan yang diperbarui, untuk menunjukkan ciri khas Rumah Betang masyarakat Dayak kepada pengunjung.

7. Rumah Betang Sei Pasah

rumah betang sei pasah kapuas rumah adat kalimantan tengah
Sumber: http://sangkaicity.blogspot.com

Masih dengan mayoritas model penamaan Rumah Betang di wilayah Kalteng, rumah adat ini juga dinamai berdasarkan keberadaannya di Desa Sei Pasah, Kapuas Hilir.

Walau sebenarnya rumah ini adalah hasil pembangunan ulang dengan kayu ulin, karena pelapukan bangunan yang lama hanya menyisakan tiang.

Pemugarannya berhasil memberikan suasana baru yang lebih modern.

Rumah Betang Sei Pasah kini difungsikan sebagai museum penyimpanan beragam benda bersejarah asli Suku Dayak, seperti sanding hingga patung penjaga.

Tidaklah mudah menjumpai rumah adat yang masih dihuni Suku Dayak dewasa ini.

Ditambah lagi, modernisasi saat ini juga melahirkan beragam bentuk dan desain rumah baru.

Mayoritas yang bisa ditemui adalah rumah-rumah adat yang sudah mengalami pemugaran atau pembangunan ulang.

Sebagian di antaranya pun berfungsi sebagai destinasi wisata kebudayaan Suku Dayak.

Ciri-Ciri Betang, Rumah Adat Khas Dayak

penjelasan tentang rumah adat kalimantan tengah rumah bentang
Sumber: https://bombasticborneo.com

Bisa ditarik garis merah, bahwa ciri-ciri umum Betang sebagai rumah adat yang khas dibuat oleh Suku Dayak memiliki bentuk panggung memanjang.

Rumah-rumah ini akan ditinggali sekitar 5-7 keluarga, dengan panjang bangunan lebih-kurang 30-150 meter dan lebar 10-30 meter.

Ruang-ruang yang ada di dalamnya pun menyerupai aula, karena minim sekat dan dihuni oleh lebih dari satu keluarga.

Seorang pemuka suku akan dipilih untuk memimpin tiap-tiap Rumah Betang.

Lazimnya, hulu bangunan ini berdiri menghadap timur, sementara hilirnya menghadap barat.

Keunikan dan Fungsi Pembagian Ruang dalam Rumah Betang

tujuan pembagian ruangan dalam rumah betang rumah adat kalimantan tengah
Sumber: https://bombasticborneo.com

Dalam peletakan bagian-bagian ruangan di sebuah Rumah Betang, ada aturan-aturan khusus sesuai kepercayaan masyarakat Dayak yang mesti diterapkan dan keterangannya:

1. Pusat (poros) Bangunan

Sado atau poros berada di tengah-tengah bangunan.

Ruang ini berfungsi sebagai jalur lalu-lalang penghuni rumah atau tempat berkumpulnya orang-orang untuk melakukan beragam aktivitas bersama, seperti musyawarah adat, menumbuk padi, keagamaan, sosial masyarakat, dll.

2. Ruang Tidur

Sepanjang bagian dalam bangunan adat, akan ditemui ruang tidur yang disusun berjajaran.

Peletakannya untuk anak dan orang tua pun memiliki aturan tertentu.

Posisi kamar orang tua harus berada di sisi paling ujung hulu sungai, sementara anak bungsu menempati ujung hilirnya.

Penempatan ini tidak boleh diapit.

Seisi rumah akan mendapat petaka bila ada yang melanggarnya.

3. Dapur

Bagian dapur ini harus dihadapkan pada aliran sungai.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, ini dilakukan untuk memudahkan datangnya rezeki.

4. Tangga

Jumlah anak-anak tangga untuk Rumah Adat Betang mesti dibuat ganjil.

Secara umum, terdapat 3 tempat dalam meletakkan tangga sebagai perlambang atau ungkapan rasa solidariras, yakni ujung kanan dan kiri, serta satu di depan.

Banyaknya jumlah tangga beserta anak tangganya bergantung pada ukuran rumah.

Semakin besar ukurannya, maka semakin banyak pula tangganya.

5. Pante

Pante adalah lantai yang terletak di depan bagian luar atap.

Posisinya yang menjorok ke atas berfungsi untuk menjemur padi, pakaian, dan mengadakan upacara adat.

Belahan batang pinang, bambu, bulatan kayu sebesar pergelangan tangan, atau batang papan adalah bahan-bahan lantainya.

6. Serambi

Usai melalui Pante, tamu atau pengunjung mesti melewati Serambi dulu sebagai pintu masuknya.

Jumlah bagian ini menyesuaikan seberapa banyak kepala keluarga.

Saat tiba pelaksanaan upacara adat kampung, tanda khusus dipasang di depan serambi.

Tanda tersebut meliputi sebatang bambu dengan kulit yang diarut halus ruas demi ruas, seperti jumbai-jumbai.

7. Sami

Sami adalah ruangan yang berfungsi sebagai ruang tamu dan tempat bagi warga yang perlu menyelenggarakan kegiatan.

8. Jungkar

Ada ruang tambahan di belakang bilik keluarga yang disebut Jungkar.

Tiap-tiap atapnya terhubung dengan atap utama rumah panjang.

Kendati ada kalanya berupa bumbungan atap yang berdiri sendiri, jungkar tetap bagian dari rumah panjang.

Penempatannya diletakkan di tangga masuk-keluar satu keluarga, agar tidak mengganggu kenyamanan tamu yang sedang berkunjung.

Tingkatan (ventilasi pada atap terbuka bertopang/bersanggah kayu) dibuatkan pada jungkar dengan atap yang terhubung atap utama rumah panjang.

Tingkatan ini bisa ditutup saat turun hujan atau memasuki waktu malam.

Makna dan Nilai Rumah Adat Dayak Betang

Hunian berbentuk panggung memanjang ini dibangun bukannya tanpa tujuan berarti.

Konsepnya bisa sangat efektif untuk menghindarkan penghuni rumah dari banjir, karena walau bagaimanapun, Suku Dayak bertempat tinggal di tepian sungai.

Ketinggian panggungnya juga melindungi penghuni rumah dari musuh dan binatang buas.

Sudah menjadi risiko bila memilih hidup dekat sungai yang notabenenya adalah habitat hewan buas, seperti buaya atau ular.

Kendati mengetahui bahayanya, masyarakat Suku Dayak memegang teguh keyakinan mereka terhadap sumber kehidupan dari sungai.

Bila rumah dibangun dekat sungai, maka rezeki dari sumber kehidupan pun akan mendekat.

Itu pula yang menyebabkan mudahnya menemukan banyak perkampungan di sekitar sungai-sungai besar Kalimantan, seperti Kapuas, Barito, atau Arut.

Filosofi yang terkandung dalam pemilihan arah hunian pun sama saja seperti rumah-rumah adat di Provinsi Kalimantan lainnya, karena masyarakatnya sama-sama Dayak.

Hulu yang menghadap matahari terbit berarti kerja keras sedari dini.

Sementara makna dari hilir yang mengikuti terbenamnya matahari adalah kepulangan bekerja usai matahari terbenam.

Mitos Daerah, Hantu Kepala Terbang

Setiap orang yang ingin memasuki Rumah Betang harus melalui sebuah tangga kecil untuk satu orang.

Lebarnya hanya sekitar 50 cm.

Masyarakat akan mengangkat dan memasukkan tangga ini ke dalam rumah menjelang malam.

Tujuannya, untuk menghindarkan penghuni rumah dari hantu kepala terbang alias kuyang atau ngayau yang bisa datang kapan saja.

Menurut kepercayaan masyarakat Dayak, jika tangga ini dibiarkan tetap berada di luar, maka ngayau bisa dengan mudah memasuki rumah untuk memburu kepala penghuninya.

Ngayau diyakini pula sebagai perwujudan dari guna-guna musuh.

Rumah Betang merupakan perlambang kehidupan komunal Suku Dayak yang kokoh.

Masyarakatnya memiliki naluri hidup bersama dan berdampingan, dengan mendiami Rumah Betang dan melalui seluk-beluk kehidupan di tempat tersebut.

Kecintaan mereka terhadap kedamaian dalam komunitas yang harmonis ditunjukkan melalui upaya-upaya mempertahankan tradisi Rumah Betang.

Ia menjadi sarana yang efektif untuk membina keakraban satu sama lain bagi masyarakat Dayak.

Macam-macam warisan budaya seperti ini sudah selayaknya dijaga dan dilindungi bersama, termasuk tarian khas Kalimantan Tengah, yaitu Tari Mandau.

Miftachul Arifin

Peminat genre fantasi dalam perbukuan, penulisan, dan perfilman yang ingin terus belajar berkarya. Saya pun penggemar musik-musik orkestra, terutama dari biola, cello, dan piano.

Update : [modified_date] - Published : [publish_date]

Tinggalkan komentar