Bila berencana menjelajahi kebudayaan Kalimantan Barat, sempatkan pula mampir ke rumah adat Kalimantan Barat dengan kemegahannya yang menakjubkan.
Rumah adat di sini termasuk unik akibat berbatasan dengan Malaysia, sehingga gaya arsitektur, nilai filososfi, bahkan fungsinya dipengaruhi kebudayaan Melayu.
Salah satu yang terkenal adalah Rumah Radakng, rumah adat paling besar se-Indonesia sekaligus landmark Kota Pontianak sesudah Tugu Khatulistiwa.
Setidaknya ada 4 jenis rumah adat dengan enam macam bangunan di Kalimantan Barat.
Informasi selengkapnya mengenai ragam jenis-jenis tersebut, akan dijelaskan di bawah ini:
Nama-Nama Rumah Adat Kalimantan Barat
1. Rumah Panjang/Radakng Aya
Alasan salah satu Rumah Adat Kalimantan Barat dari Suku Dayak Kanayatn ini dinamakan demikian, karena berasal dari panjang bangunan yang mencapai sekitar 138 meter dengan lebar 6-7 meter dan diisi lebih-kurang 50 ruangan.
Kisaran ketinggian kayu sebagai pondasi untuk konstruksi bangunannya mulai dari 5 sampai 8 meter.
Tiang penyangganya yang kokoh menghindarkan penghuni rumah beratap ijuk atau genting ini dari bahaya banjir maupun binatang buas.
a. Gaya Arsitektur Daerah
Pembagian Rumah Adat Radakng menurut gaya arsitekturnya menjadi 3 bangunan utama:
- Bagian Pertama
Tangga (disebut Hejot dalam Bahasa Suku Dayak) adalah bagian pertama dari rumah ini.
Rumah adat ini punya dua tangga di ujung kanan dan kiri bangunan.
- Bagian Kedua
Jumlah ganjil dari anak tangganya menyesuaikan ukuran rumah.
Rumah yang kian tinggi-besar, menambah banyak anak tangganya.
Kendati hitungannya tetap ganjil.
- Bagian Ketiga
Bentuk persegi panjang pada bangunan utama rumah adat ini menjadi bagian ketiga.
Kekokohan dan ketahanan hingga ratusan tahun Rumah Adat Radakng membuatnya sangat terkenal.
Penggunaan kayu ulin sebagai bahan baku material utamalah yang menjadi kunci penyebab kehandalan daya tahan rumah ini.
b. Pembagian Ruangan
Pembagian ruangan dalam rumah adat Kalimantan Barat diperuntukkan melakukan kegiatan sehari-hari.
Ruangan dalam Rumah Panjang di Kalimantan Barat secara garis besar terbagi menjadi 4 bagian utama dan beberapa bagian lain.
Perbedaan dengan penjelasan mengenai gaya arsitektur hanya pada rincian dan alasan pembagiannya saja, antara lain:
- Pante/Pente (Teras Rumah)
Rumah Adat Kalimantan Barat juga punya halaman depan sebagai teras, selayaknya rumah modern.
Pelaksanaan ritual keagamaan atau upacara-upacara adat oleh semua anggota keluarga Suku Dayak menggunakan ruang ini.
Kendati penghuni rumahnya juga memanfaatkan tempat ini saat bersantai pagi atau sore hari.
- Samik (Ruang Tamu)
Saat ada perkara adat yang harus dimusyawarahkan, orang-orang sekaligus penghuni rumah akan berkumbul di ruang ini.
Terdapat meja atau pane berbentuk bulat dalam ruangan ini.
Tamu yang menginap dipersilahkan menggunakannya untuk perjamuan, duduk, maupun tempat tidur.
- Ruang Keluarga
Tentu ruang keluarga masyarakat Dayak sedemikian luas, karena rumahnya begitu panjang.
Dalam bangunan rumah utama, ukurannya bisa mencapai 180 x 30 meter.
Bentuk ruangan yang terletak di tengah-tengah bangunan ini harus persegi panjang.
- Kamar Tidur
Kamar tidur bagi penghuni rumah ini berupa bilik-bilik.
Ukurannya sekitar 6 × 6 meter, sementara jumlahnya tergantung seberapa banyak keluarga yang tinggal di sana.
Satu rumah umumnya berisi lebih-kurang 24 bilik.
- Belakang Rumah (Dapur)
Penataan ruangan dalam rumah-rumah modern dapat disesuaikan keinginan tuan rumah.
Namun penghuni Rumah Adat Kalimantan Barat tidak bisa memberlakukan kebebasan semacam ini.
Bagian rumah paling belakang mesti menghadap aliran sungai dan penyimpanan hasil panen, karena berfungsi sebagai dapur atau Uakng Mik.
Kaum wanita yang biasanya akan memasak secara bersama-sama, untuk dimakan bersama seluruh anggota keluarga.
Selain dapur, terdapat ruangan penyimpanan alat pertanian di belakang rumah.
Sementara hewan ternak yang dianggap sebagai harta kekayaan bagi keluarga, kandangnya disatukan dengan rumah.
Rumah Panjang pun biasanya dilengkapi sebuah ruangan sebagai aula.
Dan fungsinya, untuk tempat pertemuan dan beragam aktivitas lain seperti menganyam, menyulam, berkumpul, dll.
Sejumlah persyaratan juga mesti dipenuhi dalam proses pembangunan rumahnya.
Maka dari itu tidak bisa sembarang membangun.
Antara lain, hulu harus searah dengan terbitnya matahari, sedangkan hilirnya searah matahari terbenam.
Aturan ini menjadi simbol usaha dan kerja keras yang dimulai sejak terbitnya matahari hingga terbenam.
c. Keunikan Ciri Khas Rumah Adat Khas Dayak
Penerapan keunikan dan ciri khas yang dimiliki rumah adat ini pada gaya arsitektur dan dekorasinya mengandung filosofi khusus.
Nilai-nilainya dan kepercayaan Suku Dayak saling berkaitan erat.
Berikut macam-macam nilai dan penjelasannya pada Rumah Adat Radakng:
- Memiliki Filosofi Kebersamaan
Rumah adat ekstraluas ini memang dirancang khusus agar mampu menampung ratusan orang.
Selama pelaksanaan berbagai macam upacara adat, penggunaan halaman yang luas turut melengkapi ruangan dalam bangunan.
Rekor MURI untuk rumah adat terpanjang di Indonesia (hingga disebut-sebut sebagai yang terbesar di dunia) bahkan diraih oleh rumah ini.
- Mengajarkan Nilai Toleransi
Tiap-tiap rumah adat tentu punya nilai moral sesuai adat istiadat dan kepercayaan setempat, tak terkecuali Rumah Radakng.
Tak sekadar menjadi tempat tinggal, berteduh, dan perlindungan diri, bangunan ini juga mengandung nilai-nilai luhur yang patut diteladani.
Sikap kehidupan modern dalam bermasyarakat selayaknya berpedoman pada filosofi rumah ini.
Berbagai latar belakang dan penghasilan berbeda yang menghuni bangunan luas, mampu dijalani secara harmonis dalam kehidupan Suku Dayak yang menjunjung tinggi persatuan, kuatnya rasa saling berbagi, dan dalamnya toleransi.
Masyarakat Dayak yang selalu menilai sama rata semua anggota, sehingga tak pernah membeda-bedakan status sosial diperlihatkan dalam sistem semacam ini.
- Anak Tangga Berjumlah Ganjil
Hejot atau tangga Rumah Radakng harus menunjukkan angka-angka ganjil.
Tangga pada bagian tengah, di ujung kiri, dan ujung kanan rumah adalah tiga tangga utama berukuran lebar yang rerata ada di bangunan ini.
Tangga-tangga tersebut mengantarkan pengunjung ke badan rumah sisi atas.
Ide menerapkan tangga berukuran lebar juga bisa dilakukan, karena standar minimum untuk lebarnya adalah 90 cm.
Namun agar langkah kaki lebih nyaman saat naik dan turun, tangga bisa didesain dengan ukuran lebar 120 cm.
- Terdiri dari Pilar Besar dengan Lukisan Suku Dayak
Pilar-pilar penyangganya dianggap cukup mencirikan kekhasan rumah ini, karena besar ukuran dan ukiran atau lukisan khas suku Dayak sebagai hiasannya.
Terutama enam tiang besarnya.
Asal-usul motif-motifnya biasa diambil dari bentuk binatang, seperti burung enggang, naga, atau anjing.
Kendati bisa juga berbentuk bunga, tanaman-tanaman lain, perisai, atau bahkan wajah manusia.
Tiap-tiap lukisan juga mengandung arti sendiri.
Contohnya penguasa alam dan simbol kesucian yang dilambangkan dengan burung enggang dan naga.
Lalu kokohnya pertahanan Suku Dayak yang digambarkan oleh perisai.
- Patung Sabagai Dekorasi Rumah
Patung manusia menjadi salah satu hiasan dekorasi khas dari Rumah Adat Radakng.
Material utamanya pun sama seperti pada bangunan rumah, yakni kayu ulin.
Menurut kepercayaan masyarakat Suku Dayak, patung manusia mengantarkan arwah-arwah leluhur ke surga sekaligus melindungi anggota keluarga dari marabahaya.
- Posisi Rumah Cenderung Menghadap Matahari Terbit
Penentuan muka rumah yang menyesuaikan arah matahari terbit dan belakang rumah yang mengikuti terbenamnya matahari, menunjukkan betapa Suku Dayak adalah masyarakat pekerja keras tanpa pernah berpangku tangan atau bermalas-malasan.
Posisi rumah semacam ini juga mampu menambah kenyamanan pada sebuah hunian.
Cahaya pagi yang banyak memasuki rumah mampu menyegarkan diri dan menghemat energi untuk satu hari.
Menutup hari dengan menunggu matahari sore hari terbenam bersama secangkir teh sembari duduk-duduk, juga cocok dilakukan usai beraktivitas di teras belakang rumah.
Kehidupan komunal masyarakat Dayak semacam ini sudah jadi pemandangan yang lumrah pada masa lampau.
Wajarlah bila kemudian mereka tinggal dan hidup bersama-sama dalam satu rumah besar.
Termasuk menjadikan bangunan rumah adat sebagai simbol kentalnya kerukunan hidup berbudaya gotong-royong.
2. Rumah Adat Baluk
Dusun Sebujit, Desa Hli Buei, Kecamatan Siding, Kalbar menjadi lokasi keberadaan rumah adat yang dibangun oleh Suku Dayak Bidayuh.
Rumah adat ini hanya berfungsi untuk pelaksanaan ritual adat tahunan, yakni Nibak’ng atau Nyobeng.
Tengkorak, benda pusaka yang dianggap sebagai peninggalan nenek moyang yang diwariskan secara turun temurun juga disimpan di Rumah Adat Baluk.
Bentuk bundar berdiameter 10 meter menjadikannya unik dan berbeda dari jenis rumah adat lain.
Bangunannya sendiri berada di ketinggian sekitar 12 meter, dengan 20 tiang kayu sebagai penyangganya.
Peletakan tiang-tiang bangunan membentuk posisi melingkar sesuai bentuk rumah, dengan satu batang tiang sebagai tangga titiannya.
Kedudukan Kamang Triyuh yang harus senantiasa dihormati dalam kepercayaan masyarakat Dayak disimbolkan oleh ketinggian rumah adat ini.
3. Rumah Adat Melayu
Sebagaimana pembahasan singkat sebelumnya, kebudayaan Melayu cukup memengaruhi adat dan budaya di Kalimantan Barat, termasuk melahirkan salah satu jenis rumah adat.
Rumah Adat Melayu masih terbilang mudah dijumpai di sejumlah daerah di Kalimantan Barat, kendati tak tergolong Rumah Adat Kalimantan Barat yang populer.
Ia berada di Kompleks Perkampungan Budaya.
Ciri khas gaya arsitektur rumah adat ini adalah model atapnya mirip atap rumah-rumah di Jawa.
Segitiga setinggi kira-kira 30 derajat, untuk melancarkan sirkulasi udara di ruangan.
Ragam ukuran bangunannya mulai dari yang sederhana hingga megah.
Tampilan dekorasi berwarna juga membedakan rumah adat ini dengan rumah adat lain di Kalimantan Barat.
Alih-alih dibangun begitu tradisional dengan warna alami pada material seperti Radakng dan Baluk, beragam cat malah digunakan pada Rumah Adat Melayu.
Warna-warna seperti kuning, biru, hijau, dan semacamnya yang bernuansa cerah biasanya digunakan.
Sementara warna yang umumnya identik dengan rumah bergaya arsitektur Melayu adalah kuning.
Warna yang menyimbolkan kemakmuran dan kejayaan rakyat Melayu.
4. Rumah Adat Dayak Mandi Angin
Mandi Angin merupakan rumah adat dari Suku Dayak Pesaguan yang terletak di Desa Titi Buluh, Kecamatan Tumbang Titi.
Ciri khas rumah panggung berbahan kayu ini adalah ketinggiannya sekitar 1 meter di atas permukaan tanah.
Desain yang diusung adalah model rumah panggung dengan dominasi kayu Ulin sebagai materialnya.
Rumah adat ini dianggap eksotis, karena memiliki banyak relief yang menghiasi bagian dinding.
5. Rumah Betang Ensaid Panjang
Betang jenis Ensaid Panjang bisa dikunjungi di Bukit Kelam, kawasan wisata Kabupaten Sintang.
Model serupa rumah panggung dengan dominasi kayu sebagai materialnya dipilih untuk menghindari banjir kala itu.
Ukurannya sendiri tergolong besar, dengan panjang 118 meter, lebar 17 meter, dan tinggi hingga 2 meter.
Rumah berpenghuni sekitar 22 kepala keluarga ini menghasilkan anyaman dan kain tenun, kerajinan yang menjadi ciri khas Suku Dayak.
Satu keluarga menempati 1 bilik dengan sekat-sekat sebagai pemisahnya.
Selain pembuat kerajinan, mata pencaharian mereka adalah bertani; dan berburu.
Untuk keluarga bermata pencaharian petani, umumnya memiliki satu rumah tunggal selain menetap di Betang Ensaid.
Rumah tunggal yang dibangun berdekatan dengan area perladangan ini berfungsi untuk istirahat usai bertani.
Karakteristik Rumah Adat Kalimantan Barat
Kendati setiap rumah adat memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing, akan selalu ada persamaan di antara kesemuanya, karena berada dalam satu daerah yang sama.
Tak terkecuali rumah-rumah adat yang berdiri di daratan Kalimantan Barat.
1. Bentuk Rumah Panggung Dapat Diberikan Sentuhan Modern
Jika memiliki lahan luas, pembangunan rumah panggung semacam Rumah Radakng bisa diberi sentuhan modern, dengan menyangga bangunan utama menggunakan beton.
Lantas bagian bawahnya bisa dimanfaatkan sebagai garasi.
Tangga yang kokoh dan lebar akan memudahkan penghuni rumah lanjut usia mencapai rumah panggung.
Ketinggian rumah bisa menyesuaikan kebutuhan dan kenyamanan semua penghuni rumah.
Kesan natural minimalis modernnya bisa didapatkan melalui kombinasi material kayu dengan dinding berwarna putih, abu, atau biru tua.
Tempatkan banyak jendela sebagai pelengkap, untuk menjaga sirkulasi cahaya dan udara.
2. Rumah Didominasi Material Kayu
Rumah yang terbuat dari kayu ulin menggunakan sekat berupa papan kayu di bagian dalamnya.
Sementara bambu, kayu, atau batang pinang dibuat menjadi lantainya.
Memang, keberadaan kayu ulin yang notabenenya tanaman endemik Kalimantan semakin langka.
Kendati demikian, ia masih digunakan untuk material bangunan karena alasan ketahanan terhadap perubahan cuaca, suhu ekstrem, bahkan antirayap.
Kayu ini bisa pula menjadi material kombinasi untuk plafon.
Fungsi Rumah Adat Kalimantan Barat
Rumah adat dibangun tinggi, menyerupai panggung, atau bahkan memanjang karena fungsinya untuk menghindari serangan binatang buas atau berlindung dari bencana alam.
Ketinggiannya juga berperan untuk menjaga keselamatan para penghuni dari serangan suku-suku lain ketika konflik pecah.
Seiring berjalannya waktu, Rumah Adat Kalimantan Barat pun lambat-laun mulai berfungsi sebagai tempat tinggal pada umumnya.
Walau begitu, rumah adat yang dimiliki Suku Dayak bukan hanya milik pribadi, tetapi juga milik masyarakat.
Benda-benda pusaka yang dikeramatkan juga turut disimpan dalam rumah adat.
Makna Rumah Adat Kalimantan Barat
Bukan hanya nilai fungsional sebagai tempat tinggal, berteduh, atau perlindungan diri yang terkandung dalam rumah adat Kalimantan Barat.
Lebih dari itu, ada banyak maksud dan ajaran nilai-nilai luhur sebagai teladan kehidupan masa kini.
Sistem satu rumah yang ditinggali banyak keluarga menunjukkan tidak adanya pembedaan terkait usia, keturunan, kepemilikan kekayaan, ketampanan dan kecantikan rupa, bahkan jabatan.
Moral yang bisa dicontoh dari filosofi rumah adat Kalimantan Barat mengandung makna dan banyak pelajaran norma, seperti persamaan antarmasyarakat, gotong-royong, rasa berbagi, serta toleransi.
Kendati bagaimanapun kuno bangunan rumah adat di provinsi ini, sederet makna dan filosofi tersebut tidak akan pernah dianggap kuno.
Itu dia pembahasan tentang rumah adat kalimantan barat, kamu juga bisa pelajari kebudayaan lain dari Kalimantan Barat, yaitu Tari Monong.