Rumah Bolon atau yang biasa juga disebut Rumah Balai atau Rumah Gorga adalah rumah adat Suku Batak, Sumatera Utara. Rumah ini didesain tahan terhadap gempa mengingat wilayahnya yang rawan dilanda gempa bumi. Terdapat empat jenis rumah Bolon, yaitu Jabu Bolon, Jabu Parbale-balean, Jabu Gorgasarimunggu, dan Jabu Ereng. Masyarakat Suku Batak meyakini ornamen yang terdapat pada rumah Bolon dapat menolak bala.
Artikel di bawah ini membahas sejarah rumah Bolon beserta pemaparan dari tiap jenis, dan bagian-bagiannya.
Mengenal rumah adat Bolon
1. Sejarah singkat
Sekitar 74.000 tahun yang lalu, terjadi letusan gunung berapi dahsyat dari Gunung Toba yang merupakan gunung api super (supervolcano). Gunung Toba hancur dan meninggalkan sebuah danau dan pulau yang sekarang kita kenal dengan nama Danau Toba dan Pulau Samosir. Ia juga menyuburkan tanah untuk manusia yang tinggal dan mengukir topografi Pulau Samosir.
Berkat bencana tersebut ditambah dengan kondisi wilayah yang sesar aktif, masyarakat kemudian membangun rumah yang tahan dan aman gempa. Bentuk yang aerodinamis menjadi keunggulan dari rumah adat milik Suku Batak.
Rumah Bolon pun menjadi simbol dari identitas masyarakat Batak. Ia juga menjadi tempat tinggal raja-raja di Sumatra Utara. Hingga saat ini desain arsitektur milik leluhur masih diterapkan dalam pembangunan rumahnya.
2. Filosofi
Rumah adat yang satu ini bukan sekedar rumah biasa, tempat untuk tinggal dan berkeluarga. Ia mempunyai falsafah dasar bahwa berdirinya Rumah Bolon adalah sebagai pedoman hidup dalam pergaulan antar sesama manusia. Rumah tidak hanya dijadikan tempat untuk istirahat, tidur, atau makan, tetapi sebuah tempat di mana kehidupan berada. Selain itu, Rumah Bolon juga dijadikan cagar budaya untuk menyimpan bentuk fisik dan manifestasi makna yang terkandung di dalamnya.
Jenis Rumah Bolon
Secara umum, rumah Bolon memiliki empat jenis rumah di antaranya adalah jabu bolon, jabu parbale-balean, jabu gorgasarimunggu, jabu ereng,
1. Jabu bolon
Jabu bolon adalah rumah besar keluarga yang tidak bersekat atau berkamar. Begitu masuk ke dalam, hanya terdapat satu ruang sehingga seluruh anggota keluarga tinggal dan hidup bersama di satu ruang tersebut. Jabu bolon juga dahulu sering digunakan sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan adat dan keagamaan karena ukuran bangunannya yang besar.
2. Jabu parbale-balean
Jika jabu bolon adalah rumah besar keluarga, maka jabu parbale-balean adalah versi kecilnya. Biasanya ditempati oleh keluarga beranggota sedikit atau berstatus ekonomi menengah ke bawah.
3. Jabu gorgasarimunggu
Rumah Gorga juga dibedakan berdasarkan dekorasinya. Untuk rumah yang memiliki beragam hiasan indah nan rumit disebut dengan jabu gorgasarimunggu. Ia dipenuhi ukiran dan ornamen yang cantik untuk dipandang. Ini juga merepresentasikan status sosial dan ekonomi pemilik rumah tersebut.
4. Jabu ereng
Sedangkan jabu ereng adalah Rumah Bolon yang polos dan tidak memiliki dekorasi. Jabu ereng juga sering disebut jabu batara siang oleh masyarakat Batak Toba.
Bagian-bagian Rumah Gorga atau Bolon
1. Ruma
Rumah dengan julukan “Si Baganding Tua” ini umumnya memiliki dua bangunan utama, yakni rumah keluarga dan rumah lumbung padi. Rumah yang digunakan sebagai tempat tinggal keluarga disebut dengan ruma. Biasanya ruma berbentuk empat persegi panjang. Ruma jabu bolon biasanya berisikan enam atau lebih anggota keluarga. Sedangkan ruma jabu parbale-balean biasanya berisikan dua hingga lima penghuni.
2. Lumbung padi
Terletak di seberang persis dari ruma, umumnya berdiri sebuah rumah untuk lumbung padi. Ia disebut dengan sopo. Selain untuk lumbung padi, sopo juga berfungsi sebagai gudang atau tempat penyimpanan barang. Tata letak sopo berada di bagian selatan dan ruma berada di sisi utara. Mereka saling berhadapan seperti sepasang kerbau yang sedang jatuh cinta. Namun, mereka dipisahkan oleh sebuah pelataran yang cukup luas.
3. Alaman
Inilah dia, halaman yang memisahkan kedua bangunan di atas disebut juga dengan alaman. Pelataran dan jarak antar bangunan sengaja dibuat karena difungsikan sebagai ruang untuk berkegiatan dan berinteraksi antar masyarakat. Sinar matahari terbit menyinari dari timur hingga terbenamnya sang surya di barat akan melintasi alaman. Hal ini dikarenakan letak ruma yang berada di utara dan sopo di selatan. Alaman juga dijadikan sebagai tempat evakuasi atau titik kumpul ketika terjadi gempa berskala tinggi.
4. Pondasi
Pondasi tipe cincin digunakan sebagai pondasi Rumah Bolon. Maksudnya adalah batu dijadikan sebagai tumpuan dari kolom kayu di atasnya. Tiang-tiangnya dibuat berdiameter kurang lebih 42-50 cm dan berdiri di atas batu ojahan yang strukturnya fleksibel dan dinamis. Tali hotang atau rotan juga digunakan untuk mengikat pondasi kayu dan dinding karena sifat alaminya yang kuat, tahan lama, namun tetap fleksibel. Oleh karena itu, ketika gempa mengguncang, pondasi Rumah Gorga dapat menahannya.
5. Atap
Bukkulan adalah sebutan untuk puncak rumah atau atap dalam Suku Batak. Jika diamati lebih dalam, atap Rumah Bolon menyerupai tanduk kerbau. Dari sisi geometri, bentuknya segitiga dan bertingkat tiga yang melengkung dari depan ke belakang. Di setiap puncak segitiga, biasanya terdapat kepala kerbau yang melambangkan kesejahteraan penghuninya dan keperkasaan apabila dihuni oleh tokoh penting atau raja. Ini biasanya dijuluki dengan nama bukkulan harbopaung atau atap lengkung jenis harbopaung.
Masyarakat Batak juga memercayai bahwa bentuk atap lancip dan memanjang bermakna doa untuk keturunan penghuni rumah seterusnya agar masa depan mereka indah. Atap rumah terbuat dari anyaman bambu yang disebut lambe-lambe. Masing-masing rumah memiliki lambe-lambe sesuai dengan watak pemilik rumah. Ditandai dengan pemilihan warna lambe-lambe seperti merah, putih, hitam, dan coklat.
6. Dinding
Di bawah atap, dinding rumah kita fungsikan sebagai sekat, pelindung, dan penyokong atap serta langit-langit. Berbagai rumah adat nusantara termasuk Rumah Bolon memiliki fungsi tambahan sebagai ventilasi udara. Dindingnya sengaja dibuat miring untuk membiarkan angin masuk dan keluar namun tetap memproteksi rumah dari cuaca panas maupun hujan.
Tali hotang pada dinding atau disebut dengan tali ret-ret, membentuk pola menyerupai cicak berkepala dua yang saling bertolak belakang. Cicak dikonotasikan sebagai penjaga rumah dan dua kepalanya yang saling bertolak belakang mengartikan pengisi rumah tersebut memiliki peran yang sama, saling melengkapi, dan saling menghormati satu sama lain.
7. Pintu
Rumah serasa tidak lengkap tanpa kehadiran pintu. Ia kita buka untuk jalur masuk kita sendiri dan tamu ke dalam rumah. Bisa dibilang sebagai gerbang antara rumah dengan dunia luar. Setiap rumah adat Bolon memiliki pintu dengan ukiran dan hiasan (atau disebut juga orga) yang berbeda-beda. Namun, umumnya menjorok ke dalam dan berukuran tinggi 150 cm sampai 200 cm dan lebar 80 cm sampai 90 cm.
8. Ornamen
Ornamen pada Rumah Bolon yang biasa disebut ornamen Gorga terdapat pada bagian-bagian rumah seperti atap, dinding, dan pintu. Ia ditafsirkan sebagai tanda penolak marabahaya dan wabah penyakit untuk datang ke rumah mereka.
Ornamen Gorga biasanya ditunjukkan dalam tiga bentuk binatang, yaitu cicak, kerbau, dan ular. Gorga bentuk cicak melambangkan sebagai penjaga rumah dan kemampuan masyarakat Batak untuk beradaptasi di mana saja. Meski merantau jauh dari kampung halaman, sesama Suku Batak harus tetap menjaga rasa persaudaraannya.
Gorga bentuk kerbau melambangkan kesejahteraan pemilik rumah, keperkasaan apabila dihuni oleh seseorang yang berpengaruh di masyarakat, serta ucapan rasa syukur dan terima kasih kepada kerbau atas bantuannya terhadap kehidupan manusia. Kerbau telah berjasa untuk membajak sawah, menyuburkan tanah, alat transportasi, dan lain-lain.
Sedangkan ornamen Gorga bentuk ular melambangkan kepercayaan unik Suku Batak bahwa jika rumah dimasuki ular maka akan membawa anugrah dan berkah.
Keunikan arsitektur
Kita tidak bisa memungkiri lagi bahwa masyarakat Suku Batak Toba pandai dalam mendesain rumah dengan segala perhitungan untuk membangunnya. Tidak berhenti di situ, tata letak kampung (huta dalam Bahasa Batak) juga dipikirkan oleh masyarakatnya.
Dalam satu huta, berjejer ruma di sisi utara dan sopo di selatan dengan alaman yang memisahkan jarak keduanya. Setiap huta memiliki pintu gerbang alami dari pepohonan bertuah seperti pohon hariara (pohon yang mirip dengan beringin) yang diartikan sebagai lambang kehidupan. Jika terdapat pohon-pohon bertuah, maka itu menjadi penanda adanya huta di dekat pepohonan tersebut. Bagian belakang atau timur biasa digunakan sebagai kebun atau sawah karena tepat dengan matahari yang terbit di timur.
Walaupun tidak ada listrik dan pencahayaan, leluhur tidak mengkhawatirkan malam yang gelap gulita karena kehadiran kuarsa. Kuarsa (butiran-butiran kristal) yang melimpah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir dapat menyimpan sinar matahari dan memantulkan sinar rembulan. Itu saja cerita kali ini tentang Rumah Bolon.
Bagaimana Selasares? Tertarik untuk masuk ke dalam Rumah Bolon? Semoga artikel ini bermanfaat buat kalian. Jangan lupa dibaca juga artikel lain di Selasar.com