Betang adalah nama rumah adat suku Dayak yang banyak dijumpai di sepanjang hulu sungai. Kata betang mengandung arti “membentang” yang bermakna melindungi penghuninya dari malapetaka terutama banjir. Betang berupa rumah dengan model panggung berukuran besar yang dihuni oleh 5-6 keluarga. Terdapat anak tangga berjumlah ganjil dan berukuran kecil yang konon diyakini masyarakat Suku Dayak dapat melindungi seisi rumah dari kuyang atau ngayau.
Simak ulasan lengkap rumah adat Betang beserta makna filosofisnya berikut ini.
Filosofi dan Makna
Betang sendiri dalam Bahasa Dayak berarti membentang atau memanjang. Lazimnya, rumah adat Betang dibangun di sekitar hulu sungai. Hulu sungai dianggap sebagai pusat kehidupan Suku Dayak karena memiliki kekayaan alam yang melimpah di sekitarnya. Bentuk dari rumah adat ini adalah rumah panggung yang tinggi karena bertujuan untuk tempat berlindung dari banjir. Hulu sungai sangat berpotensi untuk terjadi banjir jika air pasang.
Selain itu, pondasi yang kokoh bermakna kuatnya tubuh manusia untuk berdiri. Semakin kuat kayu yang menopang rumah, maka semakin kuat doa keselamatan untuk manusia yang menempatinya. Rumah Betang berdiri lima meter di atas tanah dengan panjang 100-150 meter dan lebar 50 meter.
Secara sosiologis, ini bermakna bahwa rumah khas Suku Dayak ini adalah rumah raksasa dan tidak seperti rumah biasa. Karena Kalimantan masih dipenuhi dengan hutan belantara, binatang buas masih berkeliaran di sana. Hadirnya rumah yang raksasa dipercaya dapat menakuti mereka. Konon orang-orang jahat juga tidak berani menginjakkan kaki di Rumah Betang karena kemegahannya dan banyaknya manusia yang tinggal di dalamnya.
Terdapat tiga aspek yang mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh Suku Dayak dalam Rumah Betang. Pertama, aspek penghunian. Rumah Betang adalah rumah utama dan permanen bagi keluarga-keluarga yang tinggal. Kedua, aspek hukum dan hak milik. Rumah membentang ini memiliki kepemilikan yang jelas, yaitu dimiliki secara bersama. Pengaturan kebijakan-kebijakan dalam rumah ditentukan oleh ia yang memiliki kedudukan tinggi di adat Suku Dayak atau keluarga utama dari garis keturunan rumah yang mendudukinya paling lama. Ketiga, aspek ekonomi. Rumah panjang memegang peranan penting dalam distribusi arus tenaga kerja dan hasil kerja antar keluarga.
Seperti Apa Ciri-Ciri Rumah Betang?
Ciri pertama yang kita lihat dari rumah adat Betang adalah bentuknya, yaitu rumah panggung dengan tangga yang menuntun orang menuju pintu masuk. Ia dapat berukuran mencapai 100-150 meter dengan lebar 50 meter dan tinggi 12-15 meter. Keluarga yang mengisi rumah ini tidak hanya satu keluarga saja, tetapi dapat mencapai lima sampai enam keluarga.
Rumah Betang banyak yang berdiri juga di hulu sungai searah dengan matahari terbit dan belakang rumahnya menghadap ke barat atau arah matahari terbenam. Hal ini dianggap sebagai simbol dari kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari terbit hingga terbenam.
Bagian-Bagian Rumah Betang
Secara universal, rumah adat satu ini terdiri dari beberapa bagian, antara lain sebagai berikut.
- Tangga berada di ujung kiri, ujung kanan, dan di depan sebagai penanda atau ungkapan rasa solidaritas. Semakin besar rumahnya, maka semakin banyak jumlah anak tangganya.
- Pante adalah ruang yang dikhususkan untuk menjemur padi atau pakaian. Posisinya berada didepan bagian luar atap yang menjorok ke luar.
- Serambi adalah area depan rumah setelah melewati pante. Di depan serambi ini apabila ada upacara adat kampung dipasang tanda khusus seperti sebatang bambu yang kulitnya diarit halus menyerupai jumbai-jumbai ruas demi ruas.
- Sami atau ruang untuk menyambut tamu.
- Pusat atau poros bangunan yang disebut juga ruang los. Ini adalah pusat kegiatan rumah, tempat untuk berkumpul. Letaknya berada di tengah bangunan.
- Kamar tidur disusun berjajar sepanjang Rumah Betang. Peletakannya mulai dari bungsu di depan hingga orang tua di bagian belakang rumah. Jika urutannya acak misal anak sulung ditempatkan di depan maka dipercaya dapat membawa petaka.
- Jungkar atau ruang tambahan di bagian belakang bilik keluarga masing-masing yang atapnya menyambung atap rumah panjang.
Keunikan yang Dimilikinya
Selain berbentuk rumah panggung, ada keunikan lain yang tersimpan dari Rumah Betang. Yuk, kita cari tahu apa saja ciri khasnya.
1. Dihuni Lebih dari Satu Keluarga
Rumah besar ini uniknya dihuni oleh banyak manusia. Di satu rumah, kadang diisi oleh lima sampai enak keluarga. Jumlahnya pun beragam, bahkan konon ada yang bisa mencapai hingga 100 jiwa yang menghuninya. Selasares ingin membayangkan tinggal di Rumah Betang? Ha ha.
Ini adalah wujud rasa persaudaraan dan kebersamaan yang kuat bagi Suku Dayak. Ikatan silaturahmi yang kuat di dalam rumah akan menguatkan mereka pula dari hal-hal negatif seperti adu domba dan fitnah. Saling percaya di antara satu anggota keluarga dengan lainnya dibangun dengan hidup dan berkegiatan bersama di rumah. Berkumpulnya orang-orang Suku Dayak juga dapat menolong sesama apabila ada kesulitan. Suku Dayak bahkan adalah kelompok yang bersedia membimbing sesama meskipun berbeda suku.
2. Kegiatan Komunal
Karena memiliki naluri dari leluhur untuk selalu hidup bersama dengan alam dan masyarakat lainnya, mereka membangun komunitas dalam rumah besar mereka sendiri.
Pola pemukiman dan kegiatannya dipengaruhi oleh keadaan alam yang disediakan di sekitar mereka. Jika kondisi alam tempat mereka tinggal adalah hutan-hutan maka kegiatannya adalah berburu hewan. Jika cocok untuk bertani dan berladang, maka mereka akan membuat sawah atau kebun dan bercocok tanam. Jika sungai dekat mereka dipenuhi ikan, maka banyak yang menjadi nelayan. Namun, dewasa ini mereka lebih bergantung dengan pertanian dan peternakan untuk mengurangi ketergantungannya terhadap alam bebas.
3. Anak Tangga Berjumlah Ganjil
Dalam kepercayaan Suku Dayak, anak tangga Rumah Betang harus berjumlah ganjil. Kewajiban beranak tangga ganjil tidak boleh dihindari oleh masyarakat Dayak karena dapat mendatangkan rezeki ke seluruh penghuni rumah dan dijauhkan dari kesulitan hidup.
Mitos Ngayau
Walaupun Rumah Betang sangat megah, tangganya sangat kecil Selasares. Tangga rumah hanya bisa dilalui oleh satu orang. Lebarnya kurang lebih 50 cm. Tangga ini juga bisa dinaikkan dan diturunkan kembali. Bila malam hari tiba, tangga rumah akan dinaikkan.
Selain karena alasan menghindari orang-orang jahat dan binatang buas untuk naik ke rumah, kegiatan ini juga dipercaya dapat mencegah dari kedatangan hantu kepala terbang dengan organ-organ dalamnya terekspos alias kuyang. Kuyang dalam Bahasa Dayak disebut juga dengan ngayau. Ngayau apabila masuk ke rumah akan memburu kepala penghuni rumah. Ia diyakini juga sebagai bentuk guna-guna dari musuh.
Sekian Selasares cerita tentang rumah adat Betang khas Suku Dayak dari Kalimantan Tengah. Semoga bermanfaat bagi kalian dan jangan lupa baca cerita-cerita lain tentang rumah adat di Indonesia hanya di Selasar.