Bengkulu adalah salah satu nama provinsi di Pulau Sumatera yang mempunyai rumah adat resmi bernama Rumah Bubungan Lima.
Bengkulu ditempati berbagai suku dengan keanekaragaman budaya yang tinggi, termasuk bentuk rumah adat dari masing-masing suku bangsa tersebut.
Akibatnya, selain Bubungan Lima masih terdapat beberapa rumah adat Bengkulu lain sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan.
Bagaimana detail berbagai rumah adat Bengkulu tersebut?
Ikuti ulasannya, ya!
Asal usul Rumah Adat Bengkulu (Bubungan Lima)
Rumah adat Bubungan Lima mengacu pada suatu arsitektur tradisional berbentuk rumah panggung yang dibuat dari bahan kayu.
Nama Bubungan Lima dirujuk dari kata bubung yang dalam bahasa Melayu berarti atap, kemudian mendapat imbuhan sesuai dengan bentuk atap yang digunakan.
Oleh karena itu, rumah adat khas Bumi Rafflesia ini juga biasa dikenal dengan nama-nama lain seperti Bubungan Limas, Bubungan Haji, dan Bubungan Jembatan.
Rumah adat Bubungan Lima ini lebih identik dengan suku Melayu Bengkulu dan beberapa ornamen dipengaruhi budaya suku Lambak yang merupakan suku bangsa asli dari daerah ini.
Mulanya, rumah Bubungan Lima hanya diperuntukkan sebagai hunian para tetua adat atau yang dibangun demi kebutuhan khusus.
Sebagai contoh kegunaan rumah Bubungan Lima di masa lalu adalah tempat kegiatan ritual adat seperti penyambutan tamu agung, pelaksanaan pernikahan, prosesi kelahiran, dan upacara kematian.
Sedangkan untuk rakyat secara umum rumahnya dinamai rumah Umeak Potong Jang dan rumah Patah Sembilan, mengadopsi rumah suku Rejang yang saat ini banyak berdomisili di Lebong, Bengkulu Tengah dan Bengkulu Utara.
Filosofi, Keunikan dan Ciri Khas
Konstruksi rumah Bubungan Lima tidak hanya sekedar hunian tinggal tetapi juga disesuaikan dengan kearifan lokal serta berbagai filosofi yang dipercaya masyarakat.
Rumah Bubungan Lima menganut model rumah panggung untuk menjamin penghuninya dari berbagai ancaman eksternal seperti banjir dan hewan buas.
Arsitektur rumahnya dibagi menjadi tiga bagian secara vertikal terdiri dari bagian atas (atap/ bubungan), bagian tengah atau badan rumah, dan bagian bawah (kolong rumah).
Bagian atas rumah merupakan representasi hubungan manusia dengan Tuhan.
Bagian tengah adalah simbol hubungan manusia dengan manusia sehingga bagian ini digunakan untuk melakukan interaksi sosial.
Sedangkan bagian bawah adalah lambang hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya.
Konfigurasi rumah adat Bengkulu secara umum menganut pola ruang publik – ruang privat – ruang service.
Ruang publik terdiri dari teras dan ruang tamu, ruang privat diisi ruang keluarga, ruang makan dan kamar tidur, sedangkan ruang service adalah dapur yang merupakan pusat penyedia makanan dan minuman.
Rumah khas berbahan kayu yang dilengkapi dengan 15 tiang penyangga (tinggi sekitar 1,75 – 1,80 meter) dan disusun di atas batu datar ini merupakan implementasi desain anti gempa, karena Bengkulu merupakan salah satu daerah di jalur subduksi gempa.
Kayu yang umum digunakan sebagai material konstruksi rumah adalah kayu Balam (Kemuning) yang bersifat lentur namun kuat hingga ratusan tahun.
Ciri khas lain dari rumah Bubungan Lima adalah jumlah anak tangga di depan rumah yang harus memiliki jumlah ganjil antara 7 – 13 disesuaikan dengan tinggi rumah.
Keunikan lain diwujudkan dalam ritual adat saat prosesi menaikkan bubungan,
Yaitu menggantung berbagai hasil kebun seperti satu tandan pisang mas, satu batang tebu hitam, setawar sedingin dan sebagainya.
Tidak ketinggalan kain berwarna putih dililitkan pada poros bubungan.
Struktur Bagian Rumah
A. Bagian Atas
Bagian atas rumah merupakan bubungan yang umumnya berbahan ijuk, bambu dan beberapa masyarakat menggunakan seng.
Bubungan memiliki tinggi hingga 3,5 meter tergantung dari model bubungan yang dipakai.
Bubungan biasanya dilengkapi dengan pacu (plafon) yang kemudian akan difungsikan sebagai loteng rumah.
Loteng ini oleh beberapa masyarakat dipakai untuk menyimpan benda-benda berharga seperti pusaka keluarga.
B. Bagian Tengah
Konstruksi bagian tengah rumah terdiri dari dinding yang umumnya menggunakan papan kayu, dan dilengkapi dengan kusen pintu dan jendela.
Pintu dan jendela di rumah Bubungan Lima bisa memakai model ram ataupun menggunakan tipe standar.
Tidak lupa, tulusi atau lubang ventilasi yang diletakkan di atas pintu ataupun jendela rumah.
Dinding, piangung (tiang), lesplang (bagian atap) dan bendok (balok kayu yang dipasang melintang di dinding) umumnya dipenuhi dengan ornamen ukiran berbagai motif.
Ada dua macam ukiran yang dipakai di rumah Bubungan Lima yaitu ukiran timbul dan ukiran terawang.
Adapun motif yang banyak diukir antara lain pohon ru, pohon hayat (simbolik pohon kehidupan), bunga rafflesia, kembang empat, dedaunan tanaman, bentuk simetris paku lipan dengan bagian tengah bunga melati, matahari setengah lingkar, dan anak tangga.
C. Bagian Bawah
Kolong rumah Bubungan Lima merupakan ruang kosong di bawah rumah yang berada di sela antar tiang penyangga.
Beberapa komponen rumah yang terlihat menyokong dari bagian bawah antara lain geladak yang disusun dari papan mengelilingi dinding luar di atas balok dengan lebar 50 cm.
Selain itu terdapat pula penutup balok yang disebut kijing dan blandar yang merupakan penopang talian dengan pemasangan di bawah lantai arah melintang.
Batu datar sebagai pondasi tiang yang menjadi konstruksi tahan gempa di rumah Bubungan lima disebut lapik tiang.
Susunan Ruangan dan Fungsi
Susunan ruangan yang ada di rumah Bubungan Lima dan keterangannya adalah sebagai berikut:
1. Barendo
Berendo adalah teras depan yang susunannya berada di paling luar rumah.
Kegunaan barendo yakni untuk melakukan interaksi sosial seperti menerima tamu yang bersifat mampir sebentar, bersantai, tempat bermain para anak, bahkan membuat kerajinan tangan sebagai sumber ekonomi.
2. Hall
Hall adalah bagian rumah Bubungan Lima yang merujuk pada fungsi ruang tamu.
Hall digunakan untuk menerima tamu secara resmi atau melakukan kegiatan adat lainnya seperti kumpulan, tasyakuran, musyawarah, dll.
3. Bilik Gadang
Bilik gadang adalah sebutan untuk kamar orang tua yang merupakan kamar utama pada susunan rumah Bubungan Lima.
4. Bilik Gadis
Bilik gadis yaitu kamar tidur untuk anak-anak dalam keluarga, diutamakan anak perempuan.
Penempatan bilik gadis adalah bersebelahan atau berhadapan dengan bilik gadang untuk memudahkan fungsi pengawasan orang tua kepada anaknya.
5. Ruang Tengah
Ruang tengah ini seperti ruang keluarga di rumah modern.
Perabot tidak banyak diletakkan, masa sekarang ruang tengah banyak digunakan sebagai ruang menonton televisi bersama.
Ruangan ini juga bisa dipakai untuk tempat tidur anak laki-laki apabila bilik gadis ditempati oleh anak perempuan.
6. Ruang Makan
Ruang makan diatur berada di sebelah dapur untuk memudahkan distribusi makanan, dan beres-beres peralatan makan yang kotor.
7. Garang
Garang merupakan ruang terbuka yang bersebelahan dengan dapur.
Tempat ini biasanya digunakan untuk menyimpan air, mencuci piring, mencuci pakaian atau sekedar meletakkan bejana untuk digunakan berwudhu.
8. Dapur
Dapur adalah ruangan dengan fungsi servis dalam konfigurasi rumah Bubungan Lima yang biasanya dilengkapi dengan lubang udara supaya asap sebagai hasil buangan dapat segera keluar.
9. Barendo Belakang
Sama seperti barendo depan, ruangan ini digunakan untuk bersantai.
Jenis Rumah Adat Bengkulu (tidak resmi)
Bengkulu selain rumah Bubungan Lima masih memiliki rumah adat lain yang unpopular.
Apa saja itu?
Berikut ini gambar dan penjelasannya, ya!
A. Rumah Ume Tue
Rumah Ume Tue adalah salah satu bentuk warisan rumah adat dari suku Lambak (suku asli Bengkulu selain Melayu Bengkulu).
Bentuk fisik dari rumah ini masih bisa dijumpai di Tanjung Terdana, Bengkulu Tengah.
Ume dalam bahasa Lebak memiliki makna rumah, sedangkan tue berarti tua.
Oleh karenanya rumah Ume Tue mengacu pada suatu arsitektur tempat tinggal yang sudah tua karena dibangun dari ratusan tahun lalu.
Ornamen, Keunikan dan Ciri Khas
Hakikatnya, rumah Ume Tue memiliki atap berbentuk bubungan lima karena merupakan lambang rukun Islam yang berjumlah lima, sesuai dengan agama mayoritas suku Lembak.
Ornamen khas yang ada di rumah Ume Tue adalah motif setengah lingkaran yang biasa diukir di bagian dinding, ventilasi dan tiang penjuru rel.
Corak ini merepresentasikan jam matahari yang merupakan penunjuk arah kiblat dan waktu sholat pada masa lalu.
Keunikan lain dari rumah Ume Tue adalah adanya salang putung di kolong rumah sebagai simbolik penilaian kepribadian anak perempuan si pemilik rumah.
Salang putung adalah tempat untuk menyimpan kayu bakar yang biasa diposisikan menumpuk.
Semakin banyak kayu bakar yang ditumpuk di salang putung menandakan bahwa anak perempuan tersebut semakin rajin dan pandai memasak.
Susunan dan Fungsi Ruangan
Susunan rumah Ume Tue terdiri dari sepuluh ruangan, dengan pembagian satu ruangan berada di kolong rumah, delapan bagian ada di bagian badan rumah dan satu ruang lagi sebagai lumbung.
- Berande adalah susunan ruangan terbuka yang berada di paling luar. Biasa dipakai untuk sekedar bersantai, bersilaturahmi dengan tetangga yang lewat di depan rumah atau kegiatan santai lainnya.
- Luo merupakan ruang tamu bagi suku Lambak, sehingga digunakan untuk menerima tamu atau dalam tasyakuran biasa digelar di ruangan ini.
- Bilik Besak adalah kamar tidur utama untuk orang tua dan anak-anak yang belum berani tidur di kamar sendiri.
- Ruang Tengah lebih mengacu pada fungsi ruang keluarga dan bersantai bersama di malam hari, oleh karena itu ruangan ini biasanya tidak diisi dengan perabotan yang terlalu banyak.
- Bilik Kecik adalah kamar yang dipakai anak-anak untuk tidur, biasanya adalah anak perempuan.
- Ruang Makan dipakai untuk makan bersama anggota keluarga.
- Dapur di bangunan rumah Ume Tue dibangun dengan dinding pelupuh, yaitu sebutan dalam bahasa Lembak untuk bambu kering yang diratakan dan bisa dianyam membentuk lembaran dinding.
- Garang adalah ruang terbuka di luar dapur untuk keperluan menyimpan air, mencuci piring, berwudhu dan lain-lain.
- Ruang Bawah adalah sebuah ruangan yang berada di kolong rumah dengan fungsi sebagai gudang untuk menyimpan segala sesuatu. Bisa juga dipakai untuk kendang ternak dan salang putung.
- Lumbung (Kiyang) adalah ruangan untuk menyimpan gabah kering untuk persediaan keluarga.
Ritual Adat Pembangunan Rumah
Masyarakat suku Lembak melakukan berbagai ritual adat sebelum, selama dan setelah rumah jadi. Antara lain:
- Setepung setawar untuk kayu dilakukan untuk peletakan kayu pertama sebelum rumah dibangun.
- Naik bubung adalah upacara jamuan dan doa bersama ketika akan menaikkan atap atau bubung dengan tujuan supaya bangunan kelak menjadi rumah yang nyaman, sejuk, bercahaya dan membuat orang betah untuk berkunjung.
- Setepung setawar untuk rumah baru merupakan bentuk tasyakuran karena rumah sudah selesai dibangun.
B. Rumah Berugau Bandung
Berugau Bandung diakui sebagai bangunan rumah dari suku Serawai yang mendominasi daerah Bengkulu Selatan.
Penamaan Berugau Bandung merujuk pada gaya atap dengan ciri khas berbentuk bubungan kembar atau dua buah bubungan saling bertaut dalam satu bangunan rumah.
Bagian atas rumah terdiri dari atap berbahan ijuk dan plafon yang sering dimanfaatkan untuk menyembunyikan barang berharga seperti pusaka.
Uniknya rumah adat ini memiliki konstruksi dinding rumah sisi kanan dibuat miring ke atas dan pengunci pada pertemuan sambungan antar kayu tidak menggunakan paku melainkan juga memakai kayu yang diruncingkan.
Anak tangga yang berada di depan pintu utama berjumlah lima.
Suku Serawai memaknai lima anak tangga ini sebagai 1 (tangga) – 2 (tunggu) – 3 (tinggal) – 4 (tangga) – 5 (tunggu) yang memiliki filosofi sebagai bangunan rumah yang harus ditinggali dan ditunggu (dirawat).
Rumah bagian bawah atau kolong merupakan ruang di sela-sela 12 tiang yang menyangga bagunan, dan manfaatnya adalah untuk meletakkan kayu bakar, kendaraan, barang bekas, dan lain sebagainya.
C. Rumah Kubung Beranak
Rumah Kubung Beranak merupakan arsitektur tradisional yang digunakan oleh kaum bangsawan di lingkungan suku Rejang.
Seperti rumah Bubungan Lima, rumah Kubung Beranak juga mengadopsi gaya rumah panggung dengan lantai dari bambu utuh yang dirakit atau menggunakan bidai (anyaman bilah bambu yang disusun sebanyak tiga lapis).
Dinding rumah memanfaatkan pelupuh, sementara atapnya menggunakan ijuk.
Desain unik rumah Kubung Beranak yang berbeda dengan rumah adat Bengkulu lain adalah menempatkan garang di sebelah kiri rumah dan memanjang ke belakang.
Di depan pintu utama terdapat tangga portable dari bambu yang bisa diangkat dan ditaruh kembali sesuai kebutuhan.
Susunan dan Fungsi Rumah
Rumah Kubung Beranak memiliki tata letak ruangan sebagai berikut:
- Garang Panjang digunakan untuk tempat melakukan ritual pesta pernikahan pemilik rumah.
- Barendo berfungsi sama seperti di rumah adat lain, yaitu sebagai ruangan untuk bercengkrama dan menerima tamu yang biasanya hanya mampir sebentar.
- Panego berada di dalam bangunan rumah dan diperuntukkan untuk menjamu tamu yang dimungkinkan lama berkunjungnya.
- Pendukuan adalah sebutan untuk kamar tidur utama yang ditempati orang tua.
- Pemenyep ini merupakan ruangan seperti gudang yang biasa dipakai untuk meletakkan tikar dan barang-barang transit lainnya.
- Geligi adalah ruang kamar anak-anak gadis, atau biasa juga difungsikan untuk ruangan menenun kain.
- Dopoa adalah bahasa Rejang untuk menyebut dapur yang biasanya diletakkan terpisah dari bangunan utama rumah.
D. Rumah Umeak Potong Jang
Rumah adat Umeak Potong Jang juga merupakan rumah adat suku Rejang, bedanya rumah ini digunakan oleh kaum biasa.
Dalam bahasa Rejang, umeak diartikan sebagai rumah, potong artinya buatan atau bentukan, sedangkan jang mengacu pada nama suku Rejang.
Dengan demikian Umeak Potong Jang diartikan sebagai rumah yang dibuat oleh suku Rejang.
Bubungan pada rumah Umeak Potong Jang memiliki arah melintang yang berakibat pada cucuran air (ketika terjadi hujan) mengarah ke depan dan belakang rumah.
Susunan Rumah
Umeak Potong Jang memiliki susunan ruangan yang kurang lebih sama dengan rumah Bubungan Lima, yakni:
- Barendo panjang di bagian depan ini seperti teras di susunan rumah pada umumnya guna mendukung fungsi sosial dengan tetangga untuk saling bersapa dan bersantai bersama.
- Umeak Danea berada di dalam rumah bagian depan yang difungsikan untuk menjamu tamu yang biasanya berkunjung dalam waktu relatif lama, dan juga biasa dipakai untuk melakukan musyawarah.
- Pendukuak adalah kamar tidur bagi orang tua.
- Loteng geligei adalah ruang tidur untuk anak gadis yang dibuat di bagian rumah utama sebelah dalam di atas pendukuak.
- Ruang menyambei didesain dengan sekat jendela yang tidak memiliki tutup, ruangan ini diperuntukkan seperti namanya yaitu untuk menyambei (kegiatan mendeklamasikan syair yang biasa ditampilkan bersama tarian khas suku Rejang).
- Dapur digunakan untuk menyiapkan makanan dan kegiatan memasak lainnya.
- Ga-ang adalah tempat terbuka di luar dapur yang digunakan untuk meletakkan air, mengeringkan bahan makanan, bahkan beberapa memanfaatkannya sebagai tempat mencuci pakaian.
Keunikan Umeak Potong Jang
Keunikan dari Umeak Potong Jang adalah adanya simbolis susunan kayu bakar di kolong yang merupakan lambang kepemilikan keturunan di rumah itu.
Kolong rumah terbagi menjadi tiga kolom yang dipisahkan oleh tiang penyangga.
Lajur kiri akan berisi kayu bakar jika pemilik rumah memiliki anak perempuan.
Lajur kanan ditumpuki kayu bakar jika anaknya berjenis kelamin laki-laki.
Jika memiliki keduanya, maka lajur kanan dan kiri digunakan untuk menumpuk kayu secara bersamaan.
Sementara jika belum ataupun tidak memiliki keturunan, lajur kanan dan kiri dibiarkan kosong, penumpukan kayu
bakar dilakukan di lajur tengah.
Keunikan lain dari struktur Umeak Potong Jang adalah pembangunan lantai bagian utama rumah yang dibuat lebih
tinggi daripada di dapur dan beranda.
Ornamen Hias
Ornamen ukiran dengan motif alam dalam Umeak Potong Jang disebut awan-awan yang bermakna keindahan atau perhiasan.
Ragam hias tersebut dikerjakan oleh seseorang yang dipanggil tukang kawan.
Prosedurnya dimulai dengan melukis motif, kemudian dilanjutkan proses ukir menggunakan pahat, pisau ataupun gergaji kecil.
E. Rumah Patah Sembilan
Rumah Patah Sembilan sama seperti Umeak Potong Jang, digunakan sebagai hunian oleh masyarakat biasa di Suku Rejang Pesisir.
Rumah ini biasanya berukuran lebih kecil dan lebih sederhana dibandingkan dengan Kubung Beranak yang diperuntukkan untuk kaum bangsawan.
Rumahnya menggunakan tipologi rumah panggung berbentuk persegi panjang, dengan atap berbentuk pelana yang sayap kiri dan kanannya disatukan hingga membentuk kemiringan 45º.
Rumahnya tetap mempertahankan susunan tiga bagian seperti di rumah adat Bengkulu lain karena hal ini mengandung filosofi yang kuat.
Selain itu, komponen ruangan di rumah Patah Sembilan sama persis seperti di rumah Umeak Potong Jang, yang dimungkinkan karena berlatar belakang hunian dari suku yang sama.
Oke!
Cukup sekian penjelasan mengenai rumah adat Bengkulu dan gambarnya yang sangat unik.
Kamu juga bisa loh pelajari kesenian dari Bengkulu, yaitu Tari Andun.
Walaupun saat ini konsep bangunan baru sudah banyak yang menggunakan model modern, semoga rumah adat yang ada tetap dilestarikan sebagai bagian harta karun budaya Indonesia, ya.