Rumah adat Bangka Belitung memiliki bentuk unik dan banyak dipengaruhi oleh budaya dari luar Bangka Belitung yang dibawa oleh pendatang dan dikembangkan di sana. Dimana setiap jenis rumah adatnya memiliki keunikan dan fungsi masing-masing sehingga tidak hanya nyaman untuk ditinggali, namun juga sarat akan budaya yang kental.
Nah, jika kamu penasaran, langsung saja simak ulasan lengkap tentang rumah adat bangka Belitung di bawah ini!
Jenis Rumah Adat Bangka Belitung
Secara garis besar, Bangka Belitung memiliki tiga jenis rumah adat yang hingga saat ini masih banyak dijumpai di daerah tersebut. Rumah adat tersebut adalah Rumah Limas, Rumah Rakit, dan Rumah Panggung.
1. Rumah Limas
Rumah adat Limas sebenarnya bukan rumah adat asli budaya Bangka Belitung, namun rumah adat tersebut merupakan adopsi dari bangunan rumah adat di Sumatera Selatan karena sebelum menjadi provinsi sendiri, Bangka Belitung merupakan bagian dari provinsi Sumatera Selatan.
Biasanya rumah adat ini merupakan simbol status sosial penghuni rumah karena kebanyakan pemilik rumah limas adalah bejabat pemerintahan Hindia Belanda, keturunan Keluarga Kesultanan Palembang, dan saudagar kaya. Selain karena atapnya yang berbentuk limas, nama limas juga diambil dari penggabungan kata ‘lima emas’.
Struktur bangunan Rumah Limas
Sesuai namanya, rumah adat limas memiliki atap yang berbentuk limas yang biasanya pada bagian sisi bangunannya diberikan tambahan ukuran yang lebih panjang. Bentuk atap tersebut meniru dari gaya bangunan Melayu Bubung Panjang dan disusun dengan genteng dari tanah liat karena Bangka Belitung sangat kental oleh budaya Melayu.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan rumah Limas adalah kayu unglen atau kayu merbau karena jenis kayu tersebut memiliki keunggulan yaitu lebih tahan terhadap air. Dinding rumah limas dibuat dari papan kayu yang disusun secara vertikal dan pada sisi kiri dan kanan bangunan diletakkan undakan (anak tangga) sebagai jalan masuk menuju rumah.
Lantai rumah ini biasanya dibangun dengan ketinggian yang berbeda, hal tersebut karena pada saat ada tamu yang berkunjung, mereka akan ditempatkan sesuai dengan derajat mereka, semakin tinggi derajatnya, semakin tinggi pula lantai tempat mereka akan dijamu.
Selain itu pembangunan lantai juga disesuaikan dengan penggunaannya untuk acara tertentu, contohnya jika pemilik mengadakan acara keluarga atau hajatan, maka acara akan digelar di lantai dengan tingkatan tertinggi, sedangkan tamu istimewa akan dijamu di lantai kedua atau teras. Hal tersebut dikarenakan pada zaman dahulu, sistem kasta dan strata sosial di Bangka Belitung masih sangat kental, sedangkan saat ini struktur lantai telah dibuat sama karena sistem tersebut sudah dihapuskan dan bahan bangunan yang digunakan sudah sangat langka.
Gaya bangunan rumah adat Limas banyak meniru dari bangunan eropa karena pengaruh masa kolonial, namun rumah adat ini dibangun dengan penampilan yang lebih modern. Terkadang, beberapa pemilik rumah menambahkan ruangan pada bangunan aslinya. Ruangan tersebut dibuat dalam bentuk memanjang ke belakang dengan posisi ruang tamu di depan atau melebar ke sampung sehingga ruang tamu dan kamar tidur berada pada posisi sejajar.
2. Rumah Rakit
Rumah adat Bangka Belitung yang kedua adalah Rumah Rakit atau kadang dikenal dengan rumah Rakit Limas. Sesuai namanya, rumah rakit merupakan rumah yang dihuni oleh masyarakat keturunan Tionghoa tersebut dibangun di pinggiran sungai Musi.
Sama seperti rumah Limas, rumah adat ini juga berasal dari Sumatera Selatan bahkan dipercaya telah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sebagai tempat bermalam warga negara asing seperti, Inggris, Belanda, Cina dan Spanyol ketika berkunjung ke Kerajaan Sriwijaya.
Konon, selain digunakan sebagai tempat tinggal, rumah Rakit juga digunakan sebagai pusat kegiatan ekonomi, ada sumber yang menyebutkan bahwa pada masanya, pernah ada kamar dagang Belanda beserta gudang yang dibangun diatas rumah adat ini di atas sungai Musi.
Pemilik rumah adat rakit biasanya percaya bahwa sungai merupakan sumber kehidupan mereka sehingga mereka banyak yang membangun rumah mereka di sekitar sungai. Selain digunakan sebagai tempat tinggal, rumah ini juga berfungsi sebagai alat transportasi air, namun kebanyakan dibangun secara menetap menghadap ke daratan.
Struktur Bangunan Rumah Rakit
Struktur bangunan rumah rakit menyerupai bentuk rakit yang lengkap dan mengapung di pinggiran sungai. Hal ini dikarenakan pembangunannya yang disesuaikan dengan tempat di mana rumah tersebut dibangun.
Bangunan rumah rakit disangga oleh beberapa tiang yang ditancapkan ke dasar sungai dan diikat menggunakan tali yang dihubungkan dengan tonggak yang ada di tepi sungai.
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan rumah rakit adalah bambu manyan yang berbeda dengan jenis bambu biasa karena karakteristik bambu manyan lebih besar dan kuat sehingga cocok dijadikan sebagai pelampung. Namun, ada juga beberapa masyarakat Bangka Belitung yang memilih balok kayu sebagai pelampung rumah rakit mereka. Balok kayu yang digunakan juga tidak sembarangan, biasanya kayu yang dipakai adalah kayu pohon trembesi atau kayu seru yang banyak tumbuh di hutan pulau Bangka.
Dinding rumah adat ini terbuat dari papan kayu atau cacahan bambu yang direntangkan sehingga membentuk luasan yang mereka sebut ‘pepuluh’, sedangkan atapnya terbuat dari ulit atau anyaman daun, terkadang ada juga yang menggunakan daun nipah kering untuk atap rumah rakit mereka.
Pembangunan rumah adat rakit tidak lepas dari peranan rotan yang digunakan sebagai pengikat atap dinding dan atap rumah. Rotan yang kecil berfungsi sebagai pengikat atap sedangkan rotan yang besar berfungsi sebagai pengikat bambu atau balok kayu pelampung.
Saat ini, bahan atap rumah adat rakit telah diganti menjadi seng dan berbentuk limas dengan bubungan yang menghadap ke arah sungai.
3. Rumah Panggung
Arsitektur rumah adat panggung Bangka Belitung ini banyak dipengaruhi oleh bangunan rumah tradisional Melayu Awal yaitu Melayu Bubungan Limas dan Melayu Bubungan Panjang yang dipadukan dan dimodifikasi seiring dengan perkembangan gaya. Bangunan rumah Melayu awal biasanya terbuat dari akar pohon, alang-alang, kayu, rotan dan bambu.
Ciri khas dari bangunan rumah panggung yang mengadopsi gaya bangunan rumah Melayu awal adalah memiliki atap yang tinggi dan sedikit kemiringan pada bangunannya.
Rumah panggung bangka Belitung terdiri dari rumah induk dan dapur dan juga memiliki beranda di bagian depan rumahnya. Selain itu, rumah adat ini juga memiliki banyak jendela yang bisa dibuka.
Rumah panggung disangga oleh 9 tiang dengan satu tiang utama yang berada di tengah bangunan. Hal tersebut mengikuti adat nenek moyang masyarakat Bangka belitung yang memiliki rumah dengan 9 tiang penyangga. Dinding rumah adat panggung biasanya terbuat dari pelepah kayu, namun, tidak jarang pula yang menjadikan bambu sebagai bahan penyusun dindingnya dengan tanpa dilapisi cat sama sekali seperti kebanyakan rumah modern seperti saat ini.
Pembagian Ruangan Rumah Panggung
Rumah panggung biasanya memiliki tiga ruangan yang memiliki manfaat dan kegunaan masing-masing, ruangan tersebut adalah ruang utama, ruang loss, dan dapur, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Ruang Utama
Ruang utama biasanya dibuat dengan konsep terbuka lebar tanpa ada sekat ruangan atau pembatas yang menghalanginya, tujuannya adalah supaya ruangan ini dapat menampung banyak orang. Hal tersebut karena ruang utama berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga ataupun tempat untuk mengadakan acara seperti pengajian atau musyawarah.
b. Ruang Loss
Ruang Loss adalah ruangan yang berfungsi sebagai pembatas atau sekat antara ruangan utama dan dapur. Biasanya ruangan ini digunakan sebagai tempat beristirahat penghuni rumah setelah melakukan aktivitas di ruangan utama atau dapur. Pada ruangan ini juga terdapat pintu-pintu yang terhubung dengan kamar tidur penghuni rumah.
c. Ruang dapur
Seperti halnya pada rumah-rumah adat maupun rumah biasa lainnya, ruang dapur digunakan sebagai tempat kaum hawa seperti ibu dan anak gadisnya untuk memasak, membuat makanan, dan minuman. Selain itu, ruangan ini juga sering digunakan untuk menyimpan makanan, alat-alat pertanian, dan persediaan pangan. Ruang dapur biasanya terletak pada bagian belakang rumah.
d. Teras
Bangunan rumah adat bangka belitung yag cenderung luas memiliki halaman teras yang lebar pula. Halaman teras yang nyaman tersebut biasanya digunakan untuk duduk bersantai bersama para tamu yang berkunjung ke rumah tersebut.
Fakta Tentang Rumah Adat Bangka Belitung
1. Rumah adat bangka Belitung biasanya dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 500 meter persegi.
2. Ciri-ciri rumah adat ini adalah ruangan utamanya yang begitu terbuka tanpa ada sekat-sekat.
3. Lantai pada bagian ruangan utama selalu dilapisi alas tikar.
4. Ruangan utama dipenuhi berbagai macam aksesoris dan baju adat pernikahan khas Bangka Belitung yang indah.
5. Kamar tidur pengantin menjadi ornamen yang menarik di dalam rumah adat Bangka Belitung.
Fungsi dan Filosofi Rumah Adat Bangka Belitung
Rumah adat Bangka Belitung dipakai sebagai hunian masyarakat Bangka Belitung karena di dalamnya telah terdapat ruangan-ruangan seperti kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan ruang utama. Hingga saat ini, masyarakat Bangka Belitung masih memegang erat budaya yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, termasuk dalam pembangunan rumah adat.
Bahan yang digunakan dalam pembangunan rumah adat Bangka Belitung merupakan bahan pilihan dan tidak boleh sembarangan, karena akan mempengaruhi kekuatan dan daya tahan seluruh bagian rumah. Contohnya tiang penyangga bangunan rumah adat ini dibuat dari kayu pilihan yang memiliki kualitas bagus yang dapat menahan beban berat dalam jangka waktu yang lama. Rumah adat ini juga memiliki jumlah jendela yang sangat banyak agar sirkulasi udara bisa berjalan dengan baik.
Uniknya, pada seluruh detail bagian rumah adat bangka Belitung sangat jarang ditemukan kecacatan, semua benar-benar dijaga dan dirawat dengan baik agar tidak ada yang lecet atau lusuh. Kesempurnaan bangunan rumah adat ini mencerminkan akan kemurnian bahan alami yang digunakan dalam pembangunannya, juga mempertegas bahwa kualitas bahannya bisa dipercaya.
Struktur bangunan rumah adat panggung biasanya dibuat besar, kokoh dan tinggi dengan fungsi untuk menghindari binatang buas karena seperti yang kita ketahui, banyak kawasan bangka Belitung yang merupakan hutan lebat dengan binatang buas yang bisa menyerang pemukiman kapan saja sehingga konsep rumah panggung membuat penghuni rumah merasa lebih aman.
Struktur Bangunan
Asal usul struktur bangunan rumah adat Bangka Belitung banyak berasal dari budaya melayu, seperti bentuk rumah panggung.
Bahan yang digunakan dalam pembangunan rumah adat ini hampir sama dengan rumah adat lain yaitu kerangka, tiang dan lantainya terbuat dari kayu, sedangkan dindingnya terbuat dari bambu atau kulit Kay, dan atapnya terbut dari ijuk dan rumbia.
Biasanya bangunan rumah adat Bangka Belitung disangga oleh sembilan tiang yang mana satu diantaranya adalah tiang utama yang terletak di tengah. Tiang utama dibangun lebih awal daripada delapan tiang yang lain karena merupakan pusat dan penyangga utama balok-balok kayu yang terlintang sebagai kerangka untuk tempat pemasangan papan kayu untuk atap dan lantai.
Bahan yang digunakan untuk membuat tiang utama biasanya kayu dengan kualitas yang paling baik agar tiang utama kuat dan kokoh serta tidak mudah rusak. Banyak yang bilang bentuk atap rumah panggung Bangka Blitung merupakan pembaharuan dari atap rumah Tionghoa karena bentuknya yang melengkung seperti pelana kuda.
Ciri Khas
Ciri khas yang paling menonjol pada rumah adat Bangka Belitung adalah bagian atapnya. Desain atap rumah ini disebut-sebut mengadopsi dari gaya atap rumah tionghoa (Cina) yaitu melengkung seperti bentuk tapal kuda. Selain itu, dalam adat Melayu bangka, dinding rumah adat tidak boleh dilapisi oleh cat atau pewarna lain. Meskipun karena hal tersebut rumah adat Bangka belitung menjadi terlihat lusuh dan buram, justru di situlah letak keunikannya. Warna alami bahan bangunan alami yang digunakan dianggap menjadi daya tarik tersendiri bagi rumah adat tersebut.
Keunikan-keunikan yang dimiliki rumah adat Bangka Belitung membuat daerah tersebut seringkali dikunjungi oleh turis dari berbagai daerah baik lokal maupun mancanegara. Bagaimana? Kamu juga tertarik?