Perang Yarmuk adalah pertempuran yang telah tercatat dalam sejarah perjalanan umat muslim, sebagai peristiwa penting yang menjadi tonggak peradaban Islam.
Peperangan antara Muslim Arab dan kekaisaran Romawi ini berlangsung pada musim panas tanggal 15-20 Agustus 636 M (tahun 13 H).
Perang yang dinamakan Battle of Hieromyax ini diakui sebagai yang paling gemilang, karena meluluh-lantakkan imperium besar Romawi pada waktu itu.
Penasaran dengan kronologinya?
Simak kisah lengkapnya berikut ini, termasuk taktik jitu dari seorang Khalid bin Walid sebagai komandan militer dengan kavaleri berkudanya:
Sejarah Perang Yarmuk
1. Latar Belakang
Apa itu pengertian nama terhadap perang ini berdasarkan lokasi yang tak jauh dari Lembah Yordania, di utara Sungai Yordan dan begitu dekat dengan dataran tinggi Golan, atau lembah dan sungai Yarmuk.
Peristiwa pertempuran ini terjadi pada masa khalifah pertama, Abu Bakar as-Shiddiq.
Penyebab terjadinya adalah pergerakan pasukan Islam untuk mengusir tentara Romawi dari dataran Arab.
Kaum Muslimin ingin melawan Pasukan Romawi bertujuan untuk membebaskan daerah taklukan mereka.
Tiga pasukan yang berisi 3000 orang perkelompok, bergerak ke utara untuk menyerang Suriah sebelah selatan dan tenggara seusai Perang Riddah pada musim gugur 633 M.
Ketiganya berada di bawah kepemimpinan Amr ibn al-Ash, Yazid ibn Abi Sufyan, dan Syurahbil ibn Hasanah.
Amr mengambil rute pesisir melewati Aylah, sementara Yazid dan Syurahbil bergerak ke Tabuk-Ma’an.
Jumlah pasukan kemudian bertambah menjadi 7.500-an orang, setelah Abu Ubaydah ibn al-Jarrah memimpin salah satu pasukan untuk mengambil rute haji kuno Madinah-Emesa sebagai jalannya.
2. Keadaan Romawi Sebelum Peperangan
Ketika pasukan Islam mulai mengarah ke Syam, tentara Romawi terkejut dan merasa sangat takut.
Kontan saja mereka kirimkan surat untuk memberitakan perkara ini kepada Heraklius, Raja Romawi yang berada di Himsh (sekarang Homs).
Dia pun melayangkan surat balasan yang justru menyarankan agar tentara Romawi memilih jalan damai.
Tentara Romawi yang tak mau menghiraukan saran semacam itu, memaksa Raja Heraklius mau tidak mau mengirim pasukan besar-besaran.
Tentara Romawi yang mulai bergerak pun menghentikan rombongan mereka di Lembah Al-Waqusah, di samping dataran rendah Sungai Yarmuk dengan banyak sekali jurang.
3. Manajemen Kedatangan Pasukan dari Irak Menuju Syam
Batalyon Islam yang menduduki Syam lekas meminta bantuan.
Maka Abu Bakr Ash-Shiddiq memerintahkan Khalid bin Al-Walid agar menarik diri dari ’Iraq menuju Syam bersama barisan tentaranya.
Sesegera mungkin Khalid menunjuk Al-Mutsanna bin Haritsah untuk menggantikannya di ’Iraq.
Khalid menyiapkan batalyon terkuatnya, terdiri dari Dharar bin al-Khattab, al-Qa’qa’ bin Amr at-Tamimi, Ashim bin Amr, Dharar bin al-Azwar, dan lain-lain, sampai terkumpul 10 ribu pasukan menuju Syam.
Ia pilih melalui gurun-gurun yang bergelombang dan menyimpan sumber air langka, sehingga pergerakan pasukan tidak akan menarik perhatian.
Pasukan akan tersembunyi dari penglihatan berkat kontur tanah yang bergelombang.
Sedangkan kelangkaan sumber air membuat orang-orang jarang tinggal atau melalui tempat tersebut.
4. Persiapan Pasukan Islam Menuju Medan Perang
Abu Bakar as-Shiddiq mengirimkan empat batalyon tentara Islam ke Suriah usai menyelesaikan penaklukan Persia pada akhir tahun 12 H.
Keempat pasukan itu masing-masing dipimpin oleh Amr bin Ash, Yazid bin Abu Sufyan, Abu Ubaidah bin Jarah, dan Syurahbil bin Hasanah.
Sayangnya, rencana Kaum Muslimin itu lantas diketahui oleh bangsa Romawi, karena Kaisar Heraklius tengah singgah di Homs saat itu.
Menyambut taktik ini, Heraclius menerapkan strategi penyerangan terhadap pasukan Muslimin secara terpisah, karena mereka terpecah di bawah kepemimpinan empat orang.
Namun keempat panglima Islam pun mengetahui akal-akalan Romawi ini, sehingga diputuskan agar mereka menyatukan pasukan.
5. Pengangkatan Khalid bin Walid
Sama sekali tak ada gentar dalam benak Khalid bin Walid tentang peperangan yang akan dihadapi, saat Khalifah Abu Bakar menunjuknya menjadi panglima.
Ia hanya khawatir, tidak akan mampu mengendalikan hati sebab pengangkatan itu.
Kendati Abu Bakar takkan serta-merta begitu saja menunjuk pejuang dengan julukan Pedang Allah itu.
Khalid dikenal sebagai orang yang keras sejak kecil, padahal ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga kaya.
Ia menceburkan diri dalam seni peperangan dan bela diri sejak usia dini, serta mencurahkan perhatian dalam kepemimpinan armada tempur.
6. Strategi Perang Kaum Muslimin
Jumlah prajurit dalam kesatuan Kaum Muslimin antara 40.000-45.000 (sumber lain mengatakan 24.000-40.000 orang) yang dibagi menjadi 36-40 detasemen kecil di bawah komando Khalid bin Walid.
Pasukan inti yang berada di tengah terbagi atas 18 detasemen di bawah pimpinan Abu Ubaidah, Ikrimah, dan al-Qa’qa.
Lalu barisan kanan berjumlah 10 detasemen di bawah pimpinan ‘Amr bin ‘Ash dan Syurahbil bin Hasanah.
Kemudian kelompok sebelah kiri terbagi menjadi 10 detasemen di bawah komando Yazid bin Abu Sufyan.
Selanjutnya regu depan hanya satu detasemen kecil untuk mengawasi gerak-gerik musuh.
Sedangkan pasukan yang terletak di belakang ada 5 detasemen di bawah pimpinan Sa’id bin Yazid.
Abdullah bin Mas’ud punya tugas khusus dalam mengurus logistik pangan, kebutuhan pasukan, juga harta rampasan perang.
Al-Miqdad bin al-Aswad nantinya berkeliling barisan demi barisan untuk melafalkan ayat-ayat jihad sebagai motivasi pasukan.
Sementara khatib yang bertugas membakar semangat adalah Abu Sufyan bin Harb.
Terakhir, Khalid memberi instruksi kepada para wanita agar bersiap sedia dengan tongkat, pedang, atau bahkan pisau belati.
Pasukan Islam mulai berkumpul dan berhadapan dengan musuh pada awal bulan Jumadil Akhir tahun 13 H.
7. Strategi Pasukan Romawi
Pemimpin pasukan Romawi Timur dalam Perang Yarmuk adalah Theodor
Ia membawahi pasukan Romawi berjumlah 240 ribuan (sumber lain menyebutkan 100.000-400.000 orang) di Antiokhia.
Barisan ini terdiri atas pasukan pejalan kaki 80 ribu, pasukan berkuda 80 ribu, dan pasukan yang diikat dengan rantai besi (agar tidak lari dari peperangan) 80 ribu.
Kelompok-kelompok ini diorganisir menjadi lima regu terpisah, termasuk orang-orang Bizantium asli juga Slavia, Frank, Armenia, Georgia, serta Arab Kristen.
Sang kaisar berencana memusatkan kekuatan pasukannya dan akan mengalahkan orang-orang Arab satu persatu.
Mereka berteriak-teriak dengan suara yang sangat tinggi, sementara para pihak gereja mengelilingi pasukan sambil membacakan Injil sebagai motivasi agar mereka gigih dalam berperang.
Jarajah (George) memimpin kelompok di lini depan, sementara Mahan dan Ad-Daraqus mengomandoi sayap kiri dan kanan.
Lalu pasukan penyerang berada di bawah perintah Al-Qolqolan (menantu Heraklius).
Sedangkan tampuk kepemimpinan tertinggi pasukan dipegang oleh saudara kandung Heraklius yang bernama Tadzariq.
8. Perundingan Sebelum Pecahnya Pertempuran
Abu ’Ubaidah dan Yazid bin Abi Sufyan mendekati pasukan Romawi membawa Dhirar bin Al-Azur, Al-Harits bin Hisyam, dan Abu Jandal bin Suhail untuk menemui Tadzariq yang ingin berunding.
Namun perundingan ini berakhir tanpa hasil, walau para sahabat mendakwahinya agar masuk Islam.
Sementara itu, pemimpin sayap kiri Romawi yang bernama Mahan ingin menemui Khalid bin Al-Walid di antara dua pasukan yang saling berhadapan.
Mahan memberi tawaran sepuluh dinar untuk setiap tentara beserta makanan dan pakaian, agar mereka pulang dan berjanji akan memberikan jatah yang serupa pada tahun depannya.
Khalid bin Al-Walid menjawab itu dengan penolakan dan alasan yang tegas.
9. Keyakinan Kaum Muslimin
Detik-detik menjelang jalannya peperangan, salah seorang berkata pada Khalid, “Alangkah banyaknya pasukan Romawi dan alangkah sedikitnya pasukan muslimin.”
Khalid menjawab dengan penuh keyakinan, “Celaka engkau, engkau hendak menakutiku dengan pasukan Romawi? Pasukan itu menjadi banyak jika menang dan menjadi sedikit jika hina (kalah), bukan diukur dengan jumlah prajurit. Aku berharap al-Asyqar (kuda Khalid) sembuh dan pasukan Romawi menjadi lemah berkurang.”
Walau dengan perbedaan jumlah yang sangat jauh, keyakinan Khalid juga seluruh pasukan kaum muslimin tetap kokoh dan tak goyah melihat berapapun banyak pasukan Romawi.
10. Meletusnya Pertempuran 6 Hari yang Sangat Menentukan
Secara garis besar, pasukan Muslimin “lagi-lagi” menunjukkan taring iman mereka, di mana jumlah tentara dan senjata tak pernah dijadikan prinsip utama dalam kemenangan pertempuran jihad.
a. Hari Pertama
Genderang duel satu lawan satu membuka Perang Yarmuk.
Abdurrahman ibn Abu Bakr adalah jawara terbaik yang kehebatannya mengatasi lima jagoan perang Bizantium.
Mahan melancarkan serangan terbatas sekadar menjajal dan mencari tahu strategi dan kekuatan pasukan Muslimin.
Ketika mereka ada dalam jarak yang bisa dijangkau pemanah, Khalid mengeluarkan perintah untuk menghujankan panah pada mereka.
Ketika jarak kedua belah pihak mengecil, Muslimin mulai menghunuskan pedang mereka.
Peperangan selesai dan masing-masing menuju perkemahan saat matahari terbenam.
Para mujahidah dan muslimah mulai melaksanakan tugas untuk melakukan pengobatan terhadap luka-luka Muslimin sembari menyemangati jihad.
Waktu malam mereka habiskan untuk berdzikir dan merenungi ayat demi ayat dalam al-Qur’an sebelum kemudian tidur.
b. Hari Kedua
Ada keputusan dari Mahan untuk melancarkan serangan kepada Muslimin pada saat fajar, yang mana diperkirakan mereka belum siap tempur.
Namun antisipasi Khalid yang telah menyiapkan barisan penjaga di garis depan semalaman menggagalkan itu.
Bizantium kemudian melakukan serangan untuk mengapit barisan tengah Muslimin.
Sedangkan pasukan yang berada di bawah perintah Pangeran Qanater menghantam hebat infantri sayap kanan pasukan Muslimin yang dipimpin Amru ibn Ash sampai perlahan-lahan mundur.
Namun seketika saja para muslimah dan mujahidah menghadang mereka dengan lemparan batu dan tiang tenda tajam.
Merasa malu dicela terlebih takut dimurkai Allah SWT, pasukan yang mundur pun maju kembali.
Pertempuran tak kalah berat pada bagian sayap kiri, pertemuan pasukan Gregory dengan Yazid.
Yazid mengerahkan kavalerinya, tapi tak sanggup membalikkan tekanan Bizantium.
Para wanita menyemangati lewat sindiran agar pasukan yang mundur lagi segera kembali ke depan barisan.
Memasuki pertengahan hari, ada keputusan dari Khalid untuk menggunakan kavaleri cadangan juga mobile guard-nya untuk membalikkan tekanan serta menstabilkan ritme situasi dalam perang.
Pertempuran pasukan tengah sudah mereda menjelang terbenamnya matahari, dan Bizantium mundur lagi sebagaimana posisi awalnya pada pagi hari.
c. Hari Ketiga
Mahan merealisasikan strategi yang lebih nyata, yakni menggempur celah antarbarisan tengah dan kanan yang tampak lemah atas dasar pengalaman sebelumnya.
Pertempuran pun dibuka dengan gempuran antara Amru ibn Ash dan Syurahbil dengan Bizantium.
Panglima Khalid segera mengirimkan mobile guard-nya untuk menjatuhkan barisan kanan tentara Qanater yang menjadi titik tengah sisi kanan Bizantium.
Amru juga melakukan serangan balasan dengan kavalerinya pada saat yang sama dan merubuhkan bagian kiri Qanater, sedangkan Syurahbil meratakan balik melalui garis depan.
Kontan saja Qanater kelabakan karena diserbu dari beragam sisi sehingga begitu memasuki sore, ia terpaksa harus memundurkan pasukan kembali seperti posisi awalnya pada pagi hari.
d. Hari Keempat (Hari Hilangnya Mata)
Mahan melanjutkan serangan di sayap kanan Muslimin, karena percaya bahwa serangan hari sebelumnya telah sangat melemahkan bagian itu.
Kali ini, orang-orang Armenia dari tentara Bizantium berhasil menembus garis kanan muslimin dan melaju di perkemahan mereka.
Namun, kavaleri yang dibagi menjadi dua bagian utama menyerang orang-orang Armenia dari setiap sisi.
Orang-orang Armenia yang terpaksa mundur karena berhadapan dengan pasukan muslim dari tiga sisi, membuat garis pasukan muslim bisa dipulihkan.
Ada dikisahkan dari mereka mengenai hari hilangnya mata saat peperangan hari keempat.
Peristiwa ini berlangsung, saat 700-an orang dari pasukan Islam kehilangan mata karena panah dari tentara Romawi menghujani dan membutakan mereka.
e. Hari Kelima
Kedua belah pihak membentuk formasi perang seperti biasanya, tapi mayoritas pasukan Muslimin kesulitan berdiri tegak, termasuk karena menerima banyak luka.
Utusan Mahan maju dari tengah pasukan Bizantium untuk menyampaikan tawaran berupa gencatan senjata selama beberapa hari ke depan dan membahas perjanjian damai.
Abu Ubaidah menerima dan bersepakat dengan utusan itu, tapi Khalid menginterupsi perundingan dan menolak sama sekali tawaran Bizantium.
Hari kelima menjadi waktu istirahat dari peperangan yang telah berlangsung dahsyat beberapa hari ke belakang.
f. Hari Keenam (Komandan Pasukan Romawi Terbunuh)
Gregory berteriak melontarkan tantangan untuk berduel pada permulaan hari keenam.
Abu Ubaidah langsung melakukan persiapan untuk meladeninya.
Keduanya adalah ahli pedang yang teruji tangguh dan mempertontonkan pertunjukan yang membikin berdebar-debar dari tangkisan, tebasan, dan tikaman dalam permainan pedang.
Kemudian usai beberapa menit berlalu, Gregory mundur, membalikkan posisi kuda dan mulai menderapkannya.
Abu Ubaidah menghela kudanya maju mengikuti mundurnya tentara Romawi itu tanpa memalingkan matanya.
Gregory seketika berbalik begitu cepat dan mengangkat tinggi pedangnya (hendak diayunkan) untuk menyerang Abu Ubaidah.
Tetapi tebasan pada Orang Romawi tersebut tepat mengenai batang lehernya oleh Abu Ubaidah, dan pedangnya jatuh dari tangan saat dia rubuh.
Ketika Abu Ubaidah memasuki barisan Muslimin kembali, Khalid mewujudkan rencana ofensifnya.
Seluruh pasukan tumpah-ruah menuju barisan tentara Bizantium yang kini menggunakan strategi defensif.
Seluruh tentara kavaleri dilebur dalam satu kelompok bersama mobile guard untuk melancarkan serangan penuh.
Setelah itu barisan gabungan ini akan menggerus infantri Bizantium dari sisi belakang dan kiri sampai riwayat pasukan Romawi-Bizantium pun tamat.
Akhirnya, ratusan ribu pasukan digdaya Bizantium menyerah pada puluhan ribu pasukan Muslimin dengan jumlah yang jauh lebih sedikit.
11. Khalid bin Walid dan Kehebatan Pasukan Kuda
Prajurit Islam benar-benar menumpukan kekuatan pada keahlian berkuda dan memanah pada era kejayaan Islam.
Pasukan berkuda sendiri baru mulai dibentuk pada zaman Khalifah Umar ibn Khattab (memimpin tahun 31-41 H) yang berusaha mengumpulkan kuda-kuda bagi kemiliteran Islam dari banyak daerah.
Pasukan kavaleri telah mencatatkan diri sebagai kunci kemenangan batalyon Islam dalam Perang Yarmuk.
Pertempuran ini menjadi pencapaian prestasi Khalid ibn Walid yang paling gemilang, serta reputasi sebagai salah seorang komandan militer paling brilian pada abad Pertengahan juga menguat.
12. Peran Kaum Perempuan (Perjuangan Asma binti Yazid ibn As-Sakan)
Juwariah binti Abu Sufyan memperoleh kesyahidannya dalam peperang ini.
Asma dan para muslimah lain pun tak ingin tertinggal untuk turut berkontribusi pula atas kemenangan dalam Perang Yarmuk.
Saat pertempuran berkecamuk sedemikian rupa, Asma binti Yazid bin As-Sakan berjuang keras dengan sekadar bersenjatakan ketajaman tiang tenda.
Ia menyusupkan diri ke antara medan perang demi menyerang lawan di kiri-kanan, sampai akhirnya berhasil menewaskan sembilan orang prajurit Romawi.
Asma` keluar dari peperangan membawa luka di punggung, tetapi Allah menghendaki beliau masih hidup sampai wafat pada akhir tahun 30 Hijriyah.
13. Kemenangan Pasukan Muslim Atas Tanah Palestina
Perang ini berakhir dengan kemenangan bagi kaum muslimin atas pertolongan dari Alloh SWT.
Jumlah pasukan Romawi yang terbunuh ada 120 ribuan orang, dan sebagian lainnya berhasil melarikan diri.
Sementara Kaum Muslimin kehilangan 3.000 saudara, di antara mereka ada Ikrimah bin Abu Jahal dan anaknya Amr, Salamah bin Hisyam, Amr bin Sa’id, Aban bin Sa’id dan masih banyak lagi yang lain.
Peperangan ini sebagai tanda adanya gelombang besar yang pertama dalam penaklukan di luar Arab, sehingga Islam pun memasuki Palestina, Mesopotamia, pula Suriah.
Hasilnya adalah terbukanya seluruh Suriah bagi Kaum Muslimin, perebutan kembali Damaskus dalam satu bulan, dan Yerusalem takluk tak lama sesudahnya.
14. Saat Raja Heraklius Ucapkan Selamat Tinggal
Dalam perjalanan pulang saat tiba di terusan yang dikenal sebagai gerbang Cilician, Heraklius menengok ke selatan dan berkata, “Wahai tanah Suriah, kuusampaikan selamat tinggal untuk kali terakhir.”
15. Kisah Heroik Ikrimah bin Abu Jahal
‘Ikrimah menyongsong barisan tengah tentara lawan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu orang bersama hanya beberapa ratus prajurit muslim.
Dia berkata, “Aku dahulu memerangi Rasulullah di setiap medan pertempuran. Hari ini, apakah aku akan lari dari pasukan lawan?”
Lalu dia menambahkannya dengan berseru, “Siapa yang mau berbai’at untuk mati?!”
Maka berbai’atlah Dhirar ibn Al-Azwar, Al-Harits ibn Hisyam, bersama 400 prajurit muslim.
Hal itu lantas tak menambahkan apapun kepadanya, selain keberanian melaksanakan serangan sampai gugur dan memperoleh kesyahidannya.
Saat-saat gugur, rupanya sudah ada lebih-kurang 70 luka bekas anak panah, tikaman pedang, sampai ketajaman tombak di tubuhnya.
16. Kisah Kegagahan Said bin Zaid: Singa Perang Yarmuk
Said bin Zaid yang turut-serta dalam Perang Yarmuk melihat pasukan Bizantium 120 ribu-an orang.
Dan mereka melantunkan doa yang bergemuruh dengan bahasa mereka.
Maka rasa takut sempat masuk ke dalam hati kaum muslimin.
Lalu Said secara tiba-tiba melompat dari atas kudanya dan menjatuhkan diri ke tanah sampai pasukan musuh dibuat berhenti karena ulahnya.
Said berhasil menewaskan seorang yang paling besar (pemimpin pasukan berkuda Bizantium) yang memang bukan sembarang orang.
Itsar Haru, Pengorbanan demi Saudara Seiman
Usai peperangan, Al Harits ibn Hisyam (sebagai Paman dari Ikrimah), Ikrimah ibn Abu Jahal, dan Ayyasy ibn Abu Rabi’ah (menurut riwayat yang lainnya adalah Suhail ibn ‘Amru) tergeletak di medan Yarmuk.
Begitu ketiganya sedang lemah, letih, sangat kehausan bahkan dalam kondisi kritis, seseorang datang karena ingin memberikan air.
Menjelang pemberian air untuk al-Harits untuk diminum, ia lihat Ikrimah tengah kehausan dan tampak sangat membutuhkan lalu berkata, “Bawa air ini kepadanya!”
Air berpindah ke Ikrimah, tapi sebelum diteguk, Ayyasy memandanginya seperti ingin minum, lantas dia berkata, “Berikan ini kepadanya!”
Air beralih kepada Ayyasy, tapi sebelum sempat meminumnya, dia syahid duluan.
Maka si Pembawa-air lekas kembali kepada dua orang sebelumnya, tapi saat kembali mereka berdua juga sudah mendapatkan kesyahidannya.
Mereka lebih mengutamakan sahabat ketimbang ego diri sendiri.
Setelah Peperangan
Barisan Muslimin sukses menjatuhkan tentara Romawi pada Agustus 636 M atau Rajab 15 H.
Namun di antara kecamuk perang, surat dari utusan Abu Bakr sudah tiba dan berisi beritak wafatnya Abu Bakr serta Umar ibn Khattab yang diangkat sebagai khalifah selanjutnya.
Surat itu juga berisi pelepas-tugasan Khalid dan penunjukan Abu Ubaydah ibn Jarrah sebagai panglima dalam perang.
Alasan Umar melepas jabatan Khalid dan menjadikan Abu Ubaidah seorang Panglima Besar yang baru, karena mengkhawatirkan sikap umat Islam yang akan begitu mendewakan Khalid.
Khalid ikhlas sepenuhnya dalam ‘menggenggam’ keputusan itu, bahkan terus membantu Abu Ubaidah dalam medan tempur.
Wafatnya Panglima Besar
Nama Khalid bin al-Walid telah terukir dalam sejarah sebagai seorang panglima besar.
Setelah kemenangan di Yarmuk, Khalid memperingatkan Raja Persia, Kisra, yang juga ingin memerangi Islam melalui sepucuk surat.
Kisra yang merasa ciut pun mengirim utusan ke Kaisar China untuk meminta bantuan, tetapi Kaisar China menanggapinya tanpa daya.
Di akhir hayatnya, ia hanya memiliki harta berupa pedang dan kuda yang ia pakai untuk berjihad di jalan Allah.
Saat itu ia menangis, “Inilah keadaanku, akan wafat di atas kasurku. Padahal tidak satu jengkal pun di tubuhku kecuali terdapat bekas sabetan pedang. tusukan tombak, atau luka bekas anak panah. Padahal aku berharap mati syahid di jalan Allah.”
Refleksi dari Perang Yarmuk
Takkan mudah berhadapan dengan begitu banyak lawan beserta kehebatan persenjataan mereka, tetapi motivasi syahid dan keimanan kaum muslimin bisa mengalahkan semua itu.
Perang Yarmuk mengilhami pelibatan seluruh kekuatan kaum muslimin terutama perempuan.
Yordania dan Suriah tak terkecuali Palestina yang berikutnya dibuka karena Kaum Muslimin memenangkannya.
Kemenangan yang berhasil diraih tidak boleh dibiarkan melenakan atau bahkan menjadikan seseorang jumawa.
Kaum Muslimin era lama telah mengilhami adanya perjuangan demi perjuangan penaklukan lawan hingga ajaran Islam maju pesat dalam peradaban dunia.
Dampak
Menumpas kelompok-kelompok yang memerangi Islam.
Ummat Islam juga mencapai kekaisaran Persia dan Bizantium saat dipimpin Khalifah Abu Bakr Ash-Shiddiq.
Satu tahun usai memenangkan Perang Yarmuk, semua wilayah Suriah jatuh ke pemerintahan Islam.
Suriah adalah basis untuk meneruskan ekspansi ke Mesir di bawah komando Amr ibn Ash, dan Sa’ad ibn Abi Waqqash yang memimpin ke Irak.
Ibu kota Mesir-lama (Alexandria) takluk pada 641 M, serta Ibu kota Persia masa itu (Al-Madain) dikuasai pada 637 M.
Peta Peperangan
Lokasi Perang Yarmuk berada di balik jurang.
Rute yang dilalui oleh pasukan di bawah komando Khalid bin Walid mencakup pula sejumlah sungai, lembah, dan jurang.
Perang Yarmuk adalah perpaduan semangat jihad dan strategi brilian sang panglima besar.
Terselip hikmah dalam peperangan ini, untuk tetap optimis menghadapi segala situasi, dan senantiasa menjadikan Alloh sebagai sumber kekuatan serta pemberi pertolongan.