Perang Tabuk adalah pertempuran kedua antara tentara muslimin dengan kekaisaran Byzantium di Romawi Timur.
Peristiwa yang sangat masyhur dikenal pula sebagai Ekspedisi Tabuk ini berlangsung pada bulan Rajab dan Syakban 9 Hijriyah.
Lokasi berlangsungnya berada di antara Damaskus dengan Madinah.
Kendati pada akhirnya pertempuran ini urung terjadi, karena tentara Romawi yang gentar dengan pasukan Islam yang dipimpin langsung Rasulullah SAW.
Bagaimana latar belakang meletusnya peperangan ini beserta kronologinya?
Simak kisah selengkapnya mengenai perang terakhir yang diikuti oleh Nabi Muhammad SAW berikut ini:
Sejarah Perang Tabuk
1. Latar Belakang
Perang Tabuk adalah perang melawan tentara Romawi.
Latar belakang kemunculan perang ini dipicu oleh kekalahan pasukan Romawi dari tentara Islam dalam Perang Mu’tah yang terjadi pada tahun ke-6 penanggalan Hijriyah.
Heraklius merasa dipermalukan dan begitu murka, karena tentara yang berjumlah dua ratus ribu miliknya malah kalah oleh pasukan muslim yang hanya tiga ribuan.
Maka ia pun memimpin langsung ratusan ribu pasukannya untuk menuntut balas dengan mengalahkan tentara Islam.
Pasukan ini bergerak menuju Jazirah Arab wilayah utara dan menaklukkan Irak, Mesir, serta Damsyik, kemudian membangun basis pertahanan di Semenanjung Palestina.
Penyebab lainnya adalah ancaman dari Ukaidir bin Abdul Malik, seorang nasrani yang menjadi pemimpin daerah Dumah, dan akan melakukan pemberontakan dibantu pasukan Romawi.
2. Berita Mengenai Syam
Orang-orang Suku Nabath yang melakukan urusan jual-beli tepung dan minyak harus menempuh perjalanan dagang ke Madinah.
Lewat merekalah Kaum Muslimin mendengar kabar terbaru mengenai Syam, termasuk berita pendudukan wilayah Arab oleh pasukan Romawi.
Bahkan Raja Romawi membawa bala tentara yang besar melalui Syam beserta kabilah Lakhm, Judzam, Ghassan, dan kabilah Arab lainnya untuk menyerang Madinah.
Sejumlah besar pasukan perang juga ditempatkan di kawasan Balqa di bagian utara Tabuk.
Namun saat informasi tersebut selesai disampaikan, Raja Romawi telah sampai di Homs.
Rasulullah tentu saja tak ingin berdiam diri, membiarkan pasukan Heraklius menduduki Jazirah Arab lebih jauh lagi, terkhusus sampai menyerang Madinah.
3. Strategi dan Persiapan Tentara Islam
Nabi Muhammad SAW mulai mengumumkan wacana penghadangan terhadap Pasukan Romawi yang akan menyerang Madinah pada saat-saat Masjid Nabawi dipenuhi sesaknya suasana.
Memberangkatkan pasukan dari Madinah bukan perkara mudah, melihat posisi pasukan Romawi yang saat itu berada di Semenanjung Palestina dengan musim yang begitu panas.
Namun Muhammad juga yakin bahwa Tuhan akan membukakan pintu gerbang Suriah bagi pasukannya.
Entah karena telah tiba waktu dan ibrahnya, atau karena ingin memberikan semacam latihan bagi tentara Islam.
Beliau memerintahkan ekspedisi melawan Bizantium, dan mengerahkan pasukan terbesar dalam sejarah serta terbaik yang dipimpin sendiri.
4. Pengkhianatan Kaum Munafikin (Tabiat dan Bahaya Kaum Abu-abu)
Usai Rasulullah menyampaikan rencana untuk mengerahkan pasukan perang ke wilayah Tabuk melawan tentara Romawi secara terbuka, sejumlah penduduk menolak rencana itu.
Sebagian dari pasukan yang bersama Nabi SAW –terkhusus dari kelompok Kaum Munafikin Madinah—berkhianat dan memilih untuk kembali.
Tujuan penolakan ini adalah memicu kekhawatiran dan keragu-raguan dalam hati Kaum Muslimin untuk menghadapi Pasukan Roma.
Tentu saja Kaum Munafikin di Madinah kian hari kian gencar melancarkan konspirasi untuk memecah-belah Kaum Muslimin, terutama seperti yang dilakukan oleh Abdullah bin Ubay.
Ia berhasil memengaruhi begitu banyak Kaum Muslimin sampai membatalkan niat mereka untuk turut bersama Nabi ke Tabuk dan memilih untuk kembali ke Madinah.
5. Tiga Orang yang Tak Dihiraukan Rasulullah dan Kaum Muslimin
Ketika ada tiga orang yang tidak ikut serta dalam perang Tabuk, maka Rasulullah SAW dan seluruh kaum muslimin mengisolasi mereka.
Ketiganya adalah Hilal bin Umayah, Kaab bin Malik, dan Murarah bin Rabi.
Sedangkan orang-orang munafik yang membelot mulai menghampiri Rasulullah untuk mengutarakan alasan ketidakikutsertaan mereka untuk berperang melalui sumpah.
Rasulullah tidak menghukum mereka.
Kendati sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya tidak akan mengampuni mereka.
Tiga orang yang dimaksud bertaubat dan menyebabkan turunnya ayat 117-119 surah at-Taubah yang menerangkan bahwa Allah SWT menerima pertaubatan mereka.
6. Kondisi Alam dan Ujian
Persiapan pasukan perang yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW mengalami sejumlah kesulitan.
Saat itu, musim dengan cuaca yang sangat panas mendera, musuh juga sedemikian besar, dan jaraknya sangat jauh.
Maka Beliau menganjurkan adanya pengumpulan dana (infak) untuk merespons kondisi itu.
Padahal kondisi para sahabat tengah sulit pada masa itu, sampai-sampai seekor unta mesti ditunggangi oleh 10 orang secara bergantian.
Ketakwaan terhadap perintah Allah dan Nabi SAW tak mungkin diabaikan oleh mereka, tapi di samping itu ada beragam kesusahan yang tiap saat datang menghampiri, terkhusus menyangkut usaha mereka.
Mereka telah berupaya keras merawat pertumbuhan tanaman mereka.
Kebun-kebun kurma di Madinah juga mulai ranum dan memasuki musim siap panen.
Namun sebab ketakwaan kepada Allah SWT lebih besar ketimbang hal lain, mereka bergegas menyambut seruan dari Rasulullah SAW.
Meninggalkan hanya kaum munafik, anak-anak, perempuan, orang-orang udzur, dan sebagian sahabat tanpa tunggangan di Madinah.
7. Perlombaan Infaq, Jihad, dan Pembuktian Iman
Para sahabat malah saling bersaing (dalam kebaikan) menginfakkan harta mereka untuk membiayai Jaisyul ‘Usrah (Pasukan Kesulitan).
Umar bin al-Khathab berangkat menemui Rasulullah membawa separuh hartanya.
Namun Abu Bakar ash-Shiddiq datang tak berselang lama, sambil menyeret cukup banyak harta dan menyerahkannya kepada Rasulullah.
Melihat betapa banyak harta itu, Rasulullah bertanya, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?”
Jawaban yang berangkat dari kepribadian Abu Bakar dalam mengimani perintah Rasul hanya, “Allah dan Rasul-Nya yang aku tinggalkan untuk mereka.”
Mendengar jawaban yang dipenuhi keyakinan ini, Umar hanya bisa berkata, “Demi Allah, aku tidak akan berlomba lagi dalam hal apa pun denganmu selama-lamanya.”
Masih ada Utsman yang juga datang dengan membawa seribu dinar, lalu mencurahkannya ke pangkuan Nabi.
Utsman juga memberikan secara cuma-cuma, perlengkapan perang untuk sepertiga pasukan seperti 900 ekor onta, 100 ekor kuda, serta 1000 dinar.
Abdurrahman bin Auf juga tak ingin ketinggalan, menginfakkan 200 uqiyah emas.
Lalu masih ada banyak sahabat yang menginfakan harta mereka, sesuai kesanggupan yang merupakan bukti kedermawanan masing-masing.
Para wanita turut serta menyerahkan beragam-macam perhiasan masing-masing, bahkan ada yang hanya memberikan satu mud kurma.
8. Ali menjadi wakil Rasul di Madinah
Sebelum menuju Tabuk, Nabi SAW menyempatkan diri untuk menunjuk Ali ibn Abu Thalib sebagai wakil Beliau di Madinah.
Kaum Munafikin ingin memanfaatkan kesempatan ini dengan menimbulkan pertentangan antara Rasulullah dan Ali, agar dapat mengadu domba dan memecah belah pasukan Islam.
Namun rencana tersebut gagal, karena alih-alih membawa Ali turut serta berperang, Nabi Muhammad justru memintanya tetap berada di Madinah untuk menjadi wakil.
Kaum Munafikin melancarkan rencana lain yaitu menewaskan Nabi SAW, tapi lagi-lagi gagal karena Ali menyusul kepergian Rasulullah ke “Jurf” (suatu wilayah dekat Madinah).
Maka keluarlah Hadis Manzilah, yang menjelaskan bahwa posisi Imam Ali di samping Rasulullah sama dengan posisi Harun di samping Nabi Musa –hanya saja sudah tidak ada lagi nabi setelah Beliau.
Setelah menuntaskan semua persiapan, Beliau memimpin sendiri pasukan Kaum Muslimin dari Madinah pada Kamis, tanggal 5 Rajab 9 Hijriyah.
Jumlah pasukan muslim pada perang tabuk mencapai 30 ribu.
Sedangkan di pihak seberang, 40 ribu pasukan Romawi siap, ditambah personel dari penguasa Bashroh Bani Ghassan, dan bergerak menuju perbatasan Syam.
Pasukan pertama kiriman Nabi SAW diposisikan di “Tsani al-Wada'” (kawasan dekat Madinah).
Kemudian pasukan yang berisi 30 orang dikirim ke wilayah utara Madinah, tepatnya di perbatasan yang dikuasai Roma.
Perjalanan yang memakan waktu sampai 20 hari ini menempuh medan yang sangat sulit, menerima keterbatasan bahan makanan, serta mesti berhadapan dengan sengatan panas gurun pasir.
9. Mukjizat Nabi di Tengah Gurun Pasir
Melihat perjalanan yang ditempuh dalam kondisi cuaca ekstrem, orang-orang munafik mulai beraksi dengan saling menghasut agar lebih baik cari aman dan meninggalkan eskpedisi.
Pada saat-saat pasukan sudah benar-benar kelelahan di tengah-tengah kesulitan inilah, tangan Nabi terangkat dan berdo’a.
Tak berselang lama, cuaca yang tadinya sangat panas menyengat seketika berubah, karena mendung tiba-tiba bergelayut di langit dan hujan pun turun.
Tak sekadar segar kembali, pasukan yang melakukan perjalanan jauh itu bisa menambah persediaan air.
Rasulullah juga sempat berpesan menjelang tiba di Tabuk,
“Sesungguhnya besok, kamu akan mendekati mata air Tabuk, insya Allah. Kamu tidak akan memasukinya kecuali sampai masuk waktu Dhuha. Siapa di antara kalian yang sampai di tempat tersebut, janganlah dia menyentuh airnya sedikit pun hingga aku datang.”
Akan tetapi, sudah ada dua orang yang sampai duluan di tempat itu, sementara hanya ada sedikit tetesan air yang keluar.
Rasulullah bertanya kepada keduanya, “Apakah kalian berdua sudah menyentuh air ini?”
Keduanya berkata, “Ya.”
Mendengar kelakuan kedua orang yang telah menyentuh air tersebut sebelum kedatangan Rasulullah, Beliau mencela mereka dan mengucapkan kata-kata menurut kehendak Allah.
Maka diciduklah air itu dengan tangan mereka sedikit demi sedikit, sampai terkumpul dalam satu wadah.
Usai membasuh kedua tangan dan wajah, Rasulullah mengembalikan satu wadah air tersebut ke tempat semula.
Seketika limpahan air yang sangat banyak terpancar keluar dari sumber yang sama.
10. Abu Khaitsamah Sempat Tertinggal
Beberapa hari setelah Rasulullah berangkat, Abu Khaitsamah pulang menemui keluarganya, dan mendapati kedua istrinya sedang berada di dalam kebun.
Mereka telah menyiapkan tempat berteduh sekaligus makanan serta air yang sejuk.
Abu Khaitsamah tertegun ketika sampai di ambang pintu tenda, memandangi kedua istrinya, dan memperhatikan apa yang mereka lakukan.
Betapa tak adil bila seseorang membiarkan kekasihnya mengalami penderitaan, sedangkan dia malah bersenang-senang.
Abu Khaitsamah yang tak rela membiarkan sikap seperti itu terhadap junjungannya, lalu menyuruh kedua istrinya menyiapkan bekal untuknya dan lekas menyusul Rasulullah.
Kedua wanita yang sepenuhnya taat dan mencintai suaminya itu bergegas menyiapkan keperluan sang suami.
Begitu Abu Khaitsamah berangkat dan telah mendekati tempat singgah Rasulullah di Tabuk, Beliau bersabda, “Itu tentu Abu Khaitsamah.”
Usai menambatkan tali unta, Abu Khaitsamah menemui Rasulullah dan memberi salam, kemudian menyampaikan cerita tentang keadaan dirinya.
Rasulullah pun mendoakan kebaikan untuknya.
11. Melawan Pasukan Romawi
Rombongan Rasulullah sempat melalui puing-puing bekas perkampungan Kaum Tsamud di tengah perjalanan.
Nabi SAW langsung menutupi wajahnya yang penuh nur sambil mempercepat untanya dan memerintahkan para sahabat berbuat serupa.
Kendati Rasulullah SAW memang merupakan kekasih Allah, Beliau tetap merasa takut ketika melewati jejak-jejak peninggalan orang-orang yang pernah diadzab.
Beliau menyuruh para sahabat pergi sambil menangis, seolah adzab telah diturunkan kepada mereka.
a. Pasukan Islam di Tabuk
Sesampainya di Tabuk usai melalui banyak daerah, Rasulullah SAW menghadap barisan pasukan dan berpidato penuh semangat, sehingga gelora jihad prajurit kian membara.
Dari tempat itulah kemudian jelas bagi Nabi Muhammad SAW, bahwa berita mengenai keberadaan pasukan Romawi di tempat tersebut tidak benar, sebab mereka tak kunjung terlihat.
Rasulullah berujar kepada tentara Islam, bahwa kedatangan pasukan ini ke wilayah Tabuk adalah untuk merebut Jazirah Arab yang ditaklukkan bangsa Romawi kembali.
b. Heraklius Ragukan Kekuatan Tentara Islam
Mulanya, Kaisar Heraklius meragukan kekuatan tempur tentara Islam mampu mencapai markas pasukan Romawi.
Faktanya, tentara Islam malah sudah hampir tiba di tempat pasukan Romawi mendirikan basis pertahanan.
Heraklius dibuat terheran-heran karena ini, “Mereka (tentara Islam) itu manusia atau bangsa jin?”
c. Heraklius Mulai Gentar
Pasukan Islam terus merangsek jauh menuju markas tentara Romawi sambil menaklukkan wilayah Daumatul Jandal, daerah kekuasaan Akidar bin Abdul Malim yang masih mendukung Romawi.
Heraklius mulai mencemaskan kondisi terkini dan mengumpulkan pendapat dari bawahannya.
Mereka sama-sama takut dan khawatir pada fakta keberanian pasukan Muslimin.
Berdasarkan saran dari salah seorang bawahan, Pasukan Romawi memilih mundur dan lari berpencar ke perbatasan wilayah-wilayah Jazirah Arab yang pernah mereka taklukkan.
Pasukan Romawi lebih suka tinggal aman dan nyaman dalam benteng-benteng wilayah Syam, sebagai perlindungan ketika berita tentang kekuatan pasukan Muslimin sampai kepada mereka.
Lagipula, hal yang sebenarnya terjadi adalah Heraklius dan suku-suku Arab Suriah tidak sedang bersiap menyerang siapa-siapa.
Alasan perjalanannya ke selatan adalah mimpinya tentang “kemenangan kerajaan orang yang dikhitan”, yang mana dia yakini adalah kemenangan telak pasukan muslim di bawah komando Nabi Muhammad SAW.
Heraklius tidak berupaya meyakinkan apa-apa kepada rakyat perihal mimpi itu, dan memilih kembali ke Konstantinopel.
Rasa tanggung jawab pada kerajaan menjadikannya melakukan perjanjian damai melalui seorang utusan, dan memberikan Suriah kepada Nabi Muhammad SAW.
Usai Nabi Muhammad SAW menerima tawaran itu, pihak Romawi diberi syarat berupa harus mengeluarkan Jizyah atau pajak.
Hanya itu yang bisa Heraklius janjikan, karena dia tak mungkin mengubah keyakinannya.
Saat Panglima Khalid bin Walid meminta izin untuk mengejar Heraklius dan tentaranya, Nabi Muhammad SAW mencegah itu.
Kejadian ini kian melahirkan rasa hormat di Jazirah Arab kepada pasukan Muslimin.
12. Perang Terakhir Rasulullah SAW
Ekspedisi Tabuk menjadi peperangan terakhir Nabi Muhammad SAW.
Lebih-kurang lima bulan setelahnya, Rasulullah SAW wafat pada hari Senin, 8 Juni 632 M atau 12 Rabiul Awwal 10 H di rumah Aisyah, di kamar yang sekarang telah menjadi makam Beliau.
Kembali ke Madinah
Rasulullah mengirim Khalid bin al-Walid dari Tabuk lebih jauh lagi ke utara untuk mengepung benteng orang Kristen, lalu membentuk aliansi demi keamanan jalur menuju Irak dan Suriah.
Semua operasi itu berhasil dan Muhammad pulang bersama seluruh pasukan setelah 30 hari meninggalkan Madinah atau sepuluh hari berada di Tabuk, tanpa terjadi peperangan.
Tepatnya pada tanggal 26 Ramadhan 9 Hijriyah.
Ketika baru saja menginjakkan kaki di Madinah, Beliau SAW mendapat kabar bahwa Ummu Kultsum, Putri Beliau telah meninggal dunia.
Rasulullah pula sangat terpukul dan bersedih mendengar kabar itu.
Begitu pula Utsman bin Affan sebagai suami, yang telah ditinggal pergi istrinya untuk kali kedua (dia menikahi dua putri Muhammad SAW).
Sementara sanksi bagi mereka yang tidak ikut perang, antara lain:
Orang-orang munafik akan dibiarkan, karena mereka bukan bagian dari kaum muslimin.
Orang-orang yang lemah & Al Buka’un akan diampuni dosanya.
Orang yang hatinya hampir berpaling akan dikucilkan secara total selama 50 hari; berjauhan dengan istri selama 40 hari; tetapi diterima taubatnya oleh Allah.
Sedangkan untuk tiga orang yang memang terkhusus, penerimaan taubat mereka akan ditangguhkan sampai Bumi telah menjadi sempit –bagi mereka.
Padahal Bumi itu sedemikian luas, sementara jiwa mereka lah yang terasa sempit oleh mereka.
Rencana Pembunuhan Nabi SAW di Aqabah
Sewaktu Nabi SAW dalam perjalanan pulang ke Madinah, sejumlah Kaum Munafikin menyusun rencana untuk membunuh Nabi SAW.
Nabi Muhammad SAW memperoleh ilham dari Allah SWT, sehingga tahu lebih dulu mengenai rencana tersebut.
Beliau pun menyertakan Hudzaifah dan Ammar agar ikut bersamanya.
Beberapa orang kaum munafikin lalu melancarkan rencana mereka sambil mengenakan penutup wajah dan berusaha menabrak unta yang dikendarai Rasulullah SAW.
Namun, Hudzaifah yang cekatan bisa menggagalkan usaha mereka, walau orang-orang munafik itu berhasil kabur.
Kendati demikian, Nabi Muhammad SAW tahu nama-nama mereka dan menyebutkannya satu persatu di depan Hudzaifah dan Ammar.
Perang Tabuk dalam Al Qur-an
Sejumlah ayat mengenai pengertian beberapa hal saat Perang Tabuk dalam Al-Qur’an telah diturunkan.
Termasuk di antaranya terkait eksistensi Kaum Munafikin, upaya konspirasi, maksud dan strateginya dalam menghancurkan umat Islam dari internal.
Diungkap pula tentang tujuan Kaum Munafikin memengaruhi perjalanan umat Islam selanjutnya, terkhusus dalam penyebaran Islam di Jazirah Arab.
Ekspedisi yang Memperkuat Posisi Islam
Ekspedisi Tabuk menambah kekuatan dan wibawa Islam di Jazirah Arab wilayah utara, serta membuka jalan penaklukan daerah Syam.
Rasulullah juga didatangi Yuhanah bin Rubbah dan penguasa Ailah, serta penduduk Jarba dan Adzrah yang menawarkan perdamaian dan jizyah ketika sampai di Tabuk.
Jizyah merupakan pajak militer kolektif dari suku-suku yang tidak ikut serta dalam pertempuran bersama orang Islam.
Sebagai timbal-balik, pemerintah Islam menjamin perlindungan, pertahanan, dan kelangsungan hidup mereka.
Rasulullah menuliskan perjanjian pada sepucuk surat untuk mereka, dan kapan terjadinya peperangan pun urung terlaksana.
Beragam kabilah yang sebelumnya tunduk di bawah kekuasaan Romawi, berbalik mendukung Kaum Muslimin.
Wilayah kekuasaan pemerintahan Islam kian meluas, hingga berbatasan langsung dengan bangsa Romawi.
Sampai pada detik-detik menjelang kepulangan rombongan Rasulullah dari Tabuk, para pendeta Kristen di Lembah Sinai berdatangan untuk mendiskusikan perjanjian damai.
Maka terjadilah perjanjian seperti Piagam Madinah bagi kaum Yahudi, yang berisi perdamaian antara umat Islam dan Kristen di daerah tersebut.
Kesan kuat berdasarkan besaran jumlah pasukan Muslimin kemudian mampu tertanam di sepenjuru Semenanjung Arab, bahwa kemampuan Nabi menurunkan pasukan memang luar biasa.
Kewibawaan dan posisi politik Beliau pun kian menguat.
Bukti yang Masih Tersisa
Pada saat Rasulullah SAW beserta rombongan tiba di Tabuk, Beliau mendirikan masjid sebagai tempat beribadah sekaligus beristirahat.
Mulanya masjid ini begitu sederhana, dengan dinding tanah liat dan pelepah kurma sebagai atapnya.
Namun seiring berlalunya waktu, masjid ini mendapat renovasi sedemikian rupa sejak era pemerintahan Turki Usmani dan Saudi.
Masjid ini masih bisa dijumpai bahkan telah menjadi sangat megah dengan beragam dekorasi indah hingga hari ini.
Hikmah dan Pelajaran Penting
Terselip beragam-macam hikmah dalam kepergian Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya menuju Tabuk:
Pentingnya menjadikan harta sebagai korban dalam setiap jihad.
Orang-orang munafik akan selalu ada untuk mencela apapun yang dilaksanakan oleh orang-orang dengan perbuatan baik.
Adanya perasaan sedih saat tak mampu melaksanakan kewajiban, walau secara syar’i dibolehkan untuk meninggalkannya.
Hukum makruh memasuki bekas tempat umat terdahulu mengalami kehancuran karena kekafirannya, kecuali sebagai pembelajaran.
Perang ini adalah latihan fisik bagi Kaum Muslimin, yang mana butuh waktu 50 hari: tiga puluh hari perjalanan pergi-pulang dan masa penaklukan musuh di sekitaran Tabuk selama 20 hari.
Perang ini bertujuan sebagai persiapan mereka untuk memikul risalah dalam melindungi tersebarnya ajaran Islam ke luar Tanah Arab.
Semangat mendakwahkan Islam pada zaman Rasulullah, membuat para sahabat tetap menjalankan tugas walaupun sangat berat dan berisiko, tak jadi alasan untuk meninggalkan kewajiban berjihad.
Kian menguat dan meluasnya sebaran ajaran Agama Islam, adalah ancaman serius bagi Romawi dan sekutunya.
Dalil disyariatkannya jizyah, pengucilan karena sebab keagamaan, dan sujud syukur kepada Allah.
Dampak
Dampak timbul usai Perang Tabuk bagi Kaum Muslimin:
Memperkokoh kekuasaan Kaum Muslimin di Dataran Arab.
Kekalahan orang-orang jahilyah memudahkan Kaum Muslimin memperluas wilayah tanpa halangan yang cukup berarti dari mereka.
Membangun pondasi dan mempersiapkan langkah-langkah untuk merambah daerah di luar Arab, sehingga memudahkan tugas Khulafaur Rasyidin dalam penyebarluasan Islam ke penjuru dunia.
Kedok orang-orang munafiq yang tersingkap melalui turunnya wahyu, sehingga tak ada sesuatu hal pun yang disembunyikan lagi.
Dampak bagi masyarakat non-Islam:
Harapan dan angan-angan orang-orang jahiliyah serta Kaum Munafiq yang ‘berburu’ kebinasaan kaum muslimin telah sirna.
Perintah dari Allah untuk menghancurkan masjid dhirar, sehingga siasat pemecah-belah dari kaum munafik patah.
Peta Peperangan
Peta ini cukup terperinci dalam menggambarkan pergerakan tentara Perang Tabuk pada masa itu.
Bahkan termasuk di antaranya juga ada perjalanan perjanjian damai dengan wilayah-wilayah lain, serta sejumlah penyusupan untuk kebutuhan memata-matai musuh.
Demikian kiranya sekelumit rangkaian perjalanan Perang Tabuk yang lebih pas bila disebut sebagai ekspedisi, karena toh tidak ada konflik bersenjata di sana.
Semoga dapat pula diambil hikmah dan pembelajaran berupa keikhlasan dalam perlombaan berbuat baik, serta menjauhi tabiat buruk kaum munafik.