Perang Pattimura adalah perlawanan yang dilakukan oleh pasukan Pattimura melawan pasukan Belanda. Perang ini terjadi pada tahun 1817 di Maluku. Perlawanan tersebut terjadi karena kedatangan Belanda di Maluku membawa banyak kesengsaraan bagi rakyat. Tentu saja hal tersebut membuat geram para pejuang Maluku, termasuk Pattimura.
Ingin tahu kelanjutan sejarah Perang Pattimura secara lengkap? Yuk, ikuti artikel di bawah ini sampai selesai!
Sejarah Perang Pattimura
Perang Pattimura adalah peperangan yang terjadi di wilayah Maluku. Pertempuran terjadi antara pasukan Pattimura dengan pasukan Belanda. Kapitan Pattimura memiliki nama asli Thomas Matulessy. Dalam perlawanan ini, ia memiliki beberapa teman yang sama-sama berjuang membela tanah air.
Pada awal pertempuran, pasukan Pattimura selalu mendapatkan kemenangan. Namun, akhirnya ia dihukum gantung oleh Belanda.
Peta Perang Pattimura
Berikut ini adalah peta wilayah peperangan Pattimura.
Latar Belakang
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan meletusnya Perang Pattimura.
Hal tersebut diantaranya:
1. Kebijakan Pelayaran Hongi dan Hak Ekstirpasi.
Pelayaran Hongi sendiri adalah monopoli rempah-rempah, sedangkan hak ekstirpasi adalah kebijakan untuk tidak menanam rempah-rempah yang tidak ikut dalam monopoli (pala dan cengkeh).
2. Belanda yang mengambil alih kekuasaan Inggris.
3. Hal ini membuat rakyat Maluku harus beradaptasi kembali dengan kebijakan yang baru.
4. Kebijakan Belanda yang memberatkan rakyat Maluku (kerjawa wajib, pembayaran wajib, serta pajak yang tinggi).
5. Pergantian mata uang yang membuat rakyat Maluku harus beradaptasi lagi kembali dengan sistem pembayaran.
6. Rakyat Maluku dipaksa untuk menjadi prajurit perang.
Kronologi
Perang ini mulai meletus pada tahun 1817. Kapitan Pattimura berlaku sebagai pimpinan perang dengan dibantu oleh beberapa pejuang lain, yaitu Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwael, Anthony Reebok, serta Philip Latumahina. Serangan pertama kali dilancarkan oleh masyarakat Maluku pada tanggal 15 Mei 1817.
Tempat yang pertama kali diserbu adalah Pos Perahu di Pelabuhan Porto. Hasil dari serangan pertama tersebut adalah hangusnya perahu-perahu milik Belanda. Kemudian, esok harinya pasukan Pattimura kembali melakukan perlawanan.
Tempat yang diserang adalah Benteng Duurstede. Tidak lama, pasukan Pattimura berhasil mengepung tempat tersebut hingga menewaskan Residen Van Den Berg. Akhirnya Benteng Duurstede bisa jatuh ke tangan pasukan Pattimura.
Perang Balasan dari Belanda
Kekalahan membuat Belanda tersulut api amarah. Mereka langsung mengirim pasukan dengan perlengkapan senjata yang memadai. Pasukan tersebut dipimpin oleh Mayor Beetjess. Akhirnya, pada tanggal 20 Mei 1817 pertempuran kembali meletus di Saparua.
Kemenangan jatuh ke tangan pasukan Patimura, sedangkan Mayor Beetjess tewas dalam pertempuran tersebut. Pasukan Pattimura terus melakukan serangan hingga membuat Belanda kewalahan. Belanda akhirnya meminta bantuan dari pasukannya yang ada di Ambon. Setelah mendapatkan pasukan bantuan, Belanda kembali menyerang pasukan Pattimura secara besar-besaran.
Pasukan Belanda kala itu dipimpin oleh Kapten Lisnet dan Kapten Mayer. Serangan pertama dilancarkan ke benteng pertahanan Pattimura di Benteng Duurstede.
Akhir Perlawanan
Pasukan Pattimura akhirnya terdesak. Mereka mengosongkan Benteng Duurstede dan melarikan diri. Akhirnya benteng tersebut kembali jatuh ke tangan Belanda. Satu demi satu, teman seperjuangan Pattimura yang menjadi pemimpin pasukan tertangkap. Bahkan, Pattimura juga ikut menjadi tawanan. Ini adalah masa-masa kekalahan pasukan Pattimura.
Setelah berhasil menangkapnya, Belanda mengajak Pattimura untuk berunding, tetapi selalu ditolak. Hukuman gantung diberikan kepada Pattimura pada tanggal 16 Desember 1817. Proses hukuman gantung Pattimura dilakukan di Benteng New Victoria Ambon.
Kata-kata terakhir yang diucapkan Pattimura sebelum kematiannya adalah “Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tapi sekali waktu kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit”. Sebagai penghormatan atas jasanya, Pattimura dinobatkan sebagai Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan. Nama beliau juga diabadikan menjadi nama bandara dan perguruan tinggi.
Tokoh yang Terlibat
Terdapat banyak tokoh yang terlibat dalam Perang Pattimura. Tokoh-tokoh tersebut di antaranya:
1. Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy
2. Lucas Latumahina
3. Thomas Pattiwael
4. Anthony Reebok
5. Ulupaha
6. Johannes Matulessy
7. Philip Latumahina
8. Paulus Tiahahu
9. Chritina Martha Tiahahu
10. Said Parintah
11. Raja Tiow
Dampak dan Akibat
Perlawanan di Maluku menyisakan luka yang mendalam. Hal ini karena ada banyak pejuang yang tertangkap dan diberi hukuman gantung oleh Belanda. Selain itu, hal yang menyakitkan adalah perlakuan yang diberikan terhadap jasad Pattimura dan pejuang lain yang telah dihukum gantung.
Setelah meninggal, jasad tersebut tidak diturunkan untuk dikubur, melainkan dibiarkan menggantung, dimakan burung, mengering, hingga terbang bersama dengan debu. Hal ini dilakukan Belanda berdasarkan vonis yang diberikan oleh Dewan Persidangan Ambon (Ambonsche Raad van Justitie).
Hal tersebut juga menjadi peringatan bagi rakyat Maluku agar tidak melawan perintah dan kebijakan yang dilakukan oleh Belanda.
Hasil Perlawanan
Perlawanan bangsa Indonesia di Maluku berakhir setelah tewasnya Kapitan Pattimura. Ada beberapa dampak dan akibat yang ditimbulkan pasca tewasnya Pattimura. Dampak dan akibat tersebut di antaranya:
1. Hukuman bagi Christina Martha Tiahahu dari Belanda. Ia dihukum Belanda dengan cara dibuang ke Jawa.
2. Rakyat Maluku tetap dipaksa untuk kerja rodi atau dipaksa menjadi prajurit Belanda.
3. Perlakuan Belanda terhadap rakyat Maluku semakin menjadi-jadi.
4. Hasil bumi dan rempah-rempah tetap dimonopoli, bahkan semakin gencar.
5. Belanda menambah jumlah perahu mereka.
6. Salah satu hal baik pasca perlawanan rakyat Maluku adalah bersatunya raja-raja di daerah lain, seperti Ternate,
Jawa, Bali, Tidore, serta Sulawesi dengan masyarakat Maluku.
Monumen dan Benda Bersejarah
1. Monumen Pattimura
Monumen Pattimura adalah ikon kota Maluku. Bangunan yang sarat akan cerita sejarah ini sudah berdiri sejak tahun 2008. Monumen Pattimura diletakkan di tengah persimpangan jalan. Hal ini bertujuan agar masyarakat selalu mengingat jasa-jasa beliau. Dibuat dari perunggu, monumen ini memiliki tinggi mencapai 7 meter dan berat 4 ton.
Dana yang digunakan untuk membuat monumen ini mencapai 2 miliyar. Tak jauh dari monumen, patung asli Pattimura berdiri kokoh di lokasi ia pernah dihukum gantung. Wisatawan yang datang ke Maluku biasanya menyempatkan datang ke monumen ini untuk sekadar berfoto.
2. Rumah Pattimura
Maluku adalah wilayah yang cukup penting dalam masa penjajahan Belanda. Rempah-rempah yang diinginkan Belanda mayoritas berada di Maluku. Salah satu pejuang kemerdekaan dari Maluku yang terkenal adalah Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy. Ia menjadi pemimpin perlawanan rakyat Maluku di Saparua dan sekitarnya.
Oleh karena itu, Pulau Saparua menjadi salah satu destinasi wisata wajib para wisatawan yang ingin merasakan pengalaman liburan bersejarah.
Rumah Pattimura juga berada di pulau ini. Banyak wisatawan yang penasaran bagaimana bentuk tempat tinggal sang pejuang kemerdekaan. Pulau Saparua sendiri terletak kurang lebih 50 mil dari Ambon.
Selain rumah Pattimura, di Pulau Saparua juga terdapat Benteng Duurstede yang pernah menjadi tempat pasukan Pattimura berlindung sebelum dikepung oleh Belanda. Rumah Pattimura masih dijaga oleh keturunannya yang ke-10, yaitu Frans Matulessy. Bangunan rumah yang memiliki model bangunan Belanda tersebut masih kuat berdiri hingga sekarang ini.
Masuk ke dalam rumah, pengunjung akan disambut dengan berbagai foto dan gambar Kapitan Pattimura. Di sudut rumah dipajang dengan rapi pakaian lengkap Pattimura yang digunakan saat perang serta parang asli yang ia gunakan untuk melawan Belanda. Selain itu, di rumah ini juga terdapat duplikat surat-surat yang dibuat Pattimura maupun Belanda. Surat tersebut dicetak seukuran A3 agar lebih mudah dibaca oleh pengunjung.
Nah, itu tadi adalah penjelasan mengenai betapa heroiknya perlawanan Pattimura beserta rakyat Maluku dalam mengusir penjajah. Meskipun akhirnya mereka mendapatkan kekalahan, tetapi semangat juang yang tidak pernah luntur ini patut untuk kita contoh bersama.
Keberanian rakyat Maluku dalam melawan Belanda meskipun dengan senjata seadanya juga harus diapresiasi. Semangat juang yang tinggi serta keberanian membela tanah air harus kita contoh. Namun, tidak ada salahnya jika kita memiliki cara sendiri dalam usaha membela tanah air. Hal yang terpenting adalah tetap menghargai perjuangan para pahlawan dan tidak melupakan jasa-jasanya.