Perang Mu’tah adalah perang yang terjadi antara kaum muslimin dengan bangsa Romawi. Perang ini terjadi pada tahu 629 Masehi di dekat kampung yang bernama Mu’tah, di sebelah timur Sungai Yordan dan Al Karak. Pertempuran ini terjadi karena utusan yang dikirim oleh Nabi Muhammad dibunuh di sekitar wilayah kekuasaan mereka. Padahal, sebelumnya utusan Nabi Muhammad selalu kembali dengan selamat. Setelah beberapa pertimbangan, Nabi Muhammad akhirnya mengirim pasukan Khulafaur Rasyidin menuju ke medan perang.
Penasaran dengan sejarah Perang Mu’tah? Yuk, simak ceritanya di bawah ini!
Peta Perang Mu’tah
Berikut ini adalah peta wilayah Perang Mu’tah.
Sejarah dan Pengertian
Perang Mu’tah berlangsung pada tahun 629 Masehi. Pertempuran ini terjadi antara pasukan yang dikirim oleh Nabi Muhammad (Khulafaur Rasyidin) dengan Kekaisaran Romawi Timur.
Nabi Muhammad mengutus al-Harits bin Umair untuk mengirimkan surat dakwah ke Syam. Dalam perjalanannya, al-Harits dibunuh oleh Syurahbil, penguasa wilayah setempat. Masih di tahun yang sama, utusan Nabi Muhammad yang lain juga dibunuh di sekitar Syam. Hal ini mengejutkan karena sebelumnya belum pernah ada utusan Nabi Muhammad yang dibunuh dalam misi.
Namun, ada sumber lain yang mengatakan bahwa Perang Mu’tah dilakukan sebagai upaya penaklukan bangsa Arab yang gagal. Akhirnya pendapat ini mendapat banyak kritikan karena tidak mampu memberikan latar belakang perang yang logis.
Jalannya Perang
Nabi Muhammad telah menunjuk 3 komandan yang akan bekerja bergantian jika terdapat komandan yang gugur terlebih dahulu. Sebelumnya Nabi Muhamad belum pernah membuat keputusan seperti ini. Ketiga sahabat Nabi Muhammad yang terpilih adalah Jafar bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, serta Abdullah bin Rawahah.
Terdapat sejumlah 3000 pasukan yang berangkat ke medan perang. Di tengah perjalanan, kaum muslimin mendengar kabar bahwa musuh telah mempersiapkan 100.000 pasukan. Selain itu, kaum nasrani yang berasal dari beberapa suku di Arab juga mengirim pasukan dengan jumlah yang sama.
Mendengar hal tersebut, para pimpinan berharap Nabi Muhammad akan mengirim pasukan bantuan atau memberi perintah lainnya. Kemudian Abdullah bin Rawahah memberikan beberapa kata penyemangat bagi para pasukannya. Ia berkata bahwa perjuangan mereka bukan karena jumlah pasukan ataupun beradu kekuatan, melainkan untuk membela agama Allah.
Ia juga menambahkan bahwa jika sampai mereka gugur dalam peperangan, maka mereka akan mendapat gantinya dari Allah SWT. Pasukan khulafaur rasyidin setuju dengan perkataan Abdullah bin Rawahah tersebut.
Zaid bin Haritsah maju menjadi utusan komandan yang pertama, sayangnya ia akhirnya gugur di medan perang. Jafar bin Abi Thalib menjadi komandan yang kedua. Ia berjuang sampai akhir hingga kedua tangannya putus.
Akhirnya ia meninggal dengan posisi memeluk bendera kaum muslimin. Abdullah, komandan yang ketiga juga harus meregang nyawa di medan perang. Akhirnya Nabi Muhammad segera memilih pengganti yang akan menjadi komandan.
Keputusan jatuh kepada Khalid bin Walid. Ia terkenal dengan kecakapannya dalam mengatur strategi. Akhirnya umat muslim berhasil mendapatkan kemenangan, bangsa Romawi mendapatkan banyak kerugian.
Akhir Pertempuran
Banyak pihak yang tidak percaya jika Perang Mu’tah dimenangkan oleh kaum muslimin. Hal ini karena jumlah yang sangat tidak seimbang. Namun, nyatanya peperangan dimenangkan oleh kaum muslimin.
Korban yang jatuh dari pihak musuh jumlahnya sangat banyak. Sedangkan korban dari kaum muslimin hanya berjumlah 12 orang. Dua belas orang tersebut termasuk ketiga komandan yang gugur dalam memimpin peperangan.
Tokoh yang Terlibat
1. Zaid bin Haritsah
Ia adalah panglima pertama yang dipilih oleh Nabi Muhammad. Setelah melakukan penyerangan terhadap musuh, ia harus tewas di medan perang.
2. Jafar bin Abu Thalib
Ia merupakan panglima kedua yang ditugaskan oleh Nabi Muhammad. Ketika berperang, ia membawa bendera di tangan kiri dan menyerang dengan tangan kanan. Sayang sekali tangan kanannya berhasil ditebas oleh musuh.
Tak lama, tangan kirinya juga ikut ditebas oleh musuh. Akhirnya ia meninggal dengan memeluk bendera di dadanya.
3. Abdullah bin Rawahah
Ia adalah panglima ketiga yang dipilih oleh Nabi Muhammad. Sayang sekali ia juga tewas seketika setelah melakukan penyerangan terhadap musuh.
4. Khalid bin Walid
Ia adalah panglima yang diutus secara mendadak setelah ketiga panglima Nabi Muhammad meninggal. Khalid sangat terkenal memiliki kemampuan di bidang militer. Karena taktik yang ia rancang, akhirnya kaum muslimin bisa memenangkan Perang Mu’tah. Selama ia hidup, ia jarang dikalahkan.
Strategi Perang Mu’tah
1. Strategi Nabi Muhammad
Salah satu strategi yang direncanakan oleh Nabi Muhammad adalah pergerakan yang besar. Ia mengirim 3000 pasukan menuju Perang Mu’tah, jumlah ini adalah jumlah pasukan terbesar yang dimiliki kaum muslimin setelah Perang Ahzab. Nabi Muhammad juga membuat strategi untuk memilih 3 panglima sekaligus sebagai pengganti jika panglima pertama gugur terlebih dahulu.
Hal ini cukup membantu dalam perang yang keadaannya kacau. Selain itu, Nabi Muhammad juga berpesan kepada pasukannya untuk selalu mematuhi aturan perang. Aturan perang yang dimaksud adalah berperang dengan nama Allah, tidak membunuh anak-anak, wanita, dan orang yang sudah renta, dan lain sebagainya.
2. Strategi Komandan Perang
Ada beberapa startegi yang dibentuk oleh para panglima perang pilihan Nabi Muhammad.
Pertama, kaum muslimin harus mengetahui peta kekuatan musuh, erapa jumlah pasukan yang dibawa dan berasal dari mana untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan musuh. Dalam keadaan yang mendesak setelah mengetahui jumlah musuh, para panglima perang mengirim surat kepada
Nabi Muhammad untuk meminta tambahan pasukan. Namun, Nabi Muhammad menolak hal tersebut. Ia kembali menegaskan kepada pasukannya bahwa mereka berperang bukan karena kekuatan, melainkan karena membela agama Allah. Oleh karena itu, mereka harus yakin terhadap kekuatan Allah.
Para panglima ini juga membagi pasukan menjadi beberapa pos komando untuk memudahkan koordinasi. Setelah itu mereka melakukan pergantian panglima perang sesuai dengan perintah Nabi Muhammad.
Dampak dan Akibat
Dampak yang ditimbulkan atas Perang Mu’tah adalah banyaknya korban yang berjatuhan dari pihak bangsa Romawi. Selain itu, karena kemenangan kaum muslimin, bangsa Romawi semakin kehilangan kepercayaan dari pengikutnya. Reputasi bangsa Romawi di mata bangsa lain juga tidak menjadi semakin baik.
Hikmah Perang Mu’tah
Terdapat beberapa pelajaran yang bisa diambil dari Perang Mu’tah. Pelajaran tersebut meliputi:
1. Memilih pemimpin secara bersamaan dengan masa kepemimpinan bergantian diperbolehkan
2. Pemilihan Khalid bin Walid sebagai panglima perang merupakan dalil mengenai ijtihad yang diperbolehkan di masa Nabi Muhammad
3. Ketiga panglima perang beserta Khalid bin Walid memiliki keutamaan, mereka diberi gelar Saifullah oleh Nabi Muhammad
4. Kesedihan atas suatu musibah merupakan sesuatu yang wajar
5. Kemenangan umat muslim bukan karena kekuatannya, melainkan karena taat kepada Allah
Nah, itu tadi adalah penjelasan dan sejarah mengenai Perang Mu’tah. Ada beberapa hal yang bisa diperoleh dari cerita para sahabat Nabi Muhammad dalam Perang Mu’tah. Sikap pantang menyerah yang dimiliki para sahabat Nabi Muhammad patut dicontoh oleh kaum muslimin zaman sekarang. Membela agama tanpa pantang menyerah menjadi sesuatu yang dicintai Allah. Oleh karena itu, mari bersama-sama membela agama Allah dengan sepenuh jiwa dan raga.