Perang Jamal adalah perang yang terjadi antara pasukan Aisyah dengan pasukan Ali bin Abi Thalib pada 7 November 656 di Basrah. Pertempuran ini sering disebut dengan nama Perang Unta karena banyak pasukan yang mengendarai unta. Perselisihan dalam perang ini berakar dari provokasi beberapa pihak mengenai pertanggungjawaban atas terbunuhnya Usman bin Affan.
Penasaran dengan akhir dari Perang Jamal? Yuk, baca kelanjutannya di bawah ini!
Peta Perang Jamal
Berikut adalah peta wilayah pertempuran Perang Jamal.
Sejarah dan Penyebab
Perang Jamal terjadi pada tanggal 7 November 656. Selain Perang Unta, nama lain dari perang ini adalah Perang Basra (karena terjadi di Basra, Irak). Pertempuran ini terjadi antara pasukan yang berpihak kepada Ali bin Abi Thalib dengan pasukan yang berpihak kepada Aisyah.
Latar belakang terjadinya perang ini adalah Aisyah yang meminta pertanggungjawaban atas kematian Usman bin Affan. Pada awalnya, Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam berbaiat kepada pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Kemudian mereka menemui Aisyah untuk meminta pertanggungjawaban atas terbunuhnya Usman bin Affan.
Setelah pertemuan tersebut, terdapat beberapa orang tambahan yang mengikuti jejak mereka. Akhirnya mereka bersama 700 orang lainnya pergi ke Basra dalam misi mencari pembunuh Usman bin Affan.
Di Basra, mereka bertemu dengan Usman bin Hufain. Usman bin Hufain selaku gubernur Basra meminta mereka untuk menahan pergerakan dan menunggu kedatangan Ali dari Madinah. Namun, pertempuran tidak bisa dibendung setelah adanya “provokasi” dari Jabalah.
Akibatnya, Usman bin Hufain terbunuh dalam pertempuran ini. Sedangkan Ali baru mendengar berita kematian Usman bin Hufain setelah sampai di Kufah. Ia langsung mengumpulkan 10.000 pasukan.
Jalannya Perang
Akhirnya, pada hari Kamis pertengahan bulan Jumadil Akhir, Perang Jamal meletus. Sebelum pertempuran dimulai, Sahabat Ali membacakan salah satu mishaf dan berharap perang tidak jadi dilakukan. Namun, pihak Aisyah tidak mau mendengarkannya. Salah seorang sahabat Ali bin Abi Thalib justru terbunuh, dan pasukannya juga dihujani menggunakan anak panah.
Akhirnya Ali mengatakan kepada pasukannya bahwa perang sudah boleh dilakukan dengan beberapa ketentuan. Mereka tidak boleh menyerang terlebih dahulu, tidak boleh membunuh yang terluka, tidak boleh melukai anak-anak dan wanita, serta ketentuan lainnya. Sedangkan Aisyah telah siap di atas unta dengan pakaian besi yang lengkap.
Akhir Pertempuran
Setelah beberapa jam berperang, ada banyak korban yang berjatuhan. Thalhah mendapatkan serangan anak panah di kakinya. Ia dirawat di salah satu rumah warga di Basrah karena mengalami pendarahan yang hebat. Akhirnya Thalhah meninggal karena telah kehabisan banyak darah.
Zubair keluar dari medan perang sebelum perang usai. Ia menyesali segala perbuatannya. Setelah perang telah selesai, ia melarikan diri dengan kembali ke Madinah. Amru bin Jurmuz mengetahui bahwa Zubair melarikan diri. Akhirnya Amru mengikutinya kembali ke Madinah. Namun, di tengah perjalanan Amru membunuh Zubair.
Keadaan Terakhir Aisyah
Aisyah segera turun dari pelana unta setelah perang selesai. Ia dibuatkan tenda di sekitar tempat peperangan. Ali bin Abi Thalib ‘membuka mata’ Aisyah atas kekacauan yang terjadi. Akhirnya setelah beberapa hari tinggal di Basrah, Aisyah kembali ke Madinah bersama Ali. Setiap mengingat kejadian di Basrah, Aisyah merasakan penyesalan yang mendalam.
Tokoh yang Terlibat
1. Sahabat Ali / Ali bin Abi Thalib
Khalifah Ali lahir pada tanggal 13 bulan Rajab. Nama aslinya adalah Ali bin Abi Thalib. Ada sejumlah perbedaan pendapat antara mahzab satu dengan lainnya, antar-aliran satu sama lain, mengenai urutan kekhalifahan setelah Nabi Muhammad SAW meninggal. Namun pendapat yang lebih universal menyatakan bahwa Sahabat Ali merupakah khalifah keempat, setelah masa kepemimpinan ‘Usman bin ‘Affan.
Ada banyak keutamaan yang dimiliki oleh Ali. Salah satu hal yang membuatnya terkenal adalah ia pernah menggantikan Nabi Muhammad SAW untuk tidur di ranjangnya ketika Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah diam-diam. Ayat-ayat dalam Al-Qur’an terkait keistimewaan Ali ibn Abu Thalib di antaranya adalah ayat ke 61 Surah Ali Imran (salah satu aliran menyebutnya ayat Mubahalah) dan penggalan ayat 33 Surah Al-Ahzab (ayat Tathir).
Selama hidupnya, ia mengikuti hampir semua peperangan yang dilakukan Nabi Muhammad kecuali Perang Tabuk. Kala itu ia diminta oleh Nabi Muhammad SAW untuk menjadi wakil Beliau di Madinah. Akhirnya ia meninggal ketika melaksanakan sholat di Masjid Kufah karena dibunuh oleh Ibnu Muljam Muradi.
2. Aisyah RA
Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib, Aisyah pernah terjerat dalam pemberontakan orang-orang yang menuntut atas meninggalnya Usman bin Affan. Pemberontakan tersebut berakhir menjadi Perang Jamal. Namun, pasukan yang Aisyah ikuti kalah dalam perang tersebut.
Setelah kekalahannya, Aisyah RA diantar kembali ke Madinah oleh Muhammad bin Abu Bakar. Sebelum meninggalkan Basrah, Aisyah bertemu dengan Ali untuk mengucapkan beberapa patah kata. Ia juga berpesan kepada beberapa pasukan yang masih tinggal di sana bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya merupakan kesalahpahaman. Biarkan masa lalu tersebut menjadi pembelajaran di masa depan.
Dampak dan Akibat
Dampak paling nyata dari Perang Jamal adalah jumlah korban yang terbunuh. Abu Khatsamah dari Wahab bin Jarir meriwayatkan bahwa jumlah pasukan Basrah yang terbunuh mencapai 2500 orang. Sedangkan riwayat lain menyebutkan bahwa jumlah korban dalam Perang Jamal berkisar antara 2500 – 6000 orang.
Di sisi lain, pasukan Ali ibn Abi Thalib RA kehilangan 400 – 600 sebagai korban. Tak hanya itu, kerugian materi juga dialami oleh kedua belah pihak. Padahal, perang seperti ini seharusnya bisa dihindari.
Namun, karena adanya “provokasi” dari seseorang, perpecahan tidak bisa dihindari. Penyesalan mendalam yang dirasakan oleh Aisyah juga merupakan dampak dari pecahnya peperangan ini. Setiap perbuatan pasti memiliki dampak yang entah baik atau buruk terhadap individu yang melakukannya.
Hikmah Perang Jamal
Ada beberapa hikmah yang bisa dipelajari dari Perang Jamal. Pertama, akan selalu ada tokoh yang berusaha membuat perpecahan dalam Islam. Oleh karena itu, para pemimpin sebaiknya mempertimbangkan keberadaan tokoh seperti ini. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi adanya perpecahan yang lebih besar.
Pemimpin juga harus memberikan pemahaman kepada pasukannya untuk tidak mudah terprovokasi hal-hal yang memicu perpecahan. Selain itu, kita sebagai umat Islam juga harus memahami dengan baik Tarbiyah dan Dakwah yang telah diajarkan oleh para ulama. Hal ini sangat berguna untuk memerangi kejahatan yang terstruktur.
Biasanya, musuh Islam menargetkan kelompok-kelompok dari kalangan orang miskin dan kurang berpendidikan. Kelompok ini akan lebih mudah diprovokasi. Oleh karena itu, kita harus membekali diri kita sendiri dengan ilmu keislaman yang benar.
Dakwah Islam memang selalu diiringi dengan berbagai ujian. Sebaiknya kita tidak menganggap ujian ini sebagai masalah, melainkan sebagai pelajaran dari kehidupan.
Nah, itu tadi adalah penjelasan mengenai sejarah Perang Jamal. Ada banyak hal yang bisa diambil dari terjadinya pertempuran tersebut. Pertama, jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan jika belum siap menerima akibatnya. Semua hal harus dipikirkan dua kali agar kita tidak memiliki penyesalan di masa depan.
assalamu ‘alaikum.
tulisan yg sangat bagus.