Perang Bali adalah perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Bali dalam melawan pasukan Belanda pada tahun 1846 di Bali. Perlawanan tersebutterjadi karena Belanda memiliki ambisi untuk memperluas wilayah kekuasaan. Tindakan yang dilakukan Belanda penuh pemaksaan dan menyengsarakan rakyat Bali. Oleh karena itu, para petinggi di Bali geram dengan tindakan yang dilakukan oleh Belanda.
Ingin tahu kelanjutan kisah Perang Bali? Yuk, simak info lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Peta Perang Bali
Berikut adalah peta wilayah perlawanan rakyat Bali.
Sejarah Berbagai Perang Bali
1. Perang Bali I
Pada abad ke 19, Belanda kembali melancarkan tujuannya untuk menguasai seluruh wilayah Indonesia. Bali merupakan salah satu wilayah yang menjadi sasaran Belanda. Usaha Belanda untuk menguasai Bali dimulai dengan dibuatnya perjanjian pada tahun 1841. Perjanjian tersebut berbunyi “Raja-raja Bali mengakui bahwa seluruh kerajaan berada di bawah kekuasaan Belanda. Perjanjian ini merupakan bukti keinginan Belanda untuk menguasai Bali”.
Namun, hak tawan karang yang dimiliki raja-raja Bali menghalangi keinginan Belanda. Hak tersebut dimiliki raja Bali untuk menawan perahu yang terdampar di perairan wilayah kerajaan mereka. Sebenarnya, pada tahun 1843, Belanda telah membuat perjanjian dengan Raja Buleleng terkait kapal yang menepi di wilayah kerajaannya.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Raja Buleleng berjanji jika ada kapal Belanda yang menepi di wilayah Kerajaan Buleleng, hak tawan karangnya tidak akan berlaku. Namun, perjanjian tersebut tidak berjalan dengan semestinya. Kapal Belanda tetap dirampas oleh pasukan dari Kerajaan Buleleng.
Hal ini yang menjadi alasan Belanda menyerang Kerajaan Buleleng. Kerajaan ditembaki dengan meriam, sedangkan pantai wilayah Kerajaan Buleleng diblokade. Kemudian Raja Buleleng pura-pura menyerah, perlawanannya digantikan oleh I Gusti Ketut Jelantik.
2. Perang Bali II
Pada Perang Bali yang kedua, perlawanan masih dilakukan oleh pasukan Kerajaan Bali terhadap pasukan Belanda. Dalam pertempuran tersebut, Belanda memanfaatkan hak tawan karang yang dimiliki oleh raja-raja Bali. Hak tersebut tidak diakui secara internasional sehingga Belanda bisa mendapatkan keuntungan, sedangkan masyarakat Bali disengsarakan.
Kala itu pasukan Belanda jumlahnya mencapai 2.400 prajurit, 30% dari anggotanya adalah orang Eropa, sisanya orang yang berasal dari Jawa dan Madura. Pasukan dari Bali sendiri jumlahnya mencapai 16.00 prajurit, termasuk 1.500 anggota yang dilengkapi dengan senapan. Hasil dari pertempuran tersebut adalah tewasnya 200 orang prajurit Belanda.
Belanda mundur dengan menggunakan kapal, sedangkan pasukan Bali mundur ke Jagaraga.
3. Perang Bali III
Kegagalan 2 penyerangan sebelumnya membuat Belanda tidak mau menyerah. Dalam penyerangan ketiga ini, pasukan Belanda dipimpin oleh Andreas Victors Michiels. Michiels diberikan tugas untuk memimpin pasukan yang terdiri dari 100 buah kapal, 5000 prajurit, serta 3000 pelaut.
Tanggal 28 Maret 1849 pasukan tersebut menuju Buleleng, tetapi tidak melakukan banyak perlawanan. Dua hari kemudian, mereka berpindah tempat ke Singaraja untuk melakukan perundingan. Sayangnya perundingan tersebut gagal. Karena kegagalan tersebut, pasukan pimpinan Michiels merencanakan penyerangan ke Jagaraga.
Tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, Belanda tidak melakukan pelayaran melalui Bali barat, tetapi selatan. Pasukannya mendarat di Padang Bai untuk bersiap menyerang Klungkung terlebih dahulu. Setelah berhasil menduduki Klungkung, Belanda langsung menyerang Goa Lawah dan Kusamba. Sayangnya, pasukan Belanda kembali mendapatkan banyak korban karena terserang wabah.
4. Perang Banjar
Perang Bali memang sudah terkenal di kalangan masyarakat. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa masyarakat Bali juga pernah melakukan perlawanan di Banjar. Perlawanan di Banjar terjadi pada tanggal 20 September 1868. Pada tahun 1860, Belanda berhasil menduduki seluruh wilayah Buleleng.
I Gusti Ketutu Jelantik dilantik sebagai Raja Buleleng yang menjalankan perintah Residen Buleleng. Sedangkan daerah Banjar dipimpin oleh Ida Made Rai. Karena suatu hal, untuk sementara ia digantikan oleh Ida Ketut Anom. Setelah masa pengasingannya di Banyuwangi selesai, Ida Made Rai kembali memimpin Banjar.
Rakyat pun sebenarnya juga kurang setuju menjadikan Ida Ketut Anom sebagai pemimpin. Oleh karena itu, setelah Ida Made Rai kembali, perlawanan rakyat untuk menentang Belanda pun dimulai. Lama kelamaan, pergerakan Ida Made Rai membuat Belanda. Kemudian Belanda kembali mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Mayor W.E.F. van Heemskerk.
Sempat tercetus di pikiran Ida Made Rai untuk berdamai dengan Belanda, tetapi tidak jadi ia lakukan. Ida Made Rai bersedia berhenti melakukan perlawanan jika ia diangkat menjadi Punggawa Banjar. Namun, permintaan tersebut tidak diterima oleh Belanda. Kemudian Belanda mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Bali untuk menyerah, namun ditolak.
Hal itu yang menjadikan perlawanan rakyat Bali kembali dilakukan. Ida Made Rai, tidak gentar. Pertempuran besar-besaran dilakukan pada 20 September. Kemenangan berada di tangan pasukan Bali. Namun, sayangnya pada pertempuran berikutnya, yaitu 3 Oktober, pasukan Bali akhirnya mengalami kekalahan karena terdesak.
5. Perang Puputan Badung
Perang Puputan Badung berawal dari terdamparnya Kapal Sri Komala di Pantai Sanur. Kapal tersebut merupakan kapal yang digunakan Kwee Tek Tjiang untuk mengangkut dagangannya. Ia merupakan seorang saudagar dari Cina. Kapal yang digunakan untuk mengangkut dagangannya tersebut berbendera Belanda.
Karena terdampar, ia meminta para pekerja untuk membongkar muatan kapal agar barang-barang masih bisa diselamatkan. Dua hari kemudian, seorang utusan dari Kerajaan Badung mengecek kapal yang terdampar tersebut. Kwee Tek Tjieng membuat laporan palsu terkait barang-barang yang ia bawa. Ia menuduh salah seorang rakyat Bali mencuri uangnya, tetapi Raja Badung tidak mempercayainya.
Hal itu adalah awal meletusnya Perang Puputan Badung. Van Heutsz, seorang gubernur Hindia Belanda yang ingin menguasai Bali memiliki paham yang berbeda dengan Raja Badung. Ia membela Kwee Tek Tjiang.
Bahkan Van Heutsz sampai mengeluarkan ultimatum kepada Raja Badung, tetapi ia tidak menghiraukannya. Akhirnya Van Heutsz mengirimkan tim ekspedisi untuk menghadapi perlawanan rakyat Bali. Sayangnya, perlawanan tersebut dimenangkan oleh Belanda karena pihak kerajaan kalah jumlah.
6. Perang Puputan Klungkung
Perang Puputan Klungkung berawal dari patroli keamanan yang dilakukan oleh Belanda di wilayah Kerajaan Klungkung. Para raja tak terima dengan hal tersebut karena dianggap melanggar peraturan. Belanda menganggap perlakuan Kerajaan Klungkung tersebut sebagai pemberontakan.
Akhirnya Belanda mengeluarkan ultimatum kepada Kerajaan Klungkung untuk menyerah, tetapi raja tetap pada pendiriannya. Sayangnya semangat rakyat Bali tidak bisa membawa kemenangan untuk mereka. Pasukan yang lebih besar dan persenjataan yang lengkap membuat Belanda mendapatkan kemenangan.
Tokoh-tokoh yang Terlibat
1. Raja Buleleng
Raja Buleleng memiliki nama asli I Gusti Anglurah Panji Sakti. Ia merupakan anak I Gusti Ketut Jelantik dengan selirnya yang bernama Sri Luh Pasek Gobleg. I Gusti Ngurah Jelantik khawatir bahwa putranya tersebut akan menyingkirkan putra mahkota. Akhirnya dalam usianya yang masih 12 tahun ia diasingkan ke desa asal ibunya. Ketika dewasa, ia mendirikan sendiri kerajaannya, yaitu Kerajaan Buleleng.
2. Raja Karangasem
Raja Karangasem memiliki nama asli I Gusti Gede Karangasem. Ia menjabat pada tahun 1801-1806. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Karangasem memperluas wilayah kekuasaannya hingga Buleleng dan Jembrana. Setelah wafat, ia digantikan putranya yang bernama I Gusti Gede Lanang Karangasem.
3. I Gusti Ketut Jelantik
Ia merupakan salah satu pahlawan dari Bali yang mendapat gelar Pahlawan Nasional. I Gusti Ketut Jelantik adalah patih Kerajaan Buleleng. Sayangnya, ia harus gugur pada perangnya yang terakhir.
Dampak dan Akibat Perang Bali
1. Bidang Politik
Dampak dan akibat Perang Bali di bidang politik adalah seluruh Pulau Bali dikuasai oleh Belanda dan raja-raja Bali kehilangan kekuasaan.
2. Bidang Ekonomi
Dampak dan akibat Perang Bali di bidang ekonomi adalah monopoli yang dilakukan Belanda semakin banyak. Bali merupakan daerah yang strategis sehingga Belanda sangat berambisi untuk menguasai Bali.
3. Bidang Sosial
Dampak dan akibat Perang Bali di bidang sosial adalah banyak kebijakan yang diubah oleh Belanda. Beberapa upacara adat juga dihapus oleh Belanda.
Monumen dan Benda Bersejarah
1. Koleksi Keris
Keris merupakan senjata yang digunakan rakyat Bali dalam perlawanannya menghadapi Belanda. Berdasarkan cerita masyarakat Bali, keris tidak hanya digunakan sebagai sarana membunuh tapi juga memberikan kharisma tersendiri bagi pemiliknya. Koleksi keris yang dulu digunakan semasa perang disimpan di dalam Museum Buleleng.
2. Istana Klungkung
Tidak semua bangunan Istana Klungkung masih berdiri dengan kokoh. Bangunan yang tersisa adalah Kertha Gosa dan Bale Kambang. Keindahan Istana Klungkung menarik banyak wisatawan mancanegara yang ingin mempelajari sejarah Indonesia.
Nah, itu tadi adalah penjelasan mengenai perlawanan rakyat Bali. Hal yang dapat dipelajari dari perlawanan ini adalah sikap pantang menyerah yang dimiliki oleh raja-raja Bali. Meskipun terdapat kesenjangan jumlah pasukan, prajurit kerajaan Bali tidak gentar dan tetap maju melawan penjajah. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan tanah air mereka yang tercinta.