Drama adalah suatu karya seni sastra yang berupa naskah dialog dan dapat dipentaskan. Ada banyak tema yang bisa diangkat menjadi drama, mulai dari kehidupan sehari-hari hingga cerita fantasi. Drama dimainkan berdasarkan naskah yang sebelumnya telah dibuat.
Ingin tahu lebih lanjut mengenai pengertian drama dan pementasannya? Yuk, ikuti terus artikel di bawah ini sampai habis!
Pengertian Drama
1. Menurut KBBI
Menurut KBBI, drama merupakan sebuah drama atau kisah.
2. Menurut Para Ahli
a. Moulton
Drama adalah kisah hidup seseorang atau sekelompok orang yang digambarkan melalui gerakan.
b. Balthazar Vallhagen
Drama adalah sekumpulan gerakan yang dilakukan berdasarkan watak dan sifat manusia.
c. Ferdinand Brunetiere
Drama merupakan sesuatu yang harus melahirkan kemauan dengan gerakan.
d. Budianta dkk
Drama merupakan karya sastra yang menampilkan gerakan, percakapan, serta dialog yang dilakukan tokohnya.
e. Tim Matrix Media Literata
Drama adalah kesenian yang menampilkan kisah hidup manusia.
f. Seni Handayani
Menurutnya, terdapat 2 jenis drama, yaitu drama tertulis dan drama yang bisa dipentaskan.
g. Wildan
Drama merupakan kesenian yang terdiri dari 2 jenis, yaitu drama tertulis dan drama yang dipentaskan.
h. Anne Civardi
Drama dapat dikatakan sebagai kisah yang digambarkan melalui gerakan dan lisan.
i. Krauss
Drama berasal dari sebuah nyanyian yang digabungkan dengan dialog.
k. Tjahjono
Drama lahir bukan hanya untuk dibaca naskahnya tetapi juga untuk dipentaskan.
l. Tambojang
Drama merupakan tontonan yang dimulai pada suatu malam dan berakhir pada malam yang sama.
m. E. R. Reaske
Drama adalah gambaran kegiatan manusia yang dicerminkan melalui tindakan, penampilan, serta dialog para tokohnya.
n. Sumarjo
Drama merupakan karya sastra yang dibuat dalam bentuk naskah yang bisa dipentaskan.
Ciri-ciri
1. Prosa modern yang berbentuk naskah dan sengaja dibuat untuk dipentaskan
2. Bisa berbentuk prosa maupun puisi
3. Terdiri dari dialog yang akan diperankan oleh para tokohnya
4. Pemikiran penulis disampaikan melalui watak dan sifat para tokohnya
5. Terdapat konflik sebagai unsur penting pembangun drama
6. Naskah yang baik adalah naskah yang dibuat berdasarkan konflik
7. Gaya bahasa dalam drama dapat memberikan gambaran mengenai keadaan masyarakat setempat
Struktur
1. Babak atau Episode
Struktur ini digunakan sebagai pembeda satu waktu dengan waktu lainnya dalam sebuah pementasan drama.
2. Adegan
Adegan adalah salah satu struktur drama yang menunjukkan suatu peristiwa atau kejadian.
3. Dialog
Dialog adalah percakapan yang dilakukan antartokoh.
4. Prolog
Prolog adalah pengantar yang dibacakan pada awal dimulainya pementasan drama.
5. Epilog
Epilog adalah penutup yang dibacakan pada akhir selesainya pementasan drama.
Unsur
1. Tema
Tema adalah unsur paling dasar yang membangun cerita dalam sebuah pementasan drama.
2. Alur
Alur adalah urutan kejadian atau peristiwa di dalam sebuah pementasan drama.
3. Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang ada di dalam pementasan drama.
4. Peran
Peran adalah watak dan sifat yang dimiliki setiap tokoh dalam sebuah pementasan drama.
5. Latar
Latar adalah setting terjadinya peristiwa di dalam sebuah pementasan drama.
6. Amanat
Amanat adalah nilai atau pelajaran yang ingin disampaikan pembuat drama untuk para penonton.
Jenis-jenis
1. Berdasarkan Penyajian Lakon
a. Tragedi: jenis drama ini menceritakan kisah sedih tokoh utama dengan akhir cerita yang juga menyedihkan.
b. Opera: jenis drama ini memungkinkan semua dialognya dilakukan dengan cara bernyanyi.
c. Komedi: jenis drama ini menceritakan kisah lucu dan jenaka dari para tokohnya.
d. Tragi Komedi: jenis drama ini menggabungkan drama tragedi dan drama komedi.
e. Melodrama: jenis drama ini memungkinkan beberapa adegan di dalamnya diiringi oleh musik.
f. Tablo: jenis drama ini memungkinkan tokohnya hanya melakukan gerakan dan suara, tidak ada dialog seperti biasanya.
g. Farce: jenis drama ini disampaikan secara jenaka oleh para tokohnya.
2. Berdasarkan Sarana
a. Drama panggung
b. Drama televisi
c. Drama radio
d. Drama film
e. Drama wayang
f. Drama boneka
3. Berdasarkan Naskah
a. Tradisional: para pemeran tidak membawa naskah sama sekali ketika tampil.
b. Modern: para pemain membawa naskah saat tampil, tetapi tidak menutup kemungkinan mereka untuk improvisasi.
4. Berdasarkan Sastra Cakapan
a. Drama prosa: naskahnya berasal dari prosa.
b. Drama puisi: naskahnya berasal dari puisi.
5. Berdasarkan Kuantitas Cakapan
a. Pantomim: jenis drama ini hanya menggunakan gerakan tubuh tanpa menyampaikan dialog.
b. Minikata: jenis drama ini hanya menggunakan beberapa verbal secara terbatas.
c. Dialog-monolog: jenis drama ini banyak menggunakan dialog dan monolog.
6. Berdasarkan Pengaruh Unsur Seni
a. Opera: jenis drama ini mengutamakan musik dalam pementasannya.
b. Sendratari: jenis drama ini mengutamakan tarian dalam pementasannya.
c. Tablo: jenis drama ini tidak menggunakan dialog dalam pementasannya.
7. Bentuk Lainnya
a. Drama absurd: jenis drama ini sengaja melanggar aturan dan kaidah pementasan drama.
b. Drama baca: jenis drama ini naskahnya lebih cocok dibacakan daripada dipentaskan.
c. Drama borjuis: jenis drama ini secara spesifik mengangkat tema borjuis untuk dipentaskan.
Langkah Penulisan Naskah Drama
1. Membuat daftar pengalaman dan kejadian menarik yang pernah kita alami
2. Memilih salah satu peristiwa dari daftar yang telah dibuat
3. Mengembangkannya menjadi cerita beserta tokoh dan naskahnya
4. Tambahkan latar yang mendukung cerita
5. Buat pengembangan topik lain
6. Buat dialog berdasarkan catatan yang telah dibuat
Sejarah
Pada awalnya drama dianggap berasal dari Yunani Kuno. Padahal, sebenarnya drama asalnya dari Mesir Kuno. Terdapat bukti pembuatan teks naskah drama dalam beberapa piramida Mesir.
Tujuan
1. Sebagai sarana pengembangan bakat
2. Sebagai sarana hiburan masyarakat setempat
3. Sebagai sarana menambah wawasan mengenai pementasan drama
Fungsi
1. Memberikan hiburan melalui dialog para tokohnya
2. Berfungsi sebagai sarana penyebaran kebudayaan
3. Berfungsi sebagai sarana pelestarian kebudayaan
4. Memberikan wawasan yang penting bagi pendidikan
Manfaat
1. Meningkatkan rasa percaya diri individu maupun kelompok
2. Meningkatkan kemampuan pengontrolan emosi
3. Belajar memahami orang lain dan menghargai pendapat orang lain
4. Menjadi sarana edukasi
Pembabakan dalam Drama
1. Periode kebangkitan (1966-1942)
2. Periode pembangunan (1942-1945)
3. Periode awal perkembangan (1945-1950)
4. Periode perkembangan (1950-1965)
Prinsip dalam Kritik Drama menurut Goethe
1. Seniman hendak melakukan apa?
2. Seberapa baik seniman dapat melakukan hal tersebut?
3. Apa manfaatnya?
Membaca dan Memahami Drama
1. Menentukan Alur dalam Naskah Drama
Peristiwa yang memiliki urutan kejadian dari awal sampai akhir secara berurutan disebut dengan alur maju. Sedangkan naskah drama yang menggunakan flashback disebut dengan alur campuran.
2. Menentukan Penokohan dalam Naskah Drama
Tokoh utama biasanya digambarkan dengan sosok protagonis yang baik dan bertanggungjawab. Sedangkan tokoh antagonis merupakan pihak yang selali iri dan menyalahkan tokoh utama.
3. Menentukan Amanat dalam Naskah Drama
Amanat di dalam drama sifatnya ada, tapi tidak bisa dicari secara langsung. Pesan ini biasanya tersirat di dalam keseluruhan isi drama.
Contoh Naskah Drama Pendek
Bestari
Siswa dengan seragam Taman Kanak-kanak itu merengek kepada neneknya, “Pokoknya aku tidak mau pulang!” “Sudah..sudah. Kalau memang bukunya belum selesai dibaca, boleh Shana bawa pulang. Besok kalau sudah selesai, dikembalikan lagi, ya, ke Mbah Topo,” kata tukang becak itu. “Tidak mau, Mbah. Shana mau baca sambil naik becak! Ayo antar Shana keliling dulu,” rengek anak kecil itu. “Shana, Mbah Topo sudah mau pulang ke rumah. Becaknya sudah mau tidur itu, lho,” kata nenek Shana.
Padahal hari sudah semakin gelap. Lelaki 60-an tahun itu sudah terlihat letih setelah seharian mengayuh becaknya. Mulai memberesak buku bacaan yang ada di belakang tempat duduk penumpang di becaknya. Mata sayunya, ditambah dengan keringat yang terus bercucuran, menandakan bahwa ia ingin segera pulang dan menikmati makan malam. Namun, rengekan dari siswa yang lugu itu memberikan energi untuknya kembali mengayuh becaknya.
“Waduh, Mbah. Bagaimana ini? Saya jadi tidak enak sama Mbah Topo,” kata nenek Shana.
“Heh, Topo, rajin sekali kamu jam segini baru pulang,” kata Pak Wage, salah satu tukang becak lainnya. “Iya, Ge. Tadi masih mengantar Shana menghabiskan bacaannya dulu,” jawab Pak Topo. Pak Topo melanjutkan perjalanannya menuju rumah setelah berpamitan dengan Pak Wage. Dengan tatapan ketus Pak Wage memperhatikan Pak Topo yang perlahan menghilang dari pandangannya.
Langit Kota Yogyakarta hari ini cerah dengan suara latar nyanyian burung gereja. Pukul 05.00 pagi Pak Topo sudah bersiap menunggu penumpang di pertigaan depan Bank BPD DIY. Tak hanya Pak Topo, di sepanjang pinggiran jalan raya itu ada jejeran tukang becak lain yang juga mencari nafkah.
“Selamat pagi, Bu. Mau ke pasar? Mari dengan saya saja!” kata Pak Wage kepada ibu-ibu calon penumpang. “Terima kasih, Pak. Saya sudah langganan dengan Pak Topo,” kata ibu itu sambil tersenyum. Pak Topo yang melihat kejadian tersebut merasa tidak enak hati kepada Pak Wage. Memang Pak Wage dilewati lebih dahulu oleh ibu itu, tapi dia yang di belakang justru dipilih. Sambil mulai mengayuh becaknya, Pak Topo menyemangati Pak Wage supaya segera mendapatkan penumpang juga.
Namun, lagi-lagi ditanggapi ketus oleh Pak Wage. “Wage, kalau kamu begitu terus sama si Topo, malah penumpang semakin jauh dari kamu, lho. Rezeki orang, kan, sudah diatur sama Tuhan. Sudah, terima saja,” kata Pak Sunar, tukang becak lainnya, mencoba mengingatkan Pak Wage. “Tapi aku capek, Nar. Cuma gara-gara punya banyak bacaan, orang-orang lebih suka naik becaknya Topo. Nanti kalau aku juga menyediakan buku di becakku, dikira ikut-ikutan!” Pak Wage menjawab dengan nada tinggi.
“Ya, terserah kamu mau bagaimana. Pokoknya rezeki sudah ada yang mengatur, tugas kita tinggal bersyukur saja. Sudah, itu saja nasihatku buat kamu,” kata Pak Sunar sambil pergi mengayuh sepedanya.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam ketika Pak Wage berjalan menuju rumah Pak Topo. Dengan wajah lesu, ia berjalan cepat sambil menggerakkan mulutnya seperti orang berbicara tapi tanpa suara. Meski lesu, wajahnya terlihat memendam sesuatu yang amat serius. Pak Wage langsung mengetuk pintu rumah Pak Topo ketika ia sampai. Tak lama, Pak Topo keluar dari dalam rumahnya dengan wajah yang penasaran.
“Ada apa, Ge?”
“Aku mau curhat, Po.”
“Curhat bagaimana, ya?”
“Jadi begini, kamu tahu, kan, kita ini sama-sama sudah lama mbecak. Kita berjuang bersama-sama dari awal. Mulai sewa becak di Pak Hari kita juga sama-sama. Ekonomi keluarga kita juga sama pas-pasannya,” Pak Wage mulai bercerita. “Iya, aku masih ingat awal perjuangan kita mbecak. Terus bagaimana?”
“Kamu tahu juga, kan, kalau 3 bulan lagi tahun ajaran baru. Anakku mau masuk SMA, aku takut tidak bisa menyekolahkan dia.”
“Lalu aku bisa bantu apa, Ge?”
“Sejak kamu mulai mbecak bawa-bawa buku bacaan, pendapatanku makin hari makin berkurang. Orang-orang pasti lebih memilih kamu karena becakmu menarik. Banyak yang maunya langganan sama kamu.”
“Astagfirullahaladzim..aku minta maaf kalau aku mengurangi rezekimu, Ge. Tujuanku menyediakan bacaan murni karena aku sendiri dari kecil suka membaca dan ingin menularkannya ke orang-orang.”
“Iya, awalnya aku iri denganmu. Aku selalu berdoa yang buruk untukmu. Tapi sekarang aku sadar kalau aku tidak boleh begitu. Aku kesini mau minta maaf…”
“..dan minta didoakan semoga pekerjaanku lancar, anakku bisa masuk SMA. Sudah, itu saja,” kata Pak Wage mengakhiri.
Pak Wage langsung berpamitan kepada Pak Topo, tapi ditahan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Pak Topo berhenti sejenak. Terlihat seperti memikirkan sesuatu.
“Begini saja, Ge. Kan, di kampung kita ini memang banyak tukang becak. Bagaimana kalau semua tukang becak di kampung kita ini menyediakan bacaan di becaknya masing-masing. Selain menularkan gemar membaca kepada orang-orang menjadi lebih mudah karena dilakukan banyak orang, kita tidak akan saling iri satu sama lain. Harapannya dengan ideku ini, pendapatan tukang becak di kampung kita bisa sama rata dan menjadi lebih baik,” ucap Pak Topo dengan penuh semangat.
“Tapi, uang kita, kan, juga pas-pasan. Dari mana kita bisa dapat buku untuk mengisi becak?”
“Tenang saja. Untuk yang pertama ini, aku bisa bagi-bagi koleksi buku yang sudah kupunya untuk kalian. Nanti, kalau penumpang mulai tertarik, biasanya mereka akan sukarela menyumbang buku kepada kita,” terang Pak Topo.
Mendengar penjelasan dari Pak Topo, Pak Wage menjadi berkaca-kaca. Ia yang selama ini selalu berbuat buruk kepada Pak Topo sangat merasa bersalah.
Meski hari masih sangat pagi, para tukang becak di kampung Pak Topo sudah bersiap di depan rumah Pak Topo untuk menerima pembagian buku bacaan. Kemarin mereka sudah mengadakan musyawarah bersama Pak Topo dan Pak Wage. Semuanya menyetujui ide menarik dari Pak Topo. Mereka semua sangat berterima kasih kepada Pak Topo yang mau menyumbangkan bukunya kepada rekan-rekan seperjuangannya.
Wajah sumringah itu masih terbentuk di wajah Mbah Topo yang sudah semakin renta. Dengan apa yang telah ia dapatkan sampai hari ini, entah pengalaman maupun bantuan materi, ia sangat bersyukur. Tidak ada lagi perselisihan yang terjadi antara ia dengan teman-temannya. Kini mereka semua sama, keadilan yang berhasil diciptakan oleh Mbah Topo. Salah satu mimpinya sudah terwujud dan ia mulai menggapai mimpi yang lain.
Nah, itu tadi adalah penjelasan mengenai pengertian drama. Setelah membaca penjelasan di atas, diharapkan pembaca mampu memahami pengertian drama secara lebih detail. Menonton drama dengan memahami unsur-unsurnya bisa menambah pengetahuan untuk diri kita sendiri dan orang lain. Sambil menonton kita bisa melakukan analisis terhadap drama tersebut. Lebih baik lagi jika kita terinspirasi dan ikut membuat drama yang bisa dipentaskan.