Pengertian agama adalah tatanan yang mengatur peribadatan dan kepercayaan kepada Tuhan, kaidah hubungan antarmanusia, serta manusia dengan lingkungan hidupnya.
Menurut penelitian, telah ada paling tidak sekitar 4.200 agama di dunia.
Barangkali mayoritas agama telah mengorganisir kependetaan, perilaku, definisi tentang keanggotaan atau kepatuhan, kitab suci, hingga tempat-tempat suci.
Praktik agama juga meliputi khotbah, ritual pemujaan, peringatan dari Tuhan, dewa ataupun dewi, tari, festival, meditasi, musik, doa, serta seni.
Namun, bagaimana sebenarnya pengertian agama menurut berbagai disiplin ilmu?
Mari kita memahaminya dengan uraian lengkap berikut ini:
Pengertian Agama
1. Definisi Umum
Pengertian agama secara umum dan khusus berupa tata cara atau aturan-aturan.
Agama mengatur tata cara peribadahan manusia terhadap Tuhan YME, pula hubungan antarmanusia, tak terkecuali dengan lingkungan, sebagai bagian dari makhluk-makhluk yang diciptakan Tuhan.
Agama adalah kepercayaan dalam wujud penyembahan terhadap kekuatan kuasa dari sesuatu yang luar biasa dan berada di luar keberadaan manusia.
Agama pun secara terorganisir, mengoleksi sistem budaya, kepercayaan, dan pandangan dunia sebagai penghubung manusia dan perintah / tatanan dari kehidupan.
2. Menurut KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): agama adalah sistem yang mengatur tatanan kepercayaan, keimanan, dan peribadahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sistem ini disertai pula dengan tatanan kaidah yang berhubungan langsung dengan pergaulan antarmanusia, ataupun antara manusia dengan lingkungan sekitar.
3. Secara Etimologi
Menurut bahasa dan istilah Sanskreta, Agama kemudian memiliki makna “suatu tradisi” atau “ketiadaan kekacauan”, yang berangkat dari kata “a” dan “gama”.
Agama bisa diartikan pula sebagai sekumpulan aturan yang mampu membimbing manusia ke kebaikan dan kebenaran arah serta tujuan tertentu.
4. Menurut Para Ahli
a. Anthony F.C. Wallace
Menurut Anthoni F.C. Wallace, agama adalah seperangkat upacara yang dirasionalisasi melalui adanya mitos sebagai penggerak kekuatan supranatural agar mengubah keadaan manusia dan alam semesta.
b. Djohan Effendi
Agama adalah seperangkat nilai yang mesti dihayati dengan tuntutan alam untuk menghasilkan kebaikan output kepada manusia, karena yang ditampakkan adalah perbuatan kebajikan yang diajarkan oleh agama.
c. E.B Taylor
Menurutnya, agama adalah kepercayaan yang berwujud spiritual.
d. Émile Durkheim
Sementara bagi Émile Durkheim, agama adalah sistem yang terdiri dari kepercayaan serta praktik yang berhubungan dengan hal suci dan menyatukan para penganutnya dalam suatu komunitas moral (umat).
e. F. Schleiermacher
Dia berpendapat, agama adalah rasa ketergantungan terhadap sesuatu yang bersifat ‘absolute’ atau tak terbantahkan.
f. H. Moenawar Chalil
Sedangkan agama menurutnya, adalah keterlibatan tingkah laku seorang manusia dalam menjalin hubungan dengan sebuah kekuatan supranatural, sebagai konsekuensi terhadap pengakuannya.
g. Hamka
Makna atas definisi tentang agama atau “ad-diin” menurut Bahasa Arab, tentu dapat dirujukkan pada arti yang asli yaitu menundukkan diri, menyembah, atau memuja.
Dalam analisa Hamka, agama adalah peribadahan yang muncul karena “Itikad” atau “Iqstiqamah” untuk senantiasa taat dan patuh atas dasar iman.
h. Harun Nasution
Harun melihat agama dari sudut muatan atau isi yang terkandung di dalamnya, adalah sekumpulan tata cara mengabdi kepada Tuhan dalam himpunan suatu kitab.
Beliau pun beranggapan, agama menjadi suatu ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi dengan saksama.
i. Hendro Puspito
Hendro melihat adanya sistem nilai dalam agama, yang mengatur hubungan manusia dan alam semesta yang berkaitan dengan keyakinan.
j. Luckmann
Sementara dia mendefinisikan agama sebagai kemampuan manusia untuk mengangkat alam biologisnya melalui pembentukan alam-alam makna yang objektif, berdaya ikat moral dan serba melingkupi.
k. Parsons & Bellah
Keduanya berkesimpulan, bahwa agama adalah tingkat yang paling tinggi dan umum dari budaya manusia.
l. Prof. Dr. M. Drikarya
Agama adalah suatu kenyakinan karena adanya kekuatan supranatural yang mengatur serta menciptakan alam pula seisinya.
m. Wilfred Cantwell Smith
Terminologi agama bagi Wilfred sulit luar biasa untuk didefinisikan.
Baginya telah ada pelbagai definisi yang membingungkan dan tidak satu pun bisa diterima secara luas dalam sekian dasawarsa ke belakang.
5. Dalam Buku Dasar-Dasar Agama Islam oleh Para Ulama Indonesia
Para Ulama Indonesia yang berkutat dalam dunia pendidikan di negeri ini merumuskan suatu karya besar berjudul “Dasar-Dasar Agama Islam” untuk mendefinisikan Agama.
Dari buku itu, agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dengan hukum-hukum yang sempurna.
Tujuannya agar digunakan manusia untuk menata cara-cara hidup nyata serta mengatur tanggung jawab hubungan kepada Allah, dirinya sebagai hamba Allah, manusia dan masyarakat serta alam sekitarnya.
Sejarah dan Asal Usul
Agama (Islam, Yahudi, dan Kristen) yang kini telah terbentuk punya sejarah juga asal usul yang sama, yakni berasal dari Bangsa Semit di Jazirah Arab.
Sementara kata “Arab” sendiri kali pertama muncul pada abad kesembilan sebelum masehi.
Tak seluruh Bangsa Arab terdiri atas orang-orang Islam, karena ada juga orang Kristen serta Yahudi di sana.
Ada kesamaan latar belakang antara Islam, Kristen, serta Yahudi.
Pembuktiannya bisa dilakukan melalui keberadaan Kitab Agama Islam dan Kitab Agama Kristen atau Perjanjian Lama, yang ditulis dalam satu rumpun serupa: Bahasa Semit.
Di samping memercayai keberadaan banyak dewa saat itu, Bangsa Indonesia-Eropa ini juga menyatukan ciri khas mereka dengan Monoteisme (kepercayaan hanya kepada satu Tuhan).
Kini, ada kesamaan gagasan dasar dalam Agama Kristen, Islam, dan Yahudi, yakni memercayai satu Tuhan tersebut.
Bangsa Semit memandang sejarah secara linier, sebagai satu garis lurus yang melambangkan terciptanya dunia yang mengawali kehidupan, lalu kiamat yang mengakhiri kehidupan.
Nilai Agama
Apa yang termasuk dalam nilai dari sebuah agama adalah segala bentuk aturan hidup yang mesti diterima setiap manusia, karena merupakan perintah, ajaran, serta larangan dari Tuhan.
Bila manusia berani melanggarnya, maka akan memperoleh siksaan dari Tuhan kelak di akhirat.
Tujuan Agama dan Pembentukan Nilainya
Terciptanya agama disebabkan oleh keinginan manusia untuk menggapai tujuan tertentu dalam hidupnya.
Lantas agama hadir dengan anggapan bisa membantu mewujudkannya, di antaranya seperti:
- Pembimbing manusia agar lebih baik dalam melalui kehidupannya dengan aturan dan pengajaran yang dipercayai asalnya dari Tuhan.
- Penyampai firman dari Tuhan yang berisi aturan berperilaku dan ajaran-ajaran kebaikan bagi manusia kepada kaum beragama.
- Pembimbing manusia untuk menjadi individu dengan akal yang baik dan mampu menemukan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
- Pembuka jalan bagi keinginan manusia untuk menemui penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, saat kelak telah meninggal.
Sementara itu, pembentukan segala nilai keagamaan dalam masyarakat bertujuan untuk:
- Menghindari krisis terkait identitas diri, sebagai penyebab ketidakmampuan seorang individu menentukan akan seperti apa nasibnya sendiri.
- Menjadi perbekalan yang berisi ajaran-ajaran keagamaan sebagai pedoman kehidupan.
- Lebih menata arah hidup seorang individu agar punya kejelasan tujuan.
- Menjauhkan seseorang dari tindak kejahatan yang dapat merugikan masyarakat sekitar.
Fungsi
Eksistensi agama di Indonesia bukan tanpa peran dan fungsi tertentu, beberapa di antaranya:
- Memberikan manusia pandangan tentang dunia dan memengaruhi kebudayaan manusia.
- Menjawab beragam pertanyaan yang barangkali tak terjawab di antara sesama manusia.
- Memberikan rasa ke-kita-an untuk senantiasa dipunyai dan diyakini oleh sekumpulan manusia.
- Berperan dalam ekosistem sosial, karena terdapat garis kode etik bagi tiap-tiap penganutnya.
- Menjadi sumber pedoman untuk menjalani kehidupan.
- Menjadi ketentuan tuntunan yang berisi prinsip-prinsip salah dan benar.
- Pengungkap bentuk keindahan sebagai pedoman untuk berekreasi atau mencari hiburan.
- Memberi identitas tertentu kepada umat manusia (melabeli), karena menjadi satu bagian dalam sebuah agama.
Unsur-Unsur / Dimensi
Beberapa di antara elemen yang menjadi pokok dalam agama antara lain:
- Adanya kepercayaan terhadap agama yang mengandung suatu prinsip dan kebenaran tanpa perlu diragukan lagi.
- Adanya identitas dari sebuah agama berupa simbol.
- Adanya hubungan antar-umat beragama serta antara manusia terhadap Tuhannya melalui bentuk konkret dalam praktik keagamaan.
- Adanya pengalaman keagamaan, baik secara pribadi maupuan dalam bentuk yang diyakini oleh para penganutnya.
- Adanya umat beragama itu sendiri, yakni tiap-tiap penganut dalam agama yang mereka anut.
Ciri-Ciri
Umumnya, ada beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu agama, antara lain:
- Adanya Tuhan atau sosok untuk disembah.
- Punya kitab atau pedoman untuk menuntun hidup.
- Terdapat Pemuka Agama.
- Melaksanakan ritual-ritual.
- Terdapat kegiatan-kegiatan untuk dipersembahkan.
Jenis-Jenis
Beberapa ahli dan ilmuwan membagi agama menjadi 3 kategori melalui penelitian dan pembelajaran yang mereka lakukan, yaitu:
- Agama dunia, istilah untuk agama yang bersifat transkultural dan internasional.
- Agama pribumi, untuk hal-hal yang sifatnya lebih kecil: seperti menurut budaya atau kelompok agama tertentu dalam masyarakat.
- Gerakan agama baru, yang mana jenis dan bentuknya adalah pengembangan baru oleh para pemikir dan ahli khusus.
Sementara agama berdasarkan sumber terjadinya terdapat dua kategori:
- Agama Samawi atau Revealed Religion (Agama Wahyu) dari langit, yang didapatkan melalui wahyu yang turun dari Illahi (diasosiasikan dengan langit): yakni Islam, Yahudi, dan Kristen.
- Agama Wad’i atau Ardhi, disebut pula Natural Religion atau Cultural Religion (Agama Bumi atau Agama Budaya).
- Agama ini didapatkan melalui akal budi seorang manusia atau adanya kekuatan pikiran: misalnya Buddha, Hindu, Khonghucu, Tao, dan berbagai aliran keagamaan atau kepercayaan lain.
Cara Beragama
Berdasarkan cara-cara dalam beragama, sejumlah hal bisa diketahui antara lain:
1. Tradisional
Dalam artian, seseorang akan memilih agama tertentu sesuai tradisi tertentu yang mengikuti nenek moyang atau leluhurnya.
Pemeluk agama melalui cara ini, umumnya bisa lebih kuat ketetapan hatinya dalam beragama sekaligus sulit memaklumi hal-hal baru untuk kemudian diterima.
2. Formal
Dalam artian, seseorang hanya beragama berdasarkan formalitas yang diberlakukan oleh lingkungannya.
Cara ini berupa aksi mengekor cara-cara beragama orang-orang berkedudukan tinggi dengan pengaruh besar dalam masyarakat.
Minat sebagian penganut cara ini adalah mampu meningkatkan ilmu serta amalan keagamaannya melalui langkah-langkah yang mudah dan tampak-tampak saja.
3. Rasional
Dalam artian, cara seseorang untuk memeluk agama adalah kesesuaian logika dengan akal dan pertimbangan rasio miliknya.
Mereka terus berupaya menghayati, memahami, dan meresapi ajaran-ajaran dalam agamanya melalui ilmu pengetahuan dan pengamalan pribadinya.
Asal para penganut cara ini bisa saja dari cara yang formal, tradisional, bahkan atheis atau orang tak beragama sekalipun.
4. Metode Pendahulu
Diartikan sebagai cara seseorang untuk beragama menggunakan perasaan dan akal yang berada dalam kendali wahyu.
Mereka mula-mula akan rajin menimba ilmu kepada seorang yang dianggap ahli dalam ilmu agama tertentu, lalu memegang dengan teguh ajaran tersebut selayaknya bersifat asli.
Cara ini sebagaimana para ulama meyakini Islam adalah agama yang diturunkan Allah melalui perantara malaikat Jibril untuk Nabi Muhammad beserta seluruh umatnya.
Manusia dan Agama
Ada laporan berdasarkan jajak pendapat global 2012, tentang orang-orang yang beragama sebanyak 59% dari seluruh populasi di dunia, sementara yang tak beragama 36%, termasuk 13% ateis.
Data ini mengalami penurunan 9% terhadap keyakinan agama sejak tahun 2005.
Dalam jajak pendapat tersebut, didapatkan rerata wanita ternyata lebih religious ketimbang pria.
Sebagian dari mereka mengekor beberapa agama atau prinsip-prinsipnya secara bersamaan.
Mengesampingkan kemungkinan prinsip-prinsip yang mereka ikuti berdasarkan cara tradisional yang berpeluang adanya unsur sinkretisme atau tidak.
Terlepas dari sekumpulan data-data ini, nyatanya mayoritas pemikir modern memandang agama sebagai kumpulan doktrin berlegitimasi “prasangka-prasangka” manusia di luar aspek rasional.
Padahal ilmu pengetahuan atau bahkan filsafat yang begitu mendahulukan rasionalitas menolak doktrin sangat keras.
Ketika seseorang kian rasional, maka kian jauh pula dia dari ritual keagamaan.
Begitu pula sebaliknya, manusia tanpa asupan rasionalitas yang memadai, secara otomatis keyakinan terhadap ajaran agamanya akan menguat.
Di balik perkara rasional, logika, dan akal ini, agama menjadi salah satu di antara banyak pilihan pedoman yang mengajarkan tuntunan berkehidupan.
Ini dimungkinkan, karena terindikasi ada lebih banyak nilai yang bermanfaat bagi manusia dalam agama daripada ideologi.
Seseorang bahkan lebih bebas memeluk agama apapun lalu mengalami nilai-nilai positifnya, tanpa perlu berpeluh-keringat berpikir dengan potensi akalnya.
Agama dapat menyediakan tempat bagi para penganutnya.
Namun agama pun merupakan fenomena sosiologi.
Ia tidaklah ritual semata, tapi sekaligus fenomena di luar kelompok pengetahuan akademis.
Sementara salah satu cara untuk melihat praktik-praktik keagamaan ini adalah melalui psikologi agama.
Sebagai gejala dalam ranah psikologi, agama cukup menyediakan pengertian mengenai perlu atau tidaknya seorang manusia beragama.
Namun saat pedoman untuk masa depan hidup manusia tak mampu lagi diberikan oleh agama, maka sangat mungkin seseorang terinspirasi mendirikan agama / bereksperimen baru sebagai solusi dari beragam persoalan yang ‘mencekik’ kehidupan.
Agama di Indonesia dan Lembaganya
Ada 7 (tujuh) macam agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, serta penganut kepercayaan.
Kendati ada pula sejumlah kecil penganut agama lain di Indonesia seperti Yahudi, Saintologi, dan Raelianisme, dengan jumlah yang tak sebanyak agama-agama sebelumnya.
Namun beberapa macam kepercayaan dan agama sudah ada semenjak lama di negeri ini.
Walaupun sama baik pada dasarnya, tapi tetap saja terdapat perbedaan antarkeduanya.
Letak perbedaan pada adanya kitab suci, sistem ajaran, lalu nabi juga rasul dalam agama.
Sistem ajarannya juga mengikat penganutnya dan bersifat baku.
Sedangkan kepercayaan, tidak mengajarkan hal-hal yang baku dan mengikat, tapi para penganutnya tetap mengimani kuasa Tuhan.
Enam agama di antaranya juga telah dinaungi oleh sejumlah lembaga resmi.
Beberapa di antara agama dengan pengikut paling banyak adalah berikut ini:
1. Islam
Secara istilah, Islam adalah agama dengan ajaran yang diwahyukan oleh Tuhan melalui Rasulullah Muhammad sebagai Rasul kepada manusia.
Islam menjadi agama perdamaian dengan ajaran pokok untuk meng-esakan Allah SWT serta memiliki kesatuan persaudaraan bagi umat manusia.
Menurut bahasa, asal Islam adalah kata berbahasa Arab “salima”, artinya selamat, sentosa, damai.
Kata salima pun dapat dibentuk jadi “aslama” yang maknanya berserah diri memasuki kedamaian.
Salah satu lembaga agama Islam yang menaungi masyarakat di Indonesia adalah Majelis Ulama Indonesia, disingkat MUI.
2. Kristen Protestan
Pengertiannya baik secara etimologis maupun secara terminologis yakni pengikut-pengikut Kristus.
Asal Kristus sendiri adalah kata berbahasa Latin “Χριστός”, yang berarti seorang yang digosok minyak suci untuk upacara konsekrasi, penyucian, atau pembaptisan.
Istilah Kristen kali pertama disebutkan oleh para murid Yesus Kristus, saat ada perkumpulan di antara mereka di Antiokia.
Lembaga berikutnya yang mengandung aturan mengenai tata kelola kehidupan bermasyarakat, yakni Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia atau PGI.
3. Kristen Katolik
Asal dari istilah Katolik adalah secara Bahasa Yunani yakni katholikos atau tertulis καθολικός yang maknanya yaitu universal.
Dalam artian, keberadaan agama katolik di dunia ini adalah demi semua manusia.
Lembaga di tingkatan nasional untuk para penganut Katolik dikenal bernama Konferensi Wali Gereja Indonesia atau disingkat KWI.
Agama ini juga punya lembaga yang berisi para wanita penganut Katolik, yakni Wanita Katolik (WK); serta lembaga yang diperuntukkan bagi para Pendoa Rosario, yakni Legio Maria.
4. Hindu
Asal kata Hindu adalah dari Sindhu, menurut Bahasa Sanskerta.
Istilah ini mulai tercantum dalam sejumlah teks memakai bahasa Sanskerta sejak abad ke-15, sebagai pembeda dari Yawana ataupun Mleecha.
Lalu istilah ini digunakan oleh koloni bangsa Eropa sejak abad ke-18 hingga seterusnya, untuk menyebut para penganut agama yang secara tradisional dan umum ada di India.
Berikutnya ada lembaga besar untuk umat Hindu di negeri ini, yaitu Parisada Hindu Dharma Indonesia yang disingkat PHDI.
5. Buddha
Asal Buddha adalah dari kata berbahasa Sanskerta juga.
Saat dikaitkan dengan “buddhi”, ia menjadi bermakna kecerdasan bisa pula akal budi.
Buddha juga berasal dari “bodhi”, dengan makna yang hampir sama, yakni pengetahuan dan/atau pencerahan.
Definisi Buddha yang paling sering menjadi rujukan kitab Sutta adalah yang asalnya merupakan akar dari kata budh.
Maknanya adalah memperoleh kesadaran bisa pula seseorang yang selalu terjaga.
Umat Buddha juga memiliki lembaganya sendiri saat ini, yakni Perwakilan Umat Buddha Indonesia atau disingkat WALUBI.
6. Khonghucu
Khonghucu menjadi agama termuda yang diakui lagalitasnya di Indonesia oleh Presiden ke-4 RI, dengan lembaga yang bernama Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia atau MATAKIN.
Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
Mengingat telah ada banyak sekali agama di Tanah Air, kerukunan antar-umat beragamanya bisa dibilang cukup baik karena masih ada kehidupan yang damai.
Kendati tak dapat dipungkiri memang, bahwa kian hari gesekan yang mengatasnamakan agama di antara pluralisme masyarakat kian banyak, terkhusus di media sosial.
Alangkah menyenangkan dan damai ke depannya, apabila ada sikap yang lebih dewasa dalam diri para umat beragama dalam memahami agama masing-masing.
Karena toh pada hakekatnya tiap-tiap agama pastilah mengandung ajaran kedamaian, bukan ajakan kekerasan bahkan intoleransi.
Baik agama, dien, maupun religi, sama-sama memiliki satu pengertian.
Aktifitas dan kepercayaan dalam agama, dien, dan religi meliputi perkara: kepercayaan kepada Tuhan.
Agama menjadi bentuk hubungan dialektis antara Tuhan, para pembawa pesan, kitab, dan manusia, guna membimbing manusia selalu dalam kebahagiaan dunia dan akhirat.