Dahulu, Sumatera Selatan dikenal sebagai pusat kekuasaan kerajaan Sriwijaya dan dihuni oleh beragam suku.
Menurut berbagai sumber, termasuk wikipedia, beberapa contoh suku yang hingga kini mendiami wilayah Sumatera Selatan adalah Suku Komering, Suku Gumai, Suku Palembang, Suku Lintang, Suku Semendo, dan Suku Kayuagung.
Nah, ternyata selain sukunya, senjata, rumah adat hingga tarian tradisional yang beragam seperti tari Tanggai dan tari Gending Sriwijaya. Ternyata Sumatera Selatan punya keberagaman juga dari segi pakaian adat.
Lebih lengkapnya, berikut pembahasan tentang pakaian adat Sumatera Selatan beserta foto, gambar, dan penjelasannya.
Macam-Macam Pakaian Adat Sumatera Selatan
1. Pakaian Adat Aesan Gede
Nama Aesan Gede berasal dari dua kata, yaitu aesan yang berarti hiasan dan dan Gede berarti kebesaran.
Menurut sejarah, pakaian ini adalah peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya dan merupakan simbol keanggunan, keagungan, dan kemewahan.
Versi lain menyebutkan bahwa pakaian adat ini berasal dari Kesultanan Palembang mulai dari abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-19.
Kini, pakaian Aesan Gede banyak digunakan dalam pernikahan.
Secara desain, pakaian ini berwarna merah yang dipadukan dengan benang emas.
Konon, warna pakaian yang dominan merah dipengaruhi oleh budaya China dan Melayu.
Di samping itu, pakaian adat ini juga mempunyai beragam motif, beberapa diantaranya adalah:
· Motif bunga mawar yang bermakna menjauhkan diri dari bahaya.
· Motif bunga melati yang menyimbolkan kesucian dan keanggunan dari mempelai wanita.
· Motif bunga tanjung yang melambangkan keramahan.
· Motif pucuk rebung yang bermakna harapan masa depan yang baik.
Meskipun demikian, pakaian adat Aesan Gede versi modern sudah tersedia dengan warna dan motif yang lebih beragam.
Aksesoris
Dalam penggunaannya, pakaian adat Aesan Gede dilengkapi dengan berbagai aksesoris.
Nah, berikut daftar aksesoris pelengkap pakaian adat ini dan keterangannya!
a. Kepala
Pada bagian kepala biasa dipasang aksesoris berupa mahkota yang disebut Kopiah Cuplak untuk pria dan Karsuhun untuk perempuan.
b. Badan
Dibandingkan kepala, aksesoris yang terdapat pada bagian badan jauh lebih beragam.
Pertama yaitu ada hiasan penutup dada dan pundak untuk wanita dan pria yang disebut dengan terate dan memiliki filosofi kesucian dan kemegahan.
Kedua adalah selendang sawit berhiaskan sulur dan nada akses intan di bagian tengah.
Ketiga yaitu ada Kebo Munggah atau disebut juga Kalung Tapak Ijo yang berbahan dasar emas 24 karat dengan bentuk lempengan bersusun tiga.
Namun, hanya wanita yang sudah menikah saja yang boleh memakai kalung ini.
Keempat yaitu aksesoris berupa keris untuk pria yang diselipkan di pinggang sebelah kanan.
Kelima yaitu ikat pinggang yang digunakan oleh perempuan dan laki-laki bernama pending.
Pending ini berbentuk lempengan emas dan dilengkapi dengan kepala pending yang disebut badong.
Keenam yaitu ada aksesoris berupa gelang-gelangan seperti Gelang Palak Ulo, Gelang Kecak, Gelang Sempuru dan juga Gelang Kanu.
Ketujuh yaitu saputangan segitigo dari bahan beludru warna merah yang satu sisinya berhiaskan kelopak bunga melati dari emas.
Saputangan ini digunakan oleh pengantin pria di jari tengah dan di jari kelingking untuk perempuan selama menjalani prosesi nikah.
c. Kaki
Aksesoris untuk kaki berupa canela yang bentuknya mirip trompah dan bisa digunakan oleh pengantin perempuan dan laki-laki.
2. Pakaian Adat Aesan Paksangko
Dahulu, pakaian ini hanya bisa digunakan oleh kalangan kerajaan.
Selain itu, pakaian Aesan Paksangko ini melambangkan keanggunan dan bisa dipakai oleh pria dan wanita.
Untuk pria, ciri khas pakaian adat ini yaitu terbuat dari bahan songket lepus sulam emas dengan jubah motif taburan bunga emas, dan dilengkapi dengan seluar atau celana pada bagian bawah.
Lalu untuk wanita, ciri khas pakaiannya yaitu bentuknya yang berupa baju kurung merah dan dipercantik dengan motif bintang emas.
Aksesoris
Untuk pria, aksesoris yang digunakan berupa selempang songket dan juga songkok emas.
Sedangkan untuk wanita, aksesoris yang digunakan berupa mahkota, teratai penutup dada, dan juga kain songket bersulam emas.
3. Pakaian Adat Besemah
Pakaian adat Besemah ini berasal dari daerah Pagar Alam, Sumatera Selatan dan biasa digunakan oleh pengantin pria dan wanita setempat.
Keunikan dari pakaian adat pria adalah bahannya yang terbuat dari beludru merah dan dilengkapi dengan songket dengan cara memakai seperti saat menggunakan sarung.
Aksesoris yang biasa digunakan berupa manik-manik berbentuk uang logam berwarna emas, mahkota dari beludru merah, dan juga kalung emas berbentuk tanduk kerbau.
Sedangkan keunikan dari pakaian adat perempuan adalah bahannya yang terbuat dari beludru merah dan dilengkapi dengan samir yang juga berbahan beludru berwarna merah.
Aksesoris pelengkap yang digunakan oleh pengantin perempuan berupa kalung emas berbentuk tanduk kerbau, mahkota yang disebut singal, dan konde-konde emas.
4. Pakaian Adat Banyuasin
Pakaian adat dari daerah Banyuasin ini biasanya digunakan oleh pengantin pria dan wanita.
Meskipun demikian, pakaian ini berbeda dengan pakaian adat Sumatera Selatan lain yang berwarna cerah.
Pakaian adat Banyuasin menggunakan warna gelap, seperti warna hitam, yang dipadukan dengan warna keemasan.
5. Pakaian Adat Empat Lawang
Pakaian adat dari daerah yang berbatasan dengan Rejang Lebong, Bengkulu ini menggunakan songket warna merah sebagai dasar konsepnya.
Kata Lawang sendiri berasal dari kata “lawangan” yang merupakan sebutan bagi pahlawan pada zaman nenek moyang.
Sedangkan ada kata “empat” karena konon ada empat pahlawan yang merangkap tugas sebagai imam dan pemimpin.
Hal yang membuat unik dari pakaian ini adalah dapat ditemui banyak motif bunga yang dilengkapi dengan aksesoris yang terbuat dari kuningan dan bahkan emas.
6. Pakaian Adat Kabupaten Ogan Ilir
Pakaian khas dari Kabupaten Ogan Ilir ini biasanya digunakan dalam acara pernikahan dan dipakai oleh pengantin.
Dari segi desain, pakaian ini masih memadukan balutan kain songket khas Sumatera Selatan dengan aksesoris berupa mahkota yang terbuat dari emas.
Filosofi
Setelah mengetahui tentang jenis pakaian adat khas Sumatera Selatan dan aksesorisnya, kita akan membahas tentang filosofi yang terkandung secara lebih detail.
Berikut contoh filosofi dan penjelasan lengkapnya!
a. Tebeng malu yang bermakna bahwa manusia harus menjaga pandangan
b. Bungo rampai yang bermakna bahwa manusia harus menutup aurat pada lawan jenis yang bukan muhrim.
c. Selempang sawit yang bermakna bahwa wanita dan pria itu setara.
d. Celano sutra yang bermakna lemah lembut dan motif sulur yang ada di permukaan celana menyimbolkan kebahagiaan serta harapan masa depan yang lebih baik.
e. Teratai yang bermakna bahwa manusia harus memiliki rasa sabar.
f. Gandik yang menyimbolkan ketenangan pikiran dan hati.
g. Songket bermotif geometris abstrak murni yang bermakna ketertiban, keramahan, dan saling menghormati dengan sesama.
h. Canela yang bermakna bahwa agama memiliki fungsi sebagai pelindung ketika kita melangkah dalam kehidupan.
Demikian penjelasan mengenai pakaian adat khas Sumatera Selatan.
Setelah kamu mempelajari lebih dalam, ternyata pakaian adat dari provinsi di bagian Selatan Pulau Sumatera ini sangat beragam bukan?
Meskipun ada beberapa kemiripan, namun masing-masing pakaian tersebut memiliki ciri khas tersendiri.
Nah, semoga setelah kamu selesai membaca artikel ini bisa menambah wawasan kamu tentang pakaian adat Sumatera Selatan dan sekaligus bangga dengan keragaman budaya Indonesia.