Sulawesi Utara memiliki beragan jenis pakaian adat yang berasal dari berbagai daerah yang ada di wilayah tersebut. Setidaknya terdapat tujuh jenis pakaian adat Sulawesi Utara yang meliputi pakaian adat Minahasa Bajang, Gorontalo, Talaud, Bolaang Mongondow, Busana Kohangian, Simpal, serta Tonaas Wangko dan Walian Wangko. Setiap pakaian adat memiliki ciri khasnya masing-masing, beberapa diantaranya bahkan dapat menunjukkan stratifikasi sosial pemakainya.
Artikel ini mengulas secara lengkap masing-masing pakaian adat beserta aksesorisnya.
Jenis Pakaian Adat Sulawesi Utara
1. Minahasa Bajang
Pada umumnya pakaian adat daerah Minahasa hanya dipakai pada saat acara tertentu seperti acara penyambutan, pernikahan, perayaan pesta adat, rapat maupun upacara kematian.
Pakaian Pengantin
Setiap orang pasti menginginkan yang terbaik di hari bahagianya, termasuk untuk acara pernikahan. Segala macam persiapan diusahakan supaya dapat menuju kesempurnaan, tak terkecuali untuk gaun pengantin itu sendiri.
Namun, walaupun dunia sudah mengalami arus globalisasi, masyarakat suku Minahasa tak mau meninggalkan apa yang sudah diwariskan oleh nenek moyangnya, salah satunya pakaian adat pengantin Minahasa.
Simak di bawah ini deskripsi lengkap pakaian pengantin adat Minahasa ya!
Pakaian Wanita
Adapun pakaian adat Minahasa yang biasa dipakai untuk pernikahan biasanya berupa kebaya berwarna putih dengan model seperti pakaian ikan duyung.
Sedangkan untuk bawahannya, pengantin biasa menggunakan sebuah kain sarung dengan sulaman bermotif sisik ikan tertentu berwarna putih.
Selain ikan, motif sulaman bisa dalam berbagai bentuk hewan misalnya, motif burung, salimburung, kaki seribu dan bunga atau biasanya disebut dengan laborci – labirci.
Selain itu, pakaian pengantin harus dilengkapi dengan aksesoris tambahan sebagai bentuk ekspresi kebahagiaan si pasangan.
Biasanya aksesoris tambahan ini lebih banyak digunakan di pakaian pengantin wanita.
Misalnya, menambah dengan konde berupa sanggul dan mahkota maupun kronci, kalung leher atau kelana.
Ada juga yang menambahkan anting, kalung mutiara maupun gelang.
Pakaian Pria
Berbeda dengan pakaian wanita, bentuk pakaian pria alias baju Tatutu lebih sederhana.
Pakaian yang dikenakan oleh pengantin pria bentuknya seperti jas tertutup dan bawahannya menggunakan celana panjang atau disebut dengan tatutu.
Sebagai pelengkap, digunakanlah sebuah selendang di pinggang sekaligus mengenakan topi alias porong.
Hampir di semua bagian baju Tatutu diberi hiasan berupa motif padi sebagai ciri khasnya.
Biasanya, model lengan bajunya berukuran panjang dan memiliki saku dan kerah di lehernya.
2. Gorontalo
Sebelum Gorontalo menjadi provinsi pada tanggal 22 Desember tahun 2000, dulu keberadaannya merupakan sebuah suku di Sulawesi Utara.
Selain kebudayaan dalam segi tarian dan musik, suku Gorontalo memiliki pakaian adat khas Gorontalo yang biasa disebut dengan Mukuta dan Biliu.
Biasanya pakaian ini lebih sering digunakan pada saat acara pernikahan maupun perayaan pesta adat.
Mukuta
Mukuta alias pakaian pria adalah sebuah setelan atasan dan bawahan.
Untuk bagian atas, bentuknya seperti kemeja dan disandingkan dengan pemakaian celana panjang.
Aksesoris
Sebagai pelengkap, biasanya ditambah dengan penggunan tudung alias penutup kepala pakaian Makuta, kemudian kalung Bako maupun pasimeni.
Dengan adanya aksesoris ini, si pemakai akan terlihat lebih menawan dan elegan.
Biliu
Berbeda dengan Makuta, Biliu merupakan pakaian untuk wanita. Bentuk bajunay seperti baju kurung dan menggunakan bawahan berwarna kuning.
Aksesoris
Sebagai pelengkap, dikenakanlah aksesoris tambahan seperti tuhi – tuhi, buohu wulu wawu dehu serta gelang pateda.
Kemudian, ditambah dengan penggunaan baya lo boute alias ikat pinggang serta hiasan yang membuat si wanita terlihat lebih menawan dan elegan.
3. Talaud
Lain halnya dengan suku Minahasa dan Gorontalo, suku talaud memliki pakaian adat yang dinamakan Laku Tepu.
Uniknya, bahan pembuatan baju Laku Tepu adalah hasil tenunan dari serat kofo dengan menggunakan kahuwang.
Serat kofo sendiri dihasilkan dari seratnya pohon pisang.
Untuk warnanya, Laku Tepu didominasi oleh warna yang mencolok dan terang semisal kuning, ungu, kuning tua maupun merah.
Model bajunya sendiri sengaja dirancang sampai mencapai tumit kaki dengan kolaborasi lengan panjang.
Supaya menambahkan kekaguman, penggunaan aksesoris tambahan sangat diperlukan.
Misalnya, dikenakanlah Pa Porong alias penutup kepala kemudian kawihu sejenis rok berumbai maupun penggunaan popehe.
Popehe sendiri merupakan salah satu pelengkap dalam pakaian Laku Tepu dan pemakaiannya dengan cara diikatkan pada kain pinggang di sebelah kiri dan ujung kain diuraikan ke bawah.
Kemudian, ditambahkan bandang dan diperuntukkan sebagai selendang serta sanggul atau biasa disebut boto pusinge. Agar sanggul terlihat indah dan menawan ditambahkanlah tusuk konde alias sasusu boto.
4. Bolaang Mongondou
Generasi suku Bolaang Mongondou berasal dari perpaduan empat kerajaan yang pernah menempati daerah Bolaang.
Sehingga, karena perpaduan generasi inilah, terdapat banyak jenis pakaian adat suku Bolaang dan disesuaikan dengan tingkat stratifikasi seseorang.
Diantaranya ialah pakaian untuk kalangan bangsawan, Kohangian, Simpal, Kerja Guha – ngea, rakyat biasa, pengantin pria dan wanita.
Sedangkan busana keseharian yang dipakai masyarakat Bolaang Mongondow berupa kulit kayu atau sejenis pelepah nenas untuk diambil seratnya.
Nah, serat tersebut ternyata disebut dengan lanun alias kain yang sudah ditenun.
Kain inilah yang menjadi cikal bakal kemunculan busana keseharian adat Bolaang Mongondow.
5. Busana Kohangian
Busana kohangian punya nilai lebih di masyarakat Sulawesi Utara.
Karena tidak bisa sembarangan orang dapat memakainya.
Biasanya, busana Kohangian digunakan oleh anggota masyarakat dengan status sosial satu tingkat di bawah golongan bangsawan pada saat acara pernikahan.
Sehingga, pada masa tempo dulu, tak banyak masyarakat yang mau membelinya.
Dikarenakan harganya sangat mahal dan produksinya sangat terbatas.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, pemakaian busana ini sudah mulai bisa dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat.
6. Simpal
Kalau tingkatan bangsawan memakai busana Kohangian, maka golongan masyarakat menengah ke bawah menggunakan busana Simpal.
Penggunaannya hampir sama dengan busana Kohangian, dapat dikenakan oleh masyarakat untuk menghadiri acara pernikahan.
Namun, di era sekarang memang cukup langka karena busana pernikahan sudah digantikan dengan gaun pengantin era modern.
7. Tonaas Wangko dan Walian Wangko
Di Sulawesi Utara, penggunaan busana Tonaas Wangko dan Walian Wangko seringkali didominasi warna hitam dengan hiasan motif padi.
Motif tadi sengaja ditempatkan sebagai hiasan pada leher baju, ujung di lengan dan di bagian depan sepanjang baju yang terbelah.
Semua motif yang menghiasi pada baju ini didominasi warna keemasan. Sebagai pelengkap digunakanlah topi berwarna merah.
Pada pakaian pria dinamakan Walian Wangko yang berbentuk kemeja berlengan panjang dan kerahnya tinggi serta tidak ada saku di kemejanya.
Seiring berkembangnya zaman, bentuk Walian Wangko senantiasa mengalami modifikasi dalam bentuk seperti jubah.
Sedangkan pada pakaian wanita yang dinamakan oleh Tonaas Wangko, berbentuk seperti kebaya panjang dan dapat berwarna putih maupun ungu.
Sebagai pelengkap, digunakanlah kain sarong batik yang didominasi warna batik dan topi mahkota.
Selain itu terdapat penggunaan selempang warna kuning atau merah, kalung pada leher, selop maupun penggunaan sanggul sebagai hiasan di rambut sang pemakai.
Pakaian ini seringkali dijumpai dikenakan oleh para pemuka adat pada acara penyambutan maupun upacara adat tertentu.
Penggunaan Pakaian Adat Sulawesi Utara
Biasanya untuk mengenalkan pakaian adat dari provinsi ini, pemerintah bekerjasama dengan dinas kebudayaan melakukan sebuah program dalam rangka melestarikan kebudayaan ini.
Selain itu, pakaian adat ini juga dapat diikutkan ke dalam pameran seni kebudayaan.
Sehingga tidak hanya masyarakat Sulawesi Utara saja yang mengetahui, namun kalangan yang lebih luas lagi.
Bahkan di era digital teknologi sekarang, akan sangat menungkinkan untuk mengenalkan pakaian adat Sulawesi Utara ini.
Demikianlah pembahasan singkat tentang pakaian adat Sulawesi Utara. Selain pakaian adat, kamu juga bisa pelajari tentang tarian tradisional dari Sulawesi Utara, yaitu Tari Maengket.
Semoga setelah membaca ulasan singkat ini, semakin bertambah pula keinginan dalam diri untuk senantiasa mengingat dan ikut melestarikan keanekaragaman budaya Nusantara ya!