Indonesia terdiri atas berbagai macam daerah dan suku bangsa karena ada letak Geografisnya yang terpisah antara satu sama lain.
Maka tak heran, ada banyak keanekaragaman di Indonesia, salah satunya dari Kalimantan Selatan.
Kalimantan Selatan sendiri berada di antara 1 ° 21’49 ° – 4 °10’14’ Lintang Selatan dan 114 ° 19’13’ hingga 116 ° 33’28 ° Bujur Timur dengan luas wilayah mencapai 37 ribu km ².
Maka tak heran di sana terdiri dari masyarakat multikultural.
Daerah tersebut diketahui memiliki pakaian adat yang khas, khususnya yang berasal dari suku Banjar dan Dayak.
Biasanya baju itu digunakan saat momen spesial, seperti acara keagamaan dan pernikahan.
Nah, apa saja pakaian adat Kalimantan Selatan?
Sejarah Pakaian Adat Kalimantan Selatan
Ada berbagai pengaruh budaya lain yang muncul dalam pakaian adat Kalimantan Selatan, misalnya dari Timur Tengah dan juga China.
Pengaruh itu datang karena adanya pernikahan maupun hubungan perdagangan yang erat.
Pasalnya, pulau Kalimantan memiliki lokasi yang strategis.
Alhasil, ada banyak pedagang dari berbagai negara datang dan menjelajahi Kalimantan hingga menjalin hubungan yang erat dengan para pemilik kekuasaan.
Alhasil, terjadi lah pencampuran budaya dari segi bahasa hingga pakaian.
Pengaruh budaya tersebut menghasilkan filosofi mendalam bagi setiap penggunanya. Untuk baju sendiri, pakaian adat Kalimantan Selatan mulai berkembang sekitar abad 17 hingga 19 masehi.
Jenis Pakaian
Pakaian adat yang akan kita bahas kali ini terdiri dari baju pria dan juga wanita.
Untuk pakaian pria asal provinsi Kalimantan Selatan, pada dasarnya hanya terdiri dari satu jenis, yakni rompi atau baju tanpa lengan.
Baju ini juga dikenal dengan nama Cekak Musang yang masuk dalam kategori baju kurung.
Terlihat, baju terdiri dari dua buah saku dan memiliki panjang melebihi pinggul dengan bagian leher yang melebar.
Para pria juga menggunakan celana panjang yang dikenal dengan nama Selawar, sarung sebatas lutut, baju, tutup kepala atau destar.
Ada juga aksesoris tambahan, seperti sebilah keris yang diletakkan di perut.
Sementara untuk wanita, pakaian tradisionalnya dibagi menjadi empat jenis.
Namun, semua pakaian ini pada dasarnya terdiri dari penutup kepala yang berhiasan mahkota hingga kembang goyang bernama sumping, baju, serta kain bersulam emas.
Ada juga, perhiasan berupa kalung, anting-anting, pending, dan gelang tangan sebagai tambahan aksesoris.
Berikut pakaian adat Kalimantan Selatan yang lengkapnya
1. Babaju Kun Galung Pacinan
Baju ini memiliki pengaruh budaya dari Timur Tengah dan China dan mulai berkembang di abad ke-19.
Terlihat, pakaian pria tersebut terdiri dari sebuah gamis dan juga ditambah dengan jubah khas Timur Tengah.
Guna melengkapi pakaian khas, ada juga kopiah bernama Alpe yang dililitkan dengan surban.
Kopiah tersebut memiliki bentuk yang agak tinggi seperti para pedagang Gujarat yang datang ke Indonesia pada waktu silam.
Tak lupa, pada bagian leher ditambahkan juga aksesoris berupa roncean bunga melati untuk menambah kesan apik pada pakaian.
Sedangkan, sepatunya menggunakan selop berwarna serupa.
Kemudian sang wanita, mereka menggunakan kebaya panjang dengan hiasan payet.
Desain payet pada baju membentuk bunga teratai yang juga dikenal dengan gaya Cheong Sam asal China.
Cheong Sam sendiri biasa digunakan orang Tiongkok kala merayakan hari raya Imlek.
Biasanya, pakaian Cheong Sam digunakan oleh kalangan atas saja namun kini semua orang menggunakannya.
Namun, berbeda dengan wanita Kalimantan Selatan, mereka memadu-padankan pakaian tersebut dengan rok panjang bermotif payet.
Gaya pakaiannya pun menjadi berbeda dengan Cheong Sam pada umumnya.
Pada bagian kepala, para wanita akan menggunakan mahkota permata dengan hiasan kembang goyang.
Ada juga tusuk konde berbentuk huruf Lam dan burung Hong yang menyempurnakan penampilan pakaian adat Kalimantan Selatan.
2. Begajah Gemuling Baular Lulut
Berbeda dengan Babaju Kun Galung Pacinan, para lelaki yang menggunakan pakaian ini bertelanjang dada dengan aksesoris seperti kalung dan gelang lengan yang menutupi tubuh sang pria.
Namun, mereka juga diperbolehkan menggunakan pakaian lengan pendek.
Kemudian, untuk bagian bawahnya ia memakai celana sepanjang betis dengan kain ikat khas Kalimantan Selatan di pinggangnya.
Kepala sang pria juga menggunakan penutup yang berisi hiasan bunga.
Sementara itu, para wanita Kalimantan Selatan akan menggunakaan kemben berwarna senada dengan pria.
Pada sang wanita juga akan dihiasi oleh selembar selendang yang membuat tampilan semakin cantik dan sopan.
Bagian bawah akan diisi dengan ikat pinggang dan rok panjang.
Selanjutnya, kepala sang wanita akan dihiasi konde bermahkota dengan hiasan bunga melati yang memanjang ke pundak dan menutupi beberapa bagian wajah hingga menambah cantik penampilan.
3. Basmur Galung Pancaran Matahari
Pakaian adat Kalimantan Selatan ini biasa digunakan sebagai baju pernikahan dan biasa digunakan oleh masyarakat Banjar.
Uniknya, model dan motif pada pakaian ini merupakan perpaduan antara budaya Hindu dan juga Jawa.
Nama Pancaran Matahari sendiri memiliki arti mendalam bagi penggunanya, yakni harapan pemakai akan tampil seperti mentari pada pesta pernikahan.
Untuk pria, terlihat baju yang digunakan berlengan panjang dengan kerenda di bagian dada.
Ada juga ikat kepala yang berbentuk segitiga tinggi ke atas.
Setiap kain adat ini menggunakan kain dengan motif naa Halilipan yang bergambar naga dan kelabang khas suku Banjar.
Sementara itu, pihak perempuan akan menggunakan baju Poko atau Pokko berlengan pendek dengan hiasan manik-manik rumbai.
Bila dibandingkan dengan pakaian lain, baju ini memiliki usia yang jauh lebih lama karena sudah ada sejak adab ke-17.
Selain menggunakan baju Poko, tubuh pengantin wanita juga dihiasi selendang pada bagian dadanya.
Kain tersebut berbentuk segi lima dengan motif dan pernak-pernik yang menambah sempurna pakaian sang pengantin.
Kepala pengantin perempuan juga menggunakan mahkota yang penuh dengan bunga.
Ada pula hiasan di samping mahkota yang jatuh sehingga merumbai ke bawah menambah cantik penampilan.
4. Babaju Kubaya Panjang
Pakaian adat Kalimantan Selatan terakhir juga dikenal dengan nama Banjar Baamar Galung Modifikasi.
Nama itu dipilih karena desain baju adat ini telah banyak memiliki modifikasi dari berbagai budaya.
Saat ini, Babaju Kubaya Panjang biasa digunakan untuk para pengantin dari suku Banjar melangsungkan pernikahan.
Pakaian itu terdiri dari baju lengan panjang atau Poko yang dipadukan dengan rok panjang berhias payet untuk sang wanita.
Ditambah juga mahkota bunga dan kembang goyang di kepalanya.
Modifikasi jenis ini disebut-sebut merupakan unsur budaya Islami agar para pengantin tidak memperlihatkan auratnya.
Sementara itu, pengantin pria akan menggunakan jas panjang berwarna senada, celana panjang, dan kain ikat khas Kalimantan Selatan.
Pada bagian kepala, ada juga kain segita tinggi berwarna merah bata.
Nah, keempat baju khas itu sebagian besar masih digunakan masyarakat dalam acara-acara tertentu, seperti pernikahan.
Hal itu dilakukan demi mencegah hilangnya budaya khas Kalimantan Selatan.
Semoga kita semua bisa melestarikan budaya Indonesia, termasuk pakaian adat Kalimantan Selatan ya!