Pelajaran sejarah pertama kali diajarkan saat duduk di bangku sekolah dasar.
Dan yang paling menarik dari subjek pembelajaran sejarah yaitu manusia purba.
Awalnya banyak orang yang meragukan keberadaan manusia purba.
Karena sedari kecil kita diajarkan tentang bagaimana Sang Pencipta menciptakan manusia pertama yaitu Adam dan Hawa.
Lalu dengan munculnya berbagai teori mengenai serta ditemukan beberapa fosil yang tersebar di seluruh dunia bahkan di Indonesia.
Hal ini semakin menguatkan teori evolusi mengenai manusia purba.
Pengertian Manusia Purba
Manusia purba atau prehistoric people (manusia prasejarah) adalah manusia yang hidup dan berevolusi pada zaman prasejarah atau manusia yang hidup sebelum ditemukannya tulisan.
Penemuan manusia purba pertama kali sudah berumur 4 juta tahun yang lalu.
Maka diperkirakan manusia prasejarah tersebut sudah mendiami bumi sekitar 4 juta tahun yang lalu.
Perbedaan yang paling mendasar dari manusia purba dan manusia modern yaitu, volume otak yang yang lebih kecil dibandingkan manusia modern.
Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai peranan penting dalam sejarah penemuan fosil-fosil, benda peninggalan dan bekas hunian manusia purba untuk penelitian di dunia.
Banyaknya fosil dan artefak yang pernah ditemukan di Indonesia membuat banyak peneliti terkenal luar atau dalam negeri yang berlomba-lomba melakukan penelitian.
Seperti Eugene Dubois, yang datang ke Indonesia dan pada tahun 1890 berhasil menemukan fosil yang menggemparkan dunia.
Kedua ada Von Koenigswald seorang paleontologi dari Jerman.
Ketiga, Ter Haar dan Oppenoorth yang datang ke Ngandong, Kabupaten Blora.
Keempat, Tjokrohandoyo dan Dulfjes yang datang ke daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Kemudian dari Indonesia yaitu Prof. Dr. Teuku Jacob yang melakukan penelitian sepanjang Sungai Bengawan Solo dan menemukan 13 fosil atau artefak manusia purba.
Sejarah Manusia Purba
Fosil manusia prasejarah yang tertua ditemukan di Hadar, Ethiopia yang berusia sekitar 2.35 juta tahun.
Penemuan tersebut yaitu fosil tulang rahang atas.
Menurut Profesor Brian Villmoare dari Universitas Nevada di Las Vegas, Amerika Serikat, memperlihatkan adanya kesamaan dengan primata atau homonim berusia 3.5 juta tahun yang pernah ditemukan didaerah yang sama pada tahun 1974.
Sedangkan di Indonesia artefak manusia purba pertama kali ditemukan pada 1890 di Sungai Bengawan Solo daerah Trinil, Jawa Timur oleh Eugene Dubois.
Fosil yang ditemukan Eugene Dubois, seperti bagian atas tengkorak, tulang paha kiri, dan tulang rahang.
Penemuan fosil di Indonesia diperkirakan hidup sekitar 600 ribu tahun lalu pada masa quatair.
Masa quartair terbagi menjadi dua yaitu masa diluvium (pleistocen) dan masa alluvium (holocen).
Jenis dan Ciri-ciri Manusia Purba yang pernah Ditemukan di Indonesia
Sejak abad ke-18 penelitian manusia purba di Indonesia sudah gencar dilakukan yang dipelopori oleh Eugene Dubois.
Di Indonesia manusia purba terbagi menjadi tiga, yakni Meganthropus (manusia besar), Pithecanthropus (manusia kera yang berjalan tegak), dan Homo (manusia yang berpikir).
Hampir semua ilmuwan dunia menganut paham evolusi kera atau teori Australopithecus yang diyakini nenek moyang manusia.
Namun, teori tersebut tidak memiliki kaitan antara manusia dan kera dan tidak bisa dijelaskan maka peristiwa tersebut hilang atau disebut missing link.
1. Meganthropus Palaeojavanicus
Penemu arkeolog asal Belanda, Van Koenigswald menemukan fosil manusia purba yang tertua di Indonesia dan paling besar.
Penemuan Meganthropus Palaeojavanicus dilakukan di daerah Sangiran pada tahun 1936 yang diperkirakan hidup 1-2 juta tahun yang lalu.
Karena saat ditemukan fosil tersebut dalam teknik peluruhan karbon.
Megan yang berarti besar, anthropus yaitu manusia, paleo artinya tua.
Dan javanicus berasal dari Jawa.
Maka Meganthropus Paleojavanicus berarti manusia besar dan paling tua yang berasal dari Jawa.
Ciri-ciri Meganthropus Palaeojavanicus sebagai manusia purba yaitu :
Tulang pipi yang sangat tebal dan menonjol
Identik dengan otot rahang yang kuat dan keras
Memiliki hidung lebar dan tidak memiliki dagu
Volume otak 900 cc dan tinggi badan 165-180 cm
Dengan badan yang tegap karen makanannya sejenis tumbuh-tumbuhan
2. Pithecanthropus Erectus
Di Indonesia ada tiga jenis Pithecanthropus yang pernah ditemukan yaitu Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis, dan Pithecanthropus Soloensis.
Yang diperkirakan hidup sekitar 2 juta tahun lalu.
Fosil tersebut ditemukan oleh dokter Eugene Dubois pada 1891 di Desa Trinil, Kabupaten Ngawi Jawa Timur.
Yang awalnya dokter Eugene Dubois mencari fosil ke Sumatera Barat tapi tidak menemukan apa-apa.
Fosil Pithecanthropus Erectus yang ditemukan yaitu tulang kaki, tengkorak, dan tulang rahan atas.
Menurut penelitian yang ada manusia purba ini hidup dengan berburu hewan, hidup secara nomaden dan mulai mengumpulkan makanan.
Yang bertujuan mencari sumber makanan yang mereka butuhkan.
Ciri-ciri Pithecanthropus Erectus sebagai manusia purba yaitu :
Tinggi badan Pithecanthropus Erectus sekitar 165-180 cm dan postur tubuh yang tegap
Rahang yang kuat dan gigi geraham yang lumayan besar
Volume otaknya 750-1350 cc, dengan kening yang menonjol dan melintang di dahi
Serta bagian kepala belakang menonjol, membuat wajahnya menonjol ke depan
Memiliki dahi yang miring ke belakang
Tengkuk yang sangat kuat
3. Pithecanthropus Soloensis
Pithecanthropus Soloensis ditemukan oleh dua sejarawan ahli yaitu G.H.R. Koenigswald dan Oppenoorth, Ter Haar, di daerah Ngandong Jawa Tengah.
Fosil-fosil Pithecanthropus Soloensis tersebar banyak dan bisa ditemukan sekitar Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Hebatnya manusia purba ini memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki semua manusia purba yang pernah ditemukan.
Terutama dengan ciri-ciri yang khas manusia purba Indonesia.
Pithecanthropus Soloensis hidup secara berkelompok kecil atau bahkan hidup menyendiri.
Namun, seiring perkembangan waktu mereka mulai hidup berkelompok besar dn berdampingan untuk mencari makan.
Dengan wajah yang masih sekiti menyerupai kera.
Ciri-ciri Pithecanthropus Soloensis sebagai manusia purba yaitu :
Tidak berdagu dengan volume otak 750-1350 cc
Badan tegap dan tinggi sekitar 165-180 cm
Hidung lebar, kening yang tebal dan menonjol serta melintang di pelipis
Rahang yang kuat
Gigi geraham karena makanannya berupa tumbuhan dan hewan buruan
4. Pithecanthropus Mojokertensis
Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald menemukan fosil Pithecanthropus Mojokertensis di Mojokerto, Jawa Timur pada tahun 1936 – 1941.
Diberikan nama Mojokertensis karena sesuai dengan tempat penemuannya di Mojokerto.
Fosil yang ditemukan Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald berubah tengkorak kepala seorang anak yang kira-kira berusia 5-6 tahun.
Yang ditemukan pada Lapisan Trinil(Trinist tengah) yang mempunyai sifat memiliki tubuh yang kuat dan besar.
Indonesia adalah tempat yang kaya dengan sumber daya alam maka Pithecanthropus dapat berkembang dengan baik di negara ini.
Fosil Pithecanthropus adalah salah satu fosil tertua di Indonesia dibandingkan dengan fosil genus Homo.
Bentuknya pun berbeda dengan manusia prasejarah lainnya.
Apalagi di bagian tengkorak kepala.
Pithecanthropus Mojokertensis hidup dengan cara berpindah-pindah atau nomaden.
Yang makannya yaitu tumbuhan serta mencari hewan buruan atau memancing ikan di sungai.
Ciri-ciri Pithecanthropus Mojokertensis sebagai manusia purba yaitu :
Memiliki tinggi sekitar 165 – 180 cm dengan cara berdiri yang tegap
Wajah yang tidak menonjol tapi tulang pipi yang menonjol
Dahi menjulur ke belakang
Tinggal dalam kelompok
Memiliki tulang tengkorak yang menonjol dan tebal
Tidak memiliki dagu dengan dahi yang menonjol
Bentuk hidung sangat lebar dan otot-otot leher kecil
Kapasitas volume otak 750-1300 cc
Memiliki postur tubuh yang kuat dan kekar
Memiliki gigi yang kuat untuk memakan segala
5. Homo Floresiensi
Tahun 2003 peneliti arkeolog gabungan dari Pusilitbang Arkeolog Nasional, Indonesia dan Unikversity of New England kembali melakukan pencarian manusia purba di Indonesia.
Penelitian kali itu berpusat di Liang Bua, di Pulau Flores dan menemukan manusia praaksara jenis Homo.
Yang jadi salah satu jenis unik yang pernah hidup di Indonesia.
Duluna Liang Bua, di Pulau Flores digunakan sebagai tempat pemakaman.
Kerangka yang ditemukan oleh Arkeolog Nasional, Indonesia dan University of New England belum menjadi batu atau belum jadi sebuah fosil.
Penemuan tersebut diberi nama Homo Floresiensis yang hidup sekitar 12.000 tahun lalu.
Bagian Homo Floresiensis yang ditemukan yaitu tulang badan, tiga tungkai tanpa lengan dan tengkorak kepala.
Penggalian di Liang Bua juga ditemukan beberapa kerangka mamalia dan kerangka homo sapiens.
Seperti kerangka Tikus Besar, Biawak dan Gajah Stegodon.
Ada juga alat-alat peninggalan Homo Floresiensis yang ditemukan.
Seperti beliung, mata panah, arang, tulang yang telah terbakar dan pisau.
Homo Floresiensis adalah manusia purba memiliki ukuran tubuh yang kecil.
Dan hidup secara berdampingan seperti manusia modern.
Ciri-ciri Homo Floresiensis sebagai manusia purba yaitu :
Ciri yang sangat menonjol yaitu ukuran tubuh yang keci dengan tingg sekitar 106 cm
Volume otak 380 cc
Ukuran otaknya sangat kecil
Memiliki berat badan sekitar 25 kg
Memiliki rahang yang menonjol
Tengkorak yang tidak terlalu pendek dan rendah
Dahi yang sempit
6. Homo Wajakensis
Di wilayah Wajak pada tahun 1889 ditemukan fosil manusia purba yang berjenis Homo.
Kemudian temuan tersebut diberi nama Homo Wajakensis.
Pencarian fosil lalu dilanjutkan oleh Eugene Dubois di daerah Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur dan ditemukan.
Fosil yang ditemukan yaitu rahang atas dan bawah, tulang kering dan tulang pada.
Dan hal yang mengejutkan yaitu ditemukannya fragmen tengkorak bervolume 1.600 cc.
Penemuan ini menandakan Homo Wajakensis sudah bisa membuat peralatan dari tulang dan batu.
Serta mengerti cara mengolah makanan atau memasak.
Ciri-ciri Homo Wajakensis sebagai manusia purba yaitu :
Memiliki pipi yang menonjol ke samping
Memiliki tinggi 130-210 cm dan badan yang tegak
Berjalan dan berdiri tegak
Bagian mulut yang menonjol
Hidung lebar
Memiliki dahi yang agak miring dan di atas mata ada kerutan dahi yang terlihat jelas
Berat badan hanya 30-150 kg
Jarak mulut dan hidung masih jauh
7. Homo Soloensis
Homo Soloensis adalah jenis dari manusia purba genus (homo) atau Homo Erectus.
Subspesies Homo Soloensis ditemukan di daerah Solo oleh peneliti luar negeri yakni Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, Oppenoorth, dan Ter Haar.
Homo Soloensis ditemukan di Lapisan Pleistosen Atas beserta dengan beberapa artefak kuno.
Yang hidup sekitar 40.000 – 25.000 tahun yang lalu.
Pada tahun 1931-1933 di Ngandong (Blora), Kecamatan Sambungmacan (Sragen) dan Sangiran.
Ciri-ciri Homo Soloensis sebagai manusia purba yaitu :
Tengkorak kepala dan otak kecil Homo Soloensis lebih besar dibandingkan Pithecanthropus Erectus.
Tinggi badan sekitar 130-210 cm dan berat berada disekitar 30-150 kg
Volume otaknya yaitu 1000-1200 cc
Berdiri dengan tegap dan berjalan dengan sempurna karena bentuk tubuhnya agak mendekati manusia saat ini
Otot tengkuk yang menyusut
8. Homo Sapiens
Penemuan fosil gigi Homo Sapiens atau manusia purba modern di Gua Lida Ajer, Jambi menunjukan manusia prasejarah tersebut telah hidup di Indonesia sekitar 63-73 ribu tahun lalu.
Artinya Homo Sapiens telah hidup saat meletusnya Gunung Toba untuk ketiga kalinya dan letusan inilah yang paling dahsyat.
Yang terjadi sekitar 70.000 tahun lalu mengakibatkan terangkatnya Pulau Samosir.
Homo Sapiens mempunyai cara bertahan hidup dan hidup lebih maju dibandingkan spesies manusia purba lainnya seperti Meganthropus dan Pithecanthropus.
Homo yang arti manusia dan Sapiens yang artinya cerdas yang diperkirakan hidup pada masa pleistosen.
Bentuk fisik Homo Sapiens juga lebih signifikan dibandingkan manusia purba lainnya karena lebih mendekati bentuk manusia modern.
Ciri-ciri HomoSapiens sebagai manusia purba yaitu :
Volume otak yang besar yaitu 1.650 cc
Sudah bisa berdiri dan berjalan dengan tegak
Bentuk wajah yang lebar dan datar
Memiliki mulut yang sedikit menonjol serta akar hidung yang lebar
Kening yang menonjol
Memiliki dagu
Ciri khususnya yaitu mirip ras mongoloid dan ras austromelanesoid
TInggi sekitar 130 cm-210 cm
Pemikiran atau otak yang lebih berkembang dibandingkan Pithecanthropus dan Meganthropus
Mengalami penyusutan pada otot tengkuk
Memiliki rahang yang menyusut, serta gigi dan otot kunyah yang kuat
Pola Hunian Manusia Purba
Pola hunian manusia purba adalah bagaimana tempat tinggal manusia prasejarah dulu.
Pada awalnya manusia hidup dengan cara berpindah-pindah atau nomaden.
Namun, saat manusia sudah mengenal tempat tinggal dan mulai bercocok tanam tepat saat masa masa Mesolithikum (batu tengah) mereka sudah menetap sesuai kebutuhannya.
Saat mulai mulai bercocok tanam, manusia purba juga mulia membuat barang-barang sederhana dari batu, tulang hewan dan kayu untuk memudahkan pekerjaannya.
Pola hunian manusia purba terbagi atas tiga macam yaitu :
1. Nomaden
Karena zaman dulu manusia pra aksara masih sangat mengandalkan alam maka mereka hidup dengan cara berpindah-pindah atau nomaden.
Hal ini terjadi jika pasokan makanan di tempat sebelumnya habis maka mereka akan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari sumber makanan.
Pada masa ini juga mereka telah mengenal hidup berkelompok yaitu sekitar 10-15 orang.
Umumnya manusia purba akan hidup di dekat sungai, gunung dan hutan yang memudahkan mereka mendapat makanan.
Ciri-ciri manusia purba yang hidup nomaden yaitu :
Hidup dengan cara berpindah-pindah
Begitu mengandalkan alam
Belum mampu mengolah bahan makanannya sendiri
Hidup dengan berburu hewan dan mengumpulkan makanan
Alat atau peralatan yang mereka gunakan masih sederhana
2. Semi Nomaden
Pada masa kehidupan Semi Nomaden, cara hidup manusia purba tidak jauh berbeda pada masa Nomaden.
Namun, pada masa ini manusia prasejarah sudah mulai mengolah makanannya, masih berpindah untuk tempat tinggalnya, tapi terkadang mereka akan menetap untuk sementara.
Sembari berburu dan bergantung pada alam, mereka mulai menanam tumbuhan yang bisa konsumsi dan akan meninggalkannya.
Lalu kembali ketika mereka merasa sudah bisa memanen tumbuhan tersebut.
Pelatan hidup yang mereka gunakan juga sudah perlahan perbembang, seperti alat dari tulang atau batu dibuat lebih tajam.
3. Sedenter
Pada pola hidup Sender, manusia purba sudah mulai menetap disuatu tempat dan hidup dengan terorganisir dengan baik secara berkelompok.
Mereka juga sudah mulai mengenal sistem kepercayaan dan norma adat sesuai dengan kebiasan yang dijalani.
Karakter Pola Hunian Manusia Purba
Karakter pola hunian manusia purba tergantung pada kebutuhan yang mereka inginkan.
Secara garis besarnya pola hunian manusia purba dibagi dua sebagai berikut :
1. Kedekatan dengan Sumber Air
Manusia prasejarah, cenderung hidup di alam terbuka terlebih di pinggiran sungai.
Terlebih air adalah kebutuhan pokok untuk manusia.
Dan bisa memenuhi kebutuhan mereka saat mulai bercocok tanam dan berburu.
Tapi jika mereka merasa sumber daya alam di tepian sungai sudah mulai menipis, manusia purba akan meninggalkannya dan berpindah ke pinggiran sungai lainnya.
Dan untuk manusia purba yang hidup di pinggir pantai, mereka akan mengkonsumsi kerang, ikan dan siput.
2. Kehidupan di Alam Terbuka
Kehidupan di alam liar bagi manusia purba terkadang mereka akan tinggal atau beristirahat di gua-gua yang di temui.
Oleh sebab itu banyak gua-gua yang ditemukan terdapat gambaran tangan manusia purba.
Jika tidak tinggal di gua-gua atau tepian sungai, manusia purba akan membangun bilik-bilik kecil atau sekat-sekat untuk berlindung diri.
Tapi jika gua berada jauh dari sumber air, kemungkinan mereka tidak akan menetap lama di sana.
Peta Persebaran Manusia Purba
Konon nenek moyang Indonesia mempunyai kesamaan dengan bangsa di pantai barat Amerika, sebelah utara Formosa, dan sebelah barat Madagaskar.
Ada juga yang mengatakan bahwa nenek moyang Indonesia berasal dari Yunan, Cina Selatan.
Dan untuk manusia purba Homo Sapiens yang awalnya di Indonesia konon melakukan perjalanan hingga ke Australia.
Peta persebaran yang di Indonesia dapat ditinjau dari fosil atau artefak, benda peninggalan dan beka huniannya misalnya di gua.
Penemuan Fosil Manusia Purba di Indonesia
Indonesia memiliki peranan penting sebagai pusat penemuan fosil terbanyak di Indonesia.
Ada beberapa tempat yang jadi pusat penemuan fosil dan dijadikan situs purbakala sebagai berikut :
1. Museum Fosil Sangiran Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen
Penemuan fosil di Sragen ada sekitar 50%, dari 65% temuan fosil yang ada di Indonesia.
Museum Fosil Sangiran Desa Krikilan telah dijadikan salah satu warisan budaya dunia atau World Heritage List.
Letak museum tersebut tak jauh dari pusat kota Solo, hanya sekitar 17 km dan harga tiket masuknya Rp. 10.000.
Museum Sangiran terdapat 13.685 fosil, di mana 2.931 fosil ada di museum dan sisanya di gudangkan.
Berbagai fosil manusia, fosil hewan bertulang belakang, alat-alat batu, fosil binatang liar, dan fosil binatang air.
2. Museum Trinil Ngawi Jawa Timur
Bengawan Solo pernah jadi pusat penggalian dan penelitian manusia purba di Nusantara.
Serta tempat tersebut juga terdapat bekas kebudayaan, ekosistem, flora dan fauna yang pernah hidup di zamannya.
Penemuan di kawasan Trinil sebagian berasal dari masa pliosen yang telah hidup sekitar 1,5 juta tahun lalu.
Jumlah koleksi di Museum Trinil terdapat sekitar 1.200 fosil yang terdiri dari 130 jenis.
Diantaranya replika manusia purba jenis Pithecanthropus Erectus yang ditemukan di Trinil dan fosil-fosil dari Australopithecus Africanus dan Homo Neanderthalensis.
Fosil tersebut berasal dari Jerman dan Afrika.
Bukan hanya fosil dan replika manusia purba yang jadi koleksi Museum Trinil.
Terdapat fosil hewan purba diantaranya yaitu, gigi geraham atas gajah (Stegodon Trigonocephalus), tulang rahang bawah macan (Felis Tigris), tanduk kerbau (Bubalus Palaeokerabau), gading gajah purba yang panjangnya 3.15 m (Stegodon Trigonocephalus), dan tanduk banteng (Bibos Palaeosondaicus).
3. Gua liang bua manggarai, Flores Nusa Tenggara Timur
Penemuan manusia purba di Gua Liang yang spesies Homo diberi nama subspesies Homo Floresiensi.
Spesies yang ditemukan di Flores ini berbeda karena memiliki postur yang lebih kecil dengan penemuan lainnya. Gua Liang menjadi rumah bagi “Hobbit Indonesia”.
Bentukan endokarst dari Gua Liang berselingan dengan batu gamping yang berasal dari 15 juta tahun lalu atau dari Masa Miosen tengah.
Ukuran Gua Liang cukup besar yaitu dengan tinggi 25 m, lebar 40 m dan panjang 50 m.
Peralatan Manusia Purba
Peralatan manusia purba semakin berevolusi sesuai kebutuhan.
Alat-alat yang digunakan mereka juga mengikuti bagaimana pola dan karakter hunian manusia purba.
Berikut contoh peninggalan manusia prasejarah yang ditemukan :
1. Kapak Genggam
2. Alat Serpih
3. Kapak Persegi
4. Kapak Lonjong
5. Menhir
6. Dolmen
7. Sarkofagus
8. Arca
9. Bejana Perunggu
10. Kapak Corong
Kehidupan Manusia Purba
Kehidupan manusia purba terbagi dalam beberapa fase sesuai kebutuhan dan perkembangaan zamannnya.
Fase tersebut yaitu :
1. Masa Kehidupan berburu / Makanan
Pada masa berburu manusia purba sangat mengandalkan alam sebagai sumber makanannya.
Pola ini terbagi menjadi dua yaitu tingkat sederhana dan tingkat lanjut.
Saat berburu makanan manusia purba akan hidup sendiri dan terkadang secara berkelompok kecil kemudian selalu membawa benda atau alat seperti kapak genggam.
Masa ini juga mereka akan hidup nomaden karena tujuannya selalu mencari dan mengumpulkan makanan seperti umbi-umbian.
Rata-rata tempat tinggal sementara mereka adalah gua dan meninggalkan cap tangan serta gambar-gambar hewan buruannya.
Contohnya babi dan rusa yang digambar lengkap dengan anak panah atau tombak.
2. Masa Bercocok Tanam
Para arkeolog meyakini manusia prasejarah sudah mampu membuat lading, bercocok tanam bahkan beternak hewan yang telah mereka buru.
Semakin banyak anggota kelompoknya maka semakin banyak juga pasokan makanan yang dibutuhkan.
Menurut Vishu Mitre seorang peneliti jenis tumbuhan yang pertama kali mereka tanam yaitu kacang-kacangan, sorgum, kurma dan Jewawut (pearl millet).
Dan sekitar 10.000 SM tanaman manusia purba mulai mengalami perkembangan jadi tanaman gandum, umbi-umbian serta tanaman yang tumbuh liar.
Karena telah bercocok tanam, maka mereka telah bermukim pada suatu daerah dan memangun rumah sederhakaakna berhana dasar kayu.
Alat-alat bercocok tanam yang digunakan juga kian beragam.
Seperti kapak lonjong, mata panah, dan beliung persegi.
Mereka juga sudah mengenakan perhiasan dan memakai baju sederhana dari kulit pohon atau kulit hewan.
3. Masa Mengenal Kepercayaan
Semakin berkembangnya pemikiran manusia purba mereka juga meyakini adanya kekuatan diluar dari yang mereka miliki.
Akhirnya manusia purba mulai melakukan ritual atau upacara untuk menjalankan kepercayaan yang mereka anut dan membangun tempat yang lebih besar untuk saling bertemu saat ritual berlangsung.
Sistem kepercayaan masa praaksara terbagi menjadi tiga yaitu.
Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.
Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang mempunyai sifat ghaib.
Manusia purba melakukanya dengan cara menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris, jimat, dan patung.
Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dianggap suci dan memiliki kekuatan.
Dalam melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana atau tempat.
Mereka membangun bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar.
Masa ini disebut sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar).
Manusia Purba diluar Indonesia
Hingga saat ini hampir semua peneliti di dunia beranggapan bahwa manusia pertama berasal dari benua Afrika.
Banyak teori dan penemuan yang mendukung hal tersebut.
Berikut adalah contoh manusia purba yang ditemukan fosilnya di luar Indonesia :
1. Ardipithecus ramidus
Manusia purba Ardipithecus ramidus hidup sekitar 4,4 juta tahun lalu yang fosilnya ditemukan di Ethiopia pada 1992 dan 1994 oleh para peneliti dari Amerika yang dipimpin Paleoantropolog.
Manusia purba ini memiliki tinggi sekitar 120 cm dan berat 50 kg dengan mengkonsumsi buah-buahan dan binatang kecil.
Ciri fisiknya mirip seperti simpanse.
2. Homo Antecessor
Penggalian di Gran Dolina di pegunungan Atapuerca Spanyol berhasil membuahkan temuan fosil berjumlah 80 fosil dan 6 individu.
Diduga fosil yang ditemukan dulunya adalah korban kanibalisme terlihat dari bekas luka pembunuhan.
Penemuan tersebut dilakukan oleh J. M. Bermúdez de Castro, Eudald Carbonell dan Juan Luis Arsuaga.
Homo antecessor diperkirakan hidup sekitar 1,2-800 ribu tahun yang lalu dan hidup di Eropa bagian barat yaitu Spanyol, Perancis dan Inggris.
3. Australopithecus Africanus
Prof. Raymond Dart melakukan penelitian lanjutan pada fosil yang ditemukan seorang anak di daerah Taung, dekat Vryburg, Afrika Selatan.
Fosil ini ditemukan pada 1924 dan diberi nama Australopithecus Africanus berarti “Kera dari selatan Afrika”. Australopithecus Africanus diperkirakan hidup sekitar 3.3-2.1 juta tahun yang lalu.
4. Sinanthropus Pekinensis
Sinanthropus Pekinensis hidup sekitar 780.000-230.000 tahun yang lalu.
Yang fosilnya ditemukan oleh Davidson Black tahun 1927.
Di temukan di Zhoukoudian (Zhou Kou Tien), dekat Beijing, Tiongkok.
5. Homo Cro-Magnon
Homo Cro-Magnon adalah manusia purba tertua dari Eropa yang masih keturunan Homo Sapiens.
Yang ditemukan pada tahun 1868 dan diperkirakan hidup sekitar 40.000-10.000 tahun yang lalu.
Para arkeolog meyakini Homo Cro-Magnon datang dari Timur Tengah dan memasuki Eropa.
Kemudian menggantikan Homo Neanderthal.
6. Manusia Purba Heidelbergensis
Rösch sandpit sebelah utara desa Mauer, Jerman adalah lokasi dimana fosil Homo Heidelbergensis pertama di temukan oleh Daniel Hartmann pada 21 Oktober 1907.
Homo Heidelbergensis diperkirakan hidup sekitar 600.000-400.000 tahun lalu.Manusia purba ini adalah nenek moyang dari homo neanderthalensis dan homo sapiens.
Evolusi Spesies Manusia Purba
Sesuai dengan evolusi yang dipercaya setiap makhluk hidup berasal dari satu nenek moyang dan berevolusi selama jutaan tahun.
Berkembang biak menjadi spesies lain.
Sebagian spesies ada yang berubah yang disebut bentuk transisi atau masa transisi.
Contohnya saja binatang reptil masa kuno dengan masa sekarang sangat berbeda dalam bentuk fisiknya.
Sayangnya, sisa-sisa dari beberapa binatang purba ini kurang ditemukan fosilnya.
Hanya ada segelintir fosil dan teori yang mendukung.
Dalam buku The Origin of Species yang berisi asal-usul spesies, Darwin menjelaskan bahwa :
“Jika teori saya benar, pasti pernah terdapat jenis-jenis bentuk peralihan yang tak terhitung jumlahnya, yang mengaitkan semua spesies dari kelompok yang sama…. Sudah tentu bukti keberadaan mereka di masa lampau hanya dapat ditemukan pada peninggalan-peninggalan fosil.”
Menurut teori Charles Darwin bahwa setiap makhluk hidup akan berevolusi seiring waktu dan melewati seleksi alam yang mereka tempati.
Dari teori yang Darwin kemukakan membuat para peneliti berlomba-lomba untuk mencari fosil yang ada di seluruh penjuru dunia mulai pada abad ke-19.
Arkeolog semakin bekerja keras untuk mengumpulkan fosil yang ada, tapi tak satupun fosil yang sempurna apalagi yang menunjukkan bentuk transisi.
Sangat bertentangan dengan teori evolusionis Darwin, fosil yang ditemukan justru menunjukkan sudah dalam bentuk yang lengkap dan seperti kehidupan muncul di bumi secara tiba-tiba.
Hingga saat ini masih banyak teori-teori yang simpang siur mengenai teori evolusi dari manusia purba yang ada.
Jika di Indonesia telah ada penemuan yang mendukung adanya manusia purba yang sempat mendiami Indonesia selama jutaan tahun lalu.