Setiap usaha, bisnis, organisasi, dan perusahaan, pasti tidak menginginkan adanya kerugian, baik materill atau immateriil.
Oleh sebab itu, diperlukan identifikasi sejak dini, yang memungkinkan untuk membaca kemungkinan risiko tersebut.
Nah, untuk itu, diperlukan manajemen risiko khusus, yang dapat membantu membaca masalah ini, serta memberikan solusi praktis untuk pencegahannya.
Berikut terdapat ulasan menarik mengenai manajemen risiko, yang patut untuk dipelajari.
Yuk, dibaca!
Pengertian Manajemen Risiko
1. Definisi Secara Umum
Manajemen resiko bisa diartikan sebaga semua proses aktifitas yang dilakukan untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya risiko pada sebuah perusahaan.
Cakupannya termasuk mengidentifikasi, merencanakan, strategi, tindakana, mengawasi, dan mengevaluasi semua hal-hal yang mungkin berakibat buruk pada suatu usaha.
Bisa dikatakan juga, manajemen risiko merupaka salah satu metode pencegahan masalah yang bisa menimpa perusahaan.
Misalnya kerugian besar, dijauhi gulung tikar, kolaps, dan sebagainya.
2. Definisi Para Ahli
Selain definisi secara umum di atas, manajemen risiko juga dipandang dalam beberapa pendapat berbeda, yakni sebagai berikut.
a. Darmawi (2014)
Darmawi berpendapat bahwa manajemen risiko mencakup upaya untuk mengetahui, menganalisa, dan mengontrol setiap risiko yang bisa muncul dalam kegiatan perusahaan, supaya mendapatkan efektifitas dan efisiensi kerja yang tinggi.
b. Fahmi (2010)
Dalam pandangan Fahmi, manajemen risiko merupakan sebuah disiplin ilmu yang membahas menganai tindakan organisasi, untuk mengatasi suatu masalah, dengan basis maajemen sistematis dan menyeluruh.
c. Bramantyo (2008)
Selanjutnya, menurut Bramantyo, manajemen risiko merupakan sebuah proses sistematis dan terstruktur, dalam mengidentifikasi, memetakan, mengukur, dan mengembangkan alternatif penanganan risiko.
d. Djohanputro (2008)
Djohanputro mengemukakan pendapat, bahwa manajemen risiko adalah upaya sistematis dan terstruktur untuk mengidentifikasi, memetakan, mengukur, mengembangkan solusi penanganan risiko, serta mengawasi hingga mengontrol penanganan risiko.
e. Siahaan (2007)
Menurut Siahaan, majemen risiko diartikan sebagai sebuah upaya atau praktik dengan memakai metode tertentu serta peralatan yang memadai untuk mengelola risiko proyek.
f. Tampubulon (2004)
Menurut pendapat Tampubolon, manajemen risiko merupakan suatu proses yang dikerjakan untuk mengakomodasi semua kemungkinan negatif dari transaksi bisnis.
g. Djojo Soedarso (2003)
Dalam pandangan Djojo Soedarso, majaemen risiko diartikan sebagai sebuah penerapan fungsi manajemen secara umum, untuk memilah dan memetakan masalah beserta solusinya, yang terjadi pada perusahaan, organisasi, keluarga, maupun masyarakat.
h. NIST (Stoneburner et al.,2001;E-2)
Menurut pandangan NIST, manajemen risko diartikan sebagai proses untuk identifikasi dan kontrol, dengan cara membuat sistem informasi yang berhubungan dengan risiko, dengan lingkup berupa kajian risiko, analisa manfaat dan biaya, serta pemilihan, pengetesan, implementasi, dan evaluasi sistem keamanan dari upaya perlindungan.
i. Siagian dan Sekarsari (2001)
Definisi manajemen risiko bagi Siagian dan Sekarsari, dapat diartikan sebagai sebuah pengelolaan risiko yang luas, yang tidak hanya fokus pada pelengkapan asuransi, tapi mesti juga mengelola semua risiko organisasi.
j. Noshworthy (2000)
Manajemen risiko, menurut pandangan Noshworthy, diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengurangi kemungkinan risiko dan meminimalkan kerusakan yang bisa saja terjadi, dengan melakukan analisa risiko dan pengendalian risiko sebagai dasar dalam manajemen risiko.
Pengendalian risiko senriri adalah tindakan untuk mengontrol kegiatan untuk mendapatkan keseimbangan antara keamanan, fungsi dan biaya.
k. Australia/New Zealand Standards (1999)
Berdasarkan Australia/New Zealand Standards, manajemen risiko dimaksudkan sebagai proses yang sistemis dan logis, dalam identifikasi, analisa, evaluasi, kontrol, pengawasan, komunikasi risko, yang ada hubungannya dengan seluruh aktifitas, proses dan fungsi, dengan maksud untuk meminimalisir tingkat kerugian, dengan memaksimalkan kesempatan.
Dengan mengimplementasikan manajemen risiko tersbeut, diharapkan perusahaan menjadi terbantu dalam upaya identifikasi risiko sejak dini dan membantu dalam menyusun keputusan atas risiko yang mungkin terjadi.
l. Dorfman (1998:9)
Bagi Dorfman, manajemen risiko adalah proses yang bersifat logis dalam uoaya untuk memahami eksposur kepada kerugian.
m. William et.al (1995)
Menurut pandangan William et.al, pengertian manajemen risiko mencakup suatu aplikasi dari turunan manajemen umum, yang melakukan proses identifikasi, mengukur, serta melakukan penanganan sebab-akibat, dari ketidakpastian organisasi.
n. Clough dan Sears (1994)
Menurut pandangan kedua ahli ini, manajemen risiko merupakan pendekatan secara komprehensif, yang menangani seluruh peristiwa yang menyebabkan kerugian.
o. Smith (1990)
Dalam pandangan Smith, manajemen risiko merupaka upaya untuk mengidentifikasi, mengukurm dan mengontrol keuangan dari setiap risiko yang mengancam aset dan penghasilan perusahaan, yang bisa menimbulkan kerugian atau kerusakan.
Dilihat dari beragam pendapat tersebut, dapat diartikan manajemen risiko merupakan suatu proses yang sistematis dan terstruktur, dalam upaya mengidentifikasi, memahami, serta mengembangkan alternatif solusi bagi tiap risiko yang muncul dalam bisnis.
p. Enterprise Risk Management-COSO
Dalam pandangan Enterprise Risk Management, manajemen risiko adalah events with a negative impact represent risks, which can prevent value creation or erode existing value
q. Wikipedia
Manajemen risiko diartikan sebagai sebuah pendekatan/metodologi yang terstruktur dalam pengelolaan ketidakpastian, yang berhubungan dengan anacaman, serangkaian kegiatan manusia terkasuk, pengukuran risiko, pengembangan strategi pengelolaannya, serta mitigasi risko dengan memakai pengelolaan/pemberdayaan sumber daya.
Tujuan
Berikut adalah tujuan-tujuan yang diharapkan dari manajemen risiko.
1. Untuk Melindungi Perusahaan
Dengan mengadakan manajemen risiko yang baik, berarti perusahaan sudah berusaha menghindari risiko bisnis yang membahayakan.
Sehingga, perusahaan tetap berdiri, walaupun terkena berbagai masalah dan hal-hal negatif.
Melakukan perlindungan terhadap unit usaha dengan langkah-langkah manajemen risiko, lebih banyak yang berhasil daripada yang tidak.
Karena, sebelum terjadinya masalah, problem tersebut sudah dideteksi terlebih dahulu.
2. Membantu Pembuatan Kerangka Kerja
Dengan menerapkan manajemen risiko, maka solusi atas setiap permasalahan dalam perusahaan bisa ditemukan.
Untuk itu, perlu dibuat juga aktualisasinya dalam bentuk kerangka kerja, menyesuaikan solusi tersebut.
Inilah mengapa manakemen risiko dapat membantu dalam membuat kerangka kerja.
Lewat alasan ini juga, kebijakan yang mengikutinya bisa ditetapkan segera.
3. Sebagai Peringatan Kewaspadaan
Dengan diberlakukan manajemen risiko, maka segala yang buruk bisa dideteksi terlebih dahulu.
Oleh karenannya, manajemen risiko dapat dijadikan pertimbangan dalam kehati-hatian dan kewaspadaan untuk dikelola.
Dapat dibayangkan bilamana tidak terdapat manajemen risiko, maka hal buruk bisa terjadi begitu saja.
4. Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Informasi yang disediakan oleh manajemen risiko tentu berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan.
Sebab, informasi tersebut bisa memperlihatkan peta risiko, yang bisa saja terjadi dalam sebuah perusahaan.
Hal ini juga sangat penting dalam upaya membangun perbaikan proses serta strategi manajemen risiko yang berkesinambungan.
5. Sosialisasi Manajemen Risiko
Manajemen risiko juga berdampak pada meningkatanya pembangunan kemampuan individu dan manajemen, dalam memahami dan mensosialisasikan bahayanya risiko yang ada dan pentingnya pengelolaannya.
6. Mendorong Manajemen Agar Proaktif
Dengan informasi data risiko yang ditampilkan oleh manajemen risiko, akan mendorong para manajemen supaya proaktif dalam meminimalisir potensi risiko.
Selain itu, hal ini juga membuat manajemen risiko menjadi sumber yang unggul dan punya kinerja dan daya saing dalam perusahaan.
Manfaat
Manfaat yang bisa dirasakan dari diberlakukannya manajemen risiko, antara lain sebagai berikut.
1. Sebagai Bahan Evaluasi dan Keputusan Bisnis
Evaluasi merupakan proses untuk menilai dan mengukur tingkat kefektifan strategi yang dijalankan, terhadap tujuan yang ingin dicapai.
Hasil dari analisa risiko, bisa menjadi bahan dalam evakuasi, apakah cara dan metode yang dijalankan selama ini sudah efektif atau belum.
Selain itu, dengan mengetahui faktor risiko yang mungkin terjadi, bisa memudahkan seseorang untuk membuat keputusan.
Sehingga risiko dan kesalahan yang bisa menghambat ketercapaian tujuan, bisa dihindari.
2. Meningkatkan Produktifitas dan Keuntungan
Produktifitas bisa diartikan sebagai hasil optimal dari seluruh kegiatan produksi yang telah dilakukan.
Lewat manajemen risiko yang dijalankan, bisa membuat kehati-hatian dalam menjalankan usaha, dan menghindarkan diri dari kejatuhan dan kerugian.
Dengan kata lain, manajemen risiko berdampak pada meningkatanya produktifitas dan keuntungan yang didapat.
3. Memudahkan Estimasi Biaya
Estimasi biaya merupakan hitung-hitungan biaya untuk keperluan kegiatan atau perusahaan.
Estimasi biaya yang tidak akurat, bisa berdampak pada munculnya hal-hal yang negatif.
Komponen
1. Lingkungan Internal
Yang dimaksud lingkungan internal adalah semua risiko yang mungkin akan terjadi di dalam perusahaan.
Dalam komponen ini, tidak terdapat deteksi khusus pada risiko yang mungkin terjadi, antara perusahaan dan faktor eksternal, seperti klien, pelanggan, dan sebagainya, walaupun dampak risikon internal ini juga bisa berefek pada hal tersebut.
Komponen yang mencakup lingkungan internal dalam pembahasan manajemen risiko, berhubungan dengan etika kerja, kedisiplinan, kompetensi karyawan, tingkat kesejahteraan bawahan, dan sebagainya.
2. Penentuan Sasaran
Yang dimaksudn dengan penentuan sasaran, yakni pihak perusahaan mesti memasukkan target risiko secara jelas, dan akan dicoba diseleseikan lewat sistem manajemen.
Dalam menentukan sasaran ini, umumnya ada 2 cakupan, yakni risiko yang bisa timbul dari pernyataan visi dan misi, serta yang muncul dari operasional atau aktifitas teknis.
Setiap perusahaan pasti mempunyai visi dan misi masing-masing, hanya saja apa yang diinginkan kadang tidak sesuai harapan.
Nah, lewat komponen ini, dapat dipaparkan kenapa masalah tersebut timbul, serta bagaimana cara penyelesaiannya.
Sama halnya dengan operasional dan aktifitas teknis, di mana jika visi dan misi sudah bagus, tapi eksekusinya kurang baik, maka bisa menimbulkan masalah sendiri.
Biasanya, hal ini berkaitan dengan kemampuan para pekerja atau kepatuhannya terhadap rencana yang kurang sempurna.
3. Identifikasi Peristiwa
Identifikasi peristiwa merupakan suatu risiko yang tidak disebutkan, apabila pihak perusahaan tidak mempunyai detail data terkait hasil identifikasi suatu kejadian.
Idealnya, hal ini harusnya sudah diperoleh saat sebelum bisnis mulai dilakukan.
Khusus komponen ini, boleh tidak mengakomodir seluruh risiko.
Namun, minimal mesti memunculkan aktifitas potensial saja, dengan beragam pertimbangan masalah yang bisa saja timbul lebih besar.
Walaupun demikian, semua kegiatan bisnis tidak harus teridentifikasi membuat rugi juga.
Karena itu, harus dipilih mana kegiatan yang nilainya positif dan mana yang negatif.
4. Penilaian Risiko
Sebuah perusahaan sangat memungkinkan untuk menilai suatu peristiwa, yang berkaitan dengan tercapainya tujuan perusahaan.
Manajemen butuh untuk menganalisa tetang efek yang bisa saja terjadi, sebagai akibat dengan 2 perspektif, yakni Impact/concequence (besaran dari realisasi risiko) dan likelihood (peluang/kecenderungan).
5. Tanggapan Risiko
Setelah penilaian risiko sudah dilakukan, maka kemudian ditentukan tanggapan terhadap risiko tersebut.
Respon yang diberikan manajemen, bergantung pada besarnya risiko yang dihadapi.
6. Aktifitas Pengendalian
Sesudah memberikan respon, kemudian perlu disusun kebijakan dan prosedur yang bisa memastikan bahwa tanggapan untuk respon yag dipilih, cukup memadai dan bisa dilaksanakan dengan baik.
Kegiatan kontrol terhadap risiko ini di anataranya adalah:
- Delegasi wewenang.
- Pemisahan fungsi.
- Pembuatan prosedur dan kebijakan.
- Pengamanan asset perusahaan.
- Supervisi.
7. Informasi dan komunikasi
Komponen selanjutnya, fokus pada identifikasi informasi yang disampaikan terhadap pihak terkait, lewat media komunikasi.
Informasi yang relevan mesti diidentifikasi, daidapatkan, lalu dikomunikasikan dalam waktu dan bentuk yang tepat.
Supaya, setiap anggota dapat mengerjakan tanggung jawabnya dengan baik dan lancar.
8. Pemantauan atau Monitoring
Pemantauan merupakan proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan, untuk memastikan tiap komponen lain berfungsi dengan baik.
Hal ini penting dilakukan, dengan memperhatikan proses pelaporan yang kurang lengkap ataupun berlebihan.
Jenis-Jenis
Pengelolaan suatu risiko dibedakan manjadi beberapa macam, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Manajemen Risiko Operasional
Yang dimaksud manajemen risiko operasional adalah sistem menajemen risiko yang ditujukan pada permasalahan yang terjadi karena faktor internal.
Misalnya rendahnya kinerja karyawan, kurang berkualitasnya sumber daya, terjadinya bencana, modal tidak sehat, dan lain-lain.
Umumnya, sasaran dari jenis manajemen risiko ini adalah berupa sistem, manusia, proses, dan masalah eksternal yang tidak berhubungan dengan pelanggan, tapi muncul sendiri, seperti musibah.
2. Manajemen Hazard
Manajemen Hazard merupakan jenis manajemen risiko, yang berfokus pada permasalahan yang berpotensi mengakibatkan perusahaan gulung tikar.
Umumnya, masalah usaha yang dideteksi berupa masalah besar dan membahayakan.
Setidaknya, terdapat 3 unsur prioritas dalam manajemen risiko jenis ini, yakni bahaya fisik, masalah hukum, dan penurunan moral.
3. Manajemen Risiko Strategis
Manajemen risiko jenis ini berhubungan dengan pengambilan keputusan.
Umumnya, risiko yang timbul berupa situasi yang tidka terduga, yang berakibat kurangnya kemampuan pengusaha dalam melaksanakan langkah-langkah yang direncanakan selanjutnya.
Setidaknya da beberapa risiko yang terjadi dalam jenis ini, misalnya risiko asset impairment, risiko operasi, risiko frnchise, dan risiko kompetitif.
Untuk mengelola risiko ini, perlu dibuat beberapa daftar sebagaimana berikut ini.
- Daftar risiko.
- Penilaian risiko, berikut dengan kecenderungan dan dampaknya.
- Penilaian kondisi yang terjadi saat ini.
- Rencana tindakan apabila risiko terburuk terjadi.
4. Manajemen Risiko Finansial
Manajemen risiko jenis ini fokus pada kondisi keuangan perusahaan.
Analisan dan deteksinya mengarah pada bagaimana supaya perusahaan tidak kolaps, yang hanya disebabkan masalah dana, laba, dan sebagainya.
Lewat manajemen risiko finansial ini, paling tidak pihak perusahaan berusaha memberi perlindungan pada asset-assetnya.
Tujuannya agar keuangan selalu sehat, sehingga bisa dialihkan untuk pengembangan perusahaan selanjutnya.
Tahapan Manajemen Risiko
Sebuah manajemen risiko dijalankan melalui 5 tahap, yakni sebagai berikut.
1. Identifikasi (Identify)
Manajemen risiko diawali dengan cara mengidentifikasi risiko yang mungkin ada.
Teknik yang dipakai untuk menemukan berbagai risiko tersebut cukup beragam.
Poin-poin yang diduga sebagai risiko tersebut lalu dicatat dalam daftar risiko, yang bisa muncul pada operasional perusahaan.
2. Analisa (Analysis)
Setelah risiki sudah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah dengan menganalisisnya.
Tujuannya adalah untuk menentukan konsekuensi dan kemungkinan yang bisa muncul akibat risiko tersebut, yang bisa saja menyebabkan ketercapaian tujuan perusahaan menjadi terhambat.
3. Evaluasi (Evakuate)
Selanjutnya, risiko yang ditemukan mesti dievaluasi dan diberikan prioritas satu sama lain.
Solusi dari masing-masing risiko, tentu berbeda-beda, tergantung dari kategorinya masing-masing.
Risiko yang mungkin hanya mengakibatkan ketidak-nyamanan, bisa dikategorikan dalam nilai rendah atau low risk.
Sementara, risiko yang bisa mengakibatkan bencana atau kerugian besar, dikategorikan dengan nilai yang tinggi atau high risk.
Evaluasi ini menjadi penting, sebab berpengaruh terhadap cara penanganannya.
4. Respon (Response)
Setelah di awal sudah diperhitungkan risiko yang ada, maka sampai pada tahap ini diputuskan respon apa yang akan diberikan terhadap risiko-risko tersebut.
Tindakan tersebut umumnya ada 4 macam, yakni:
- Menghindari risiko.
- Mengurangi risiko.
- Memindahkan risiko.
- Menerima risiko.
Kontrol terhadap tindakan-tidakan ini akan kita bahas lebih lengkap di bawah.
5. Meninjau (Review)
Rencana bisa saja tidak berjalan lancara saat dieksekusi.
Oleh karenanya, peninjauan ulang mestinya dibutuhkan untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi.
Bisa saja, pada tahap ini rencana diubah atau bahkan diganti, jika rencana sebelumnya ternyata tidak berjalan efektif.
Pengendalian Risiko
Risiko yang sudah dianalisa, biasanya direspon dalam 4 bentuk, yakni sebegai berikut.
1. Menghindari Risiko (Risk Avoidance)
Sikap menghindar dari risiko, bisa dikatakan tidak efektif dilakukan.
Sebab, dengan menghindarinya berarti tidak ada keberanian dalam berusaha mengatasi risiko.
bahkan, bisa dikatakan juga, dengan melakukan tindakan menghindari risko ini, berarti kegiatan yang menyebabkan risiko tersebut tidak sampai dijalankan sesuai rencana.
2. Mengurangi Risiko (Risk Reduction)
Keputusan seperti ini berarti melakukan tindakan untuk mengurangi kerugian.
Kemungkinan risiko bisa dikatakan bisa saja masih ada, hanya saja efeknya diminimalisir.
3. Memindahkan Risiko (Risk Transfer)
Mengalihkan risiko bisa dilakukan dengan cara memindahkan tanggung jawab kepada pihka lain, yang dibayar untuk memecahkan masalah tersebut.
4. Menerima Risiko (Risk Retention)
Menerima risiko maksudnya adalah rela atas kerugian yang terjadi.
Sikap ini umumnya ditempatkan pada prioritas akhir, dan baru dilakukan jika cara lain tidak efektif untuk dilakukan.
Walaupun demikian, jika efek dari risiko dirasa terlalu besar, lebih baik disarankan untuk menghidarinya saja.
Contoh
Seolah-olah Anda merupakan seorang pemimpin dalam sebuah perusahaan.
Suatu saat, ada terobosan besar yang dilakukan oleh pesaing perusahaan Anda.
Sampai di titik ini, Anda bersama para manajemen mesti segera mengidentifikasi kejadian yang mungkin akan terjadi.
Lalu, analisa efek yang mungkin bisa berdampak pada perusahaan Anda, baik efek baiknya maupun efek buruknya.
Kemudian, putuskan harus bagaimana perusahaan Anda dalam menanggapi risiko tersebut.
Langkah terakhir, Anda mesti melakukan pengawasan dalam setiap kegiatan perusahaan, untuk memastikan semua berjalan dengan baik dan sesuai tanggapan yang ditetapkan.
Nah, demikianlah ulasan menarik mengenai manajemen risiko, yang bisa mengidentifikasi kemungkinan terjadinya risiko yang berakibat kerugian, sejak dini.
Silakan menuliskan pertanyaan lewat kolom komentar di bawah ini, bila ada yang masih perlu dijelaskan lagi.
Jangan lupa untuk like dan share juga artikel ini, supaya teman-temanmu membaca juga artikel yang komplit ini,