Jika di bagian sebelah timur Sumatra, terkenal dengan Kerajaan Kota Kapur yang kaya akan kearifan sejarah serta peninggalannya. Maka ada pula Kerajaan Pagaruyung, yakni salah satu kerajaan nusantara yang berada di Sumatera, saat ini wilayahnya bernama Sumatera Barat. Kerajaan ini dipimpin oleh Adityawarman yang dalam sejarahnya pernah mengukuhkan dirinya sebagai penguasa Bumi Malayu. Ada beberapa sumber sejarah dalam bentuk prasasti yang menceritakan tentang keberadaan Kerajaan Pagaruyung.
Untuk lebih jelasnya, di sini kan akan memberikan pembahasan secara lengkap mengenai asal usul kerajaan Pagaruyung, silsilah raja, kehidupan masyarakat, hingga peninggalan-peninggalannya. Yuk simak!
Sejarah Kerajaan Pagaruyung
Sejarah Kerajaan Pagaruyung terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari berdirinya kerajaan pengaruh Hindu-Buddha, pengaruh Islam hingga hubungan dengan negara asing. Untuk lebih jelasnya, kamu bisa menyimak pembahasan lengkap asal usul Pagaruyung berikut ini:
a. Berdirinya Pagaruyung
Sejarah berdirinya Kerajaan Pagaruyung tidak dijelaskan secara pasti, termasuk tahun munculnya Kerajaan untuk pertama kalinya. Meskipun Adityawarman dianggap sebagai pendiri kerajaan, tapi tidak ada satu prasasti pun yang menunjukkan bahwa ia yang mendirikan kerajaan ini. Adityawarman mengumumkan dirinya sebagai raja di Malayapura pada tahun 1347, sesuai manuskrip dari Arca Amoghapasa.
Pada masa pemerintahannya, Adityawarman memindahkan pusat kekuasaan kerajaan Pagaruyung ke daerah pedalaman Minangkabau. Awal-awal kepemimpinan Adityawarman, dirinya diminta untuk menentukan daerah-daerah penting di Sumatera. Setelah Adityawarman meninggal dunia, Kerajaan Majapahit mulai bergerak dengan kembali mengirimkan pasukannya untuk menaklukkan kerajaan Pagaruyung di tahun 1409.
Ada satu legenda Minangkabau yang mencatat mengenai pertempuran dahsyat antara Majapahit dan Pagaruyung di daerah Padang Sibusuk. Dari cerita legenda tersebut menyebutkan bahwa tentara Jawa berhasil dikalahkan. Jauh sebelum kerajaan Pagaruyung didirikan, masyarakat Minangkabau sebenarnya telah mengenal sistem politik konfederasi, semacam lembaga musyawarah. Sehingga berdirinya Kerajaan menimbulkan adanya perubahan sistem administrasi bagi masyarakat suku Minang.
b. Pengaruh Hindu-Budha
Asal usul kerajaan Pagaruyung juga dipengaruhi oleh agama Hindu Budha yang diperkirakan telah muncul pada abad ke-13. Pengaruh tersebut dimulai saat adanya Ekspedisi Pamalayu oleh Kertanegara. Berdasarkan sumber sejarah prasasti batusangkar menyebutkan bahwa Ananggawarman, anak dari Adityawarman, melakukan ritual ajaran dari agama Buddha yang disebut Hevajra.
Hevajra merupakan upacara peralihan kekuasaan Adityawarman kepada putranya yang dikaitkan dengan kronik Tiongkok. Selain Adityawarman, Kubilai Khan dari Mongol dan raja Kertanegara dari Singhasari diketahui juga menjadi penganut agama Buddha yang taat. Bahkan menurut sejarah, Kerajaan ini memiliki bawahan kekuasaan yakni Kerajaan Indragiri yang berada di pelabuhan
c. Pengaruh Islam
Selain agama Hindu Budha, Islam juga turut memberikan pengaruh pada kehidupan masyarakat di Kerajaan Pagaruyung, tepatnya di sekitar abad ke-14. Islam memberikan pengaruh terhadap sistem patrilineal pada masyarakat di pedalaman Minangkabau. Namun berdasarkan catatan Suma Oriental tahun 1513 dan 1515, menuliskan bahwa hanya satu dari tiga raja Minangkabau yang menjadi muslim.
Masuknya Islam di lingkungan Kerajaan Pagaruyung karena ada beberapa pendatang atau musafir yang singgah dari Aceh dan Malaka. Syaikh Burhanuddin Ulakan dikenal sebagai ulama yang pertama kali menyiarkan agama Islam di Pagaruyung. Memasuki abad ke-17, Pagaruyung berubah menjadi kesultanan Islam dan Sultan Alif menjadi raja Islam pertama dalam tambo adat Minangkabau.
Setelah itu terbentuklah kerajaan Islam, sehingga banyak aturan adat yang bertentangan dengan ajaran Islam dihilangkan. Meskipun begitu, masih ada beberapa adat yang dipertahankan dan menjadi penyebab konflik berujung perang saudara atau yang dikenal dengan nama perang Padri.
d. Hubungan dengan Belanda dan Inggris
Kerajaan Pagaruyung terpaksa harus mengakui kedaulatan Kesultanan Aceh pada awal abad ke-17. Masyarakat Minang di pesisir pantai barat melakukan pemberontakan terhadap gubernur Aceh pada tahun 1665. Pada saat itu ada seorang penguasa Minangkabau yang menyebut dirinya sebagai raja Pagaruyung dan mengajukan permohonan kepada VOC untuk menghentikan monopoli Aceh.
Dari sinilah jalinan kerjasama antara penguasa Minangkabau dengan VOC mulai terbentuk. Berkat kerja sama tersebut, Kesultanan Aceh berhasil diusir dari wilayah pesisir Sumatera Barat tahun 1666. Perekonomian kerajaan Pagaruyung kembali meningkat karena pada saat itu wilayah kekuasaannya menjadi pusat produksi emas di Sumatera
Belanda dan Inggris semakin tertarik dengan kerajaan Pagaruyung, mereka kemudian ingin menjalin hubungan kerjasama dengan kerajaan. Pada tahun 1684 gubernur Belanda di Malaka memerintahkan Thomas Dias, seorang Portugis, untuk berkunjung ke Pagaruyung. Memasuki tahun 1750, Pagaruyung berniat ingin mengusir VOC dengan berusaha membujuk Inggris agar membantunya. Namun permintaan tersebut tidak dihiraukan oleh pihak Inggris.
Justru pada tahun 1781, Inggris berhasil menguasai daerah Padang setelah berhasil mengusir Belanda. Singkat cerita, wilayah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung yang sangat kaya akan produksi emas membuat konflik dari berbagai negara termasuk Inggris dan Perancis.
Peta Lokasi dan Wilayah kekuasaan
a. Wilayah kekuasaan
Wilayah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung yang mendapatkan pengaruh politik meliputi daerah tempat hidup, tumbuh serta berkembangnya kebudayaan Minangkabau. Pernyataan mengenai wilayah kekuasaan tersebut sesuai dengan Tambo, legenda adat berbahasa Minang. Jika disebutkan secara detail, daerah kekuasaan Pagaruyung meliputi berbagai wilayah. Secara geografis dan administratif, kamu bisa melihatnya melalui gambar peta lokasi berikut:
b. Pengaruh
Pagaruyung secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh hampir ke seluruh Pulau Sumatera, sesuai yang tercantum dalam buku The history of Sumatra (1784) tulisan dari William Marsden. Kerajaan-kerajaan lainnya di luar Sumatera pun juga mengakui kedaulatan Pagaruyung. Bahkan ada sedikitnya 62 kerajaan kecil yang menjadi bawahan Pagaruyung, kerajaan-kerajaan tersebut tersebar di berbagai negara Asia Tenggara.
Hubungan antara Kerajaan tersebut didasarkan atas garis keturunan perempuan, garis keturunan laki-laki, kapak radai dan timbang pecahan. Raja raja Pagaruyung merupakan satu monarki yang mempunyai pengaruh besar terhadap dunia Melayu. Pengaruh kerajaan Pagaruyung terhadap Melayu mencapai hingga ke Semenanjung Melayu.
c. Hubungan Luar Negeri
Kekuasaan pemerintahan Pagaruyung ternyata juga berpengaruh terhadap daerah-daerah luar negeri. Beberapa daerah meminta raja Pagaruyung untuk menyelesaikan konflik internal mereka, salah satunya Rao. Raja juga pernah mengirimkan kerabatnya untuk memerintah di wilayah Naning, Sungai Ujong, dan wilayah Rembau. Pada tahun 1773, Raja Pagaruyung juga mengirimkan seseorang untuk berkuasa di negeri sembilan karena masyarakat setempat gagal melakukan pemilihan pemimpin mereka sendiri.
d. Pergantian Kekuasaan
Pada masa pemerintahan Akarendrawarmanpernah membangun sebuah kanal, lalu dilanjutkan dan diselesaikan pada masa pemerintahan Adityawarman selaku keponakannya. Hal tersebut dijadikan bukti bahwa dulunya pergantian kekuasaan Kerajaan Pagaruyung bersifat matrilineal dari Paman ke keponakan. Namun pada saat tahta Adityawarman turun, digantikan oleh putranya yang bernama Ananggawarman. Pergantian kekuasaan ini disebut patrilineal, yang dilakukan dari ayah ke putra lelaki tertuanya.
Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan di kerajaan Pagaruyung dibagi menjadi 3 yaitu, Raja, Menteri, dan Pemerintahan Darek dan Rantau. Untuk lebih jelasnya, berikut ini penjelasan sistem pemerintahan di kerajaan Pagaruyung:
a. Raja
Pada masa pemerintahan Adityawarman, beliau menginginkan sistem pemerintahan yang mirip seperti yang ada di Kerajaan Majapahit. Meskipun dalam praktiknya, Adityawarman menyesuaikan dengan karakter kekuasaan kerajaan Sriwijaya dan Dharmasraya yang pernah ada di kawasan tersebut. Ibukota kerajaan di perintah secara langsung oleh raja, sedangkan untuk daerah-daerah kecil diperintah oleh Datuk setempat. Di Pagaruyung mempunyai sistem raja triumvirat yang artinya tiga orang raja yang bersila, terdiri dari Raja alam di Pagaruyung, Raja adat di Buo dan raja ibadat di Sumpur Kudus.
b. Menteri
Dalam upaya mendukung sistem pemerintahan, raja Pagaruyung juga mempunyai 4 basa ampek balai, diantaranya:
- Bandaro di Sungai Tarab
- Makhudum di Sumanik
- Indomo di Suruaso
- Tuan Gadang di Batipuh
Mereka ditugaskan sebagai aparat pemerintahan dan masing-masing mempunyai daerah tertentu. Mereka juga diperbolehkan untuk menagih upeti sekedarnya. Tidak hanya itu saja, kerajaan juga mempunyai aparat pemerintah untuk menjalankan roda pemerintahan yang lebih optimal, disebut Langgam nan Tujuah. Berikut ini daftar Langgam nan Tujuah di kerajaan Pagaruyung:
- Gajah Tongga Koto Piliang
- Cumati Koto Piliang
- Camin Taruih Koto Piliang
- Harimau Campo Koto Piliang
- Pasak Kungkuang Koto Piliang
- Perdamaian Koto Piliang
- Pamuncak Koto Piliang
c. Pemerintahan Darek dan Rantau
Berdasarkan sumber sejarah, Pagaruyung membawa lebih dari 500 nagari sebagai daerah otonom pemerintahan. Setiap nagari tersebut menjadi dasar kerajaan dan memiliki wewenang yang luas dalam pemerintahan. Mereka juga mempunyai kekuasaan serta peradilan adat masing-masing, beberapa di antaranya membentuk persekutuan.
– Darek
Daerah inti kerajaan Pagaruyung disebut Darek yang mempunyai tiga luhak, yakni Luhak Limopuluah, Luhak Agam dan Luhak Tanah Data. Masing-masing suku dikepalai oleh seorang penghulu yang berdiam dalam nagari tersebut. Pemerintah mengambil keputusan melalui kesepakatan antara para penghulu di balai adat pada saat musyawarah.
– Rantau
Daerah rantau dikendalikan secara langsung oleh Raja Pagaruyung, sehingga Raja diperbolehkan membuat peraturan maupun memungut pajak dari daerah ini. Rantau menjadi daerah kawasan perdagangan, tempat mencari kehidupan serta sebagai pintu masuk ke Minangkabau.
Silsilah Raja
Ada beberapa nama raja yang pernah memimpin di Pagaruyung, diantaranya:
- Adityawarman
- Ananggawarman (anak dari Adityawarman)
- Dewan Pandan Putowano (menantu Ananggawarman)
- Puti Panjang Rambu I
- Dewang Ramowano
Sultan Arifin Muningsyah menjadi Raja terakhir yang memimpin Pagaruyung akibat adanya perang Padri yang meruntuhkan kerajaan dan mengharuskan raja mengungsi ke daerah lain.
Kehidupan Kerajaan
Mari kita bahas juga tentang kehidupan Kerajaan Pagaruyung, mulai dari bidang sosial budaya, pemerintahan dan perekonomiannya berikut ini:
a. Bidang Sosial Budaya
Kehidupan bidang sosial budaya masyarakat Pagaruyung ditunjukkan melalui sumber sejarah bernama prasasti Bandar Bapahat. Dalam prasasti tersebut terdapat tulisan aksara Sumatera kuno yang mirip seperti aksara Jawa. Digambarkan bahwa kehidupan masyarakat disana dulunya mempunyai ciri khas merantau dan persaingan. Masuknya budaya modern tidak menggoyahkan rasa kepercayaan diri suku Minangkabau di kerajaan Pagaruyung untuk tetap melestarikan tradisi leluhur nenek moyang mereka.
b. Bidang Pemerintahan
Pada awal pemerintahan, Adityawarman sebagai raja yang memerintah Pagaruyung berencana untuk menggunakan sistem yang diterapkan di Kerajaan Majapahit. Mamun seiring berjalannya waktu Adityawarman lebih memilih sistem pemerintahan yang dijalankan oleh kerajaan Sriwijaya dan Dharmasraya. Sementara untuk sistem pergantian kekuasaan, Pagaruyung pernah menganut sistem matrilineal. Namun setelah dipegang oleh Adityawarman, sistem pergantian kekuasaan menganut patrilineal.
c. Bidang Ekonomi
Jika dilihat dari kehidupan ekonomi Kerajaan Pagaruyung, kerajaan ini menitikberatkan pada produksi emas dan lada. Apalagi letak geografis Kerajaan berada di dekat Sungai Batanghari, sehingga membuat kawasan tersebut menjadi Bandar perdagangan lada yang ramai didatangi oleh para pedagang. Kerajaan Pagaruyung mendapatkan banyak keuntungan berlimpah dari aktivitas perdagangan tersebut sehingga dapat memajukan perekonomian rakyat.
Pada masa pemerintahan raja Adityawarman, Pagaruyung juga sempat memindahkan pusat pemerintahan ke daerah yang lebih strategis untuk meningkatkan perekonomian. Raja yang memindahkan pemerintahan dari Dharmasraya ke Saruaso. Perpindahan pusat pemerintahan tersebut ternyata juga membuka kesempatan untuk memaksimalkan perdagangan lada dan emas di Tanah Datar. Alasan inilah yang membuat Raja Adityawarman tidak berhubungan dengan Kerajaan Majapahit, karena merasa mampu menguasai perdagangan lada dan memperluas wilayah kekuasaan Pagaruyung sendiri.
Masa Kejayaan
Kerajaan Pagaruyung mencapai puncak kejayaannya saat dipimpin oleh raja Adityawarman dan Ananggawarman. Hal tersebut dibuktikan dari makmurnya kehidupan masyarakat serta berkembangnya pertanian. Daerah Sumatera Barat bahkan pernah menjadi pusat perdagangan emas terbesar di nusantara pada masa pemerintahan raja-raja tersebut.
Bukti kerajaan ini pernah mencapai puncak keemasannya juga terlihat dari berkembangnya jalinan kerjasama dengan kerajaan-kerajaan lain, baik dari daerah di Sumatera Barat sendiri maupun luar daerah. Masa pemerintahan Adityawarman dan ananggawarman mampu mengangkat perekonomian masyarakat yang sebelumnya terpuruk.
Masa Keruntuhan dan Penyebabnya
Masa kejayaan Pagaruyung tidak berlangsung lama karena kerajaan ini juga mengalami keruntuhan. Apa penyebab runtuhnya kerajaan Pagaruyung? menjelang perang Padri, kekuatan dan kekuasaan raja Pagaruyung sebenarnya sudah lemah meskipun Raja masih dihormati oleh masyarakat. Kehancuran kerajaan ini bermula pada abad ke-19 saat terjadinya konflik antara kaum padri dan kaum adat.
Meskipun sudah melalui beberapa kali perundingan, tapi tidak ada kesepakatan yang bisa ditemukan di antara mereka. Hal tersebut membuat negeri Pagaruyung bergejolak dan puncaknya terjadi perang Padri yang dipimpin oleh Tuanku Pasaman menyerang Pagaruyung tahun 1815. Di saat yang sama, Sultan Arifin Muningsyah harus melarikan diri ke lubuk Jambi karena terdesak oleh kaum Padri.
Karena terhimpit, keluarga Kerajaan meminta bantuan Belanda dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan mereka untuk melawan kaum Padri. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Sultan Tangkal Alam Bagagar yang menjadi perwakilan kerajaan Pagaruyung. Akibat perjanjian tersebut menjadi tanda bahwa Pagaruyung telah menyerah kepada pemerintah Belanda.
Belanda secara resmi mendapatkan Pagaruyung dari tangan Kaum Padri. Bahkan pihak pemerintah Hindia Belanda membatasi keinginan Sultan Tangkal Alam Bagagarsyah untuk menjadi raja di Pagaruyung. Hal ini membuat Sultan Tangkal Alam Bagagarsyah berusaha mencari cara untuk mengusir Belanda dari negerinya. Konflik ini menjadi awal pecahnya pemberontakan tahun 1841 sekaligus berakhirnya Pagaruyung karena tidak dapat direbut dari tangan Belanda.
Sumber Sejarah
a. Prasasti Pagaruyung
Prasasti ini adalah sumber sejarah masa pemerintahan Raja Adityawarman,yang sering disebut sebagai pendiri kerajaan Pagaruyung. Prasasti yang ditemukan sebanyak 22 buah di daerah Tanah datar dan tersebar di beberapa Kecamatan. Berikut ini beberapa prasasti Pagaruyung yang ditemukan beserta penjelasannya:
-Pagaruyung I
Prasasti yang berisi tentang pujian terhadap kebijaksanaan dan keagungan Raja Adityawarman selama memimpin Pagaruyung. Beliau mendapatkan pujian karena menjadi raja yang banyak mengetahui berbagai bidang pengetahuan, khususnya keagamaan. Penulis dari prasasti Pagaruyung 1 adalah Mpungku Dharmma Dwaja.
-Pagaruyung II
Prasasti Pagaruyung 2 ditemukan dengan tulisan yang terlihat rapi dan indah menggunakan huruf Jawa kuno berbahasa Sansekerta. Hasil terjemahan prasasti ini diperkirakan berangka 1295 saka (1373)
-Pagaruyung III
Prasasti Pagaruyung ketiga bertujuan untuk menuliskan tentang peringatan tempat suci keagamaan. Namun sayangnya, saat ini tidak diketahui lagi keberadaan bangunan yang dimaksud dalam prasasti tersebut.
-Pagaruyung IV
Pada prasasti Pagaruyung keempat ini ditemukan tulisan “Sarawasa”, sama seperti yang ditemukan pada prasasti saruaso 1. Saruaso sendiri merupakan nama daerah di kabupaten Tanah datar, kurang lebih 6 sampai 7 km dari Kota Batusangkar. Menurut tafsiran ahli sejarah, dalam prasasti ini menjelaskan pentingnya daerah saruaso bagi Raja Adityawarman.
-Pagaruyung V
Prasasti Pagaruyung ke-5 memiliki isi yang unik, berbeda dari prasasti prasasti Adityawarman lainnya. Karena dalam prasasti ini menceritakan tentang taman.
-Pagaruyung VI
prasasti Pagaruyung ke-4 menceritakan tentang hasil kerja Tumanggung Kudawira, yang berarti kuda gagah perwira. Menurut catatan dari Ekspedisi Pamalayu, diperkirakan kudawira dari kerajaan Singasari turut terbawa dalam perjalanan tersebut.
-Pagaruyung VII
Pada saat ditemukan, prasasti Pagaruyung ke-7 tidak diketahui secara jelas angka tahunnya. Namun secara umum isi dari prasasti ini yaitu terkait kutukan terhadap orang-orang yang tidak mematuhi maklumat raja.
-Pagaruyung VIII
Tulisan prasasti Pagaruyung ke-8 ini berupa sebuah teks yang dituliskan pada artefak lesung batu. Batu tersebut memiliki lubang ditengahnya dan berbentuk empat persegi. Prasasti Pagaruyung ke-8 berangka 1291 Saka (1369 Masehi) pada saat ditemukan.
b. Prasasti Batusangkar
Tidak banyak penjelasan terkait penemuan prasasti Batusangkar. Namun diberitakan bahwa prasasti ini menceritakan tentang Adityawarman yang pernah menjadi raja di Pagaruyung. Dalam prasasti ini juga ditafsirkan bahwa Raja Adityawarman adalah Tuhan Surawasa. Selain itu, sumber sejarah prasasti batusangkar ini turut menyebutkan bahwa Ananggawarman, anak dari Adityawarman, melakukan ritual ajaran dari agama Buddha yang disebut Hevajra.
c. Prasasti Suruaso
Prasasti suruaso ditemukan beraksara Melayu, menceritakan tentang pembangunan selokan yang mengakhiri taman Nandana Sri Surawasa pada masa pemerintahan raja Adityawarman. Dalam prasasti tertulis bahwa Adityawarman telah berhasil menyelesaikan pembangunan selokan, melanjutkan pembangunan dari pamannya sebelumnya, Akarendrawarman.
d. Prasasti Bandar Bapahat
Prasasti ini ditemukan dalam bahasa Sumatera kuno yang mirip seperti aksara Jawa. Prasasti menceritakan tentang kehidupan masyarakat kerajaan Pagaruyung, terutama kehidupan sosial budaya mereka. Namun penafsiran dari prasasti ini tidak terlalu rinci, atau tidak diketahui secara jelas serta tidak ada tahunnya.
Peninggalan-peninggalan
Selain sumber-sumber sejarah Kerajaan Pagaruyung, ditemukan juga peninggalan-peninggalan yang menjadi bukti keberadaan Pagaruyung. Berikut ini diantaranya:
a. Makam Raja Pagaruyung
Kompleks makam raja-raja yang pernah memimpin di Pagaruyung ini berada 4 km dari daerah Batusangkar. Di dalamnya terdapat 13 makam Raja serta batu kasur.
b. Batu Kasur
Dulunya batu kasur digunakan sebagai tempat untuk calon calon Raja Pagaruyung Sebelum menjadi penguasa. Batu ini berada di sekitar 3 pohon beringin berukuran besar yang konon katanya dulunya digunakan oleh Raja Melewar atau Raja Mahmud Sebelum menjadi penguasa di Begeri Sembilan Malaysia. Karena menurut sejarah Pagaruyung, kerajaan ini dulunya dijadikan sebagai tempat konsultasi bagi kerajaan-kerajaan yang sulit untuk menentukan siapa pemimpin mereka.
c. Batu Batikam
Pada zaman kerajaan, batu batikam digunakan sebagai tempat musyawarah. Batu ini dibuat dari jenis batuan desit. Ketika ditemukan, batu batikam sudah berlubang di bagian tengahnya karena katanya dulu pernah ditikam oleh Datuak Parpatih Nan Sabatangsebagai simbol setelah berakhirnya perselisihan yang terjadi. Salah satu peninggalan sejarah iniberada di Jalan Raya Padang Panjang, Batusangkar.
d. Istano Basa Pagaruyung
Istano Basa Pagaruyung juga menjadi peninggalan kerajaan yang sudah dilakukan pembangunan kembali tahun 1976. Bangunan ini merupakan duplikat dari Istano Rajo Alam Minangkabau yang pada tahun 1804 pernah dibakar oleh Belanda. Saat ini dijadikan sebagai objek wisata sehingga telah dilengkapi dengan berbagai ukiran yang mempunyai falsafah sejarah budaya Minangkabau. Lokasinya berada di kecamatan Tanjung emas, saat ini sebagai pusat pemerintahan kabupaten Tanah datar.
Akhir Kata
Pembahasan lengkap mengenai asal usul Kerajaan Pagaruyung di atas semoga bisa memberikan pengetahuan yang bermanfaat untuk kamu ya. Nah, selain Pagaruyung, ada pula kerajaan yang mengalami perjalanan sejarah panjang seperti Kerajaan Banjar di Kalimantan yang pastinya patut kamu simak. Sebagai generasi muda bangsa Indonesia, tentunya kita tidak boleh melupakan sejarah.