Sistem pemerintahan di nusantara sebelum berdirinya Negara Republik adalah berbentuk kerajaan. Tercatat berbagai kerajaan Hindu Budha pernah ada di nusantara. Sejarah juga mencatat, banyak dari kerajaan tersebut yang mencapai puncak kejayaannya dan memiliki pengaruh yang luas di nusantara bahkan sampai ke negara tetangga seperti Kamboja dan Thailand. Berbagai kisah tentang kerajaan tersebut masih dapat ditemukan dalam bentuk tulisan, gambar, maupun relief yang sering terdapat pada candi.
Simak ulasan lengkapnya dalam artikel ini.
Kerajaan Hindu Budha di Indonesia:
Para ahli meyakini sesungguhnya ada banyak kerajaan Hindu Budha yang pernah berdiri di nusantara.
Namun demikian, tidak semua berhasil diungkap keberadaannya karena keterbatasan sumber informasi.
Salah satu fakta yang menarik tentang kerajaan-kerajaan ini adalah beberapa diantaranya berdiri pada era yang sama dan memiliki keterkaitan satu sama lain.
Keterkaitan itu dapat berupa silsilah penguasanya yang berasal dari satu garis keturunan ataupun ikatan berupa pengaruh dan kekuasaan yang dimiliki oleh satu kerajaan atas kerajaan lain.
Berikut ini adalah kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang pernah berdiri di nusantara.
1. Kerajaan Salakanagara
Salakanagara merupakan kerajaan Sunda tertua di nusantara.
Seorang ahli geografi dan astronom Yunani, Claudius Ptolemaeus, menyebut kota Argyrè yang berarti perak di wilayah Timur Jauh dalam bukunya Geographia pada tahun 150.
Wilayah inilah yang diyakini sebagai Kerajaan Salakanagara.
Hal ini mengingat asal usul kata Salakanagara berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “Negara Perak”.
Tokoh awal yang berkuasa di Salakanagara adalah Aki Tirem.
Hingga kini masih menjadi perdebatan tentang posisi Salakanagara sebagai kerajaan pertama di Nusantara, mengingat bila berdiri pada abad ke-2 berarti kerajaan ini bahkan lebih tua dari Kutai Martadipura di Kalimantan Timur.
Sumber informasi sejarah lainnya yang didapat sejauh ini adalah catatan perjalanan dari Cina pada masa Dinasti Han.
Selain itu ada beberapa teori tentang letak ibukota Salakanagara.
Teori pertama menyebut ibukota Salakanagara terletak di Teluk Lada, Banten, sedangkan teori lainnya meyakini lokasi ibukota berada di Ciondet atau Condet (kawasan Jakarta Timur saat ini).
Peninggalan Kerajaan Salakanegara antara lain Batu Menhir, Situs di Pulosari, Situs Ujung Kulon dan Situs Cihunjuran.
2. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur pada hulu sungai Mahakam.
Berdiri pada abad ke-5 Masehi, Kutai menjadi salah satu kerajaan Hindu tertua yang pernah berdiri di nusantara.
Berdasarkan informasi yang tertera pada prasasti Yupa, Raja Kudungga adalah raja pertama sekaligus merupakan pendiri kerajaan Kutai. Aswawarman yang merupakan putra Raja Kudungga kemudian menjadi penerus raja selanjutnya.
Kerajaan kemudian diperintah oleh Mulawarman yang juga merupakan putra dari Aswawarman dan merupakan sosok raja paling dikenal dari kerajaan Kutai.
Nama-nama raja yang pernah berkuasa dan aksara yang digunakan pada prasasti peninggalan kerajaan, menunjukkan Kutai mendapat pengaruh yang kuat dari Hindu di India Selatan.
Salah satu peninggalan kerajaan Kutai yang paling dikenal adalah Prasasti Yupa yang berbentuk 7 pilar batu serta bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta.
Peninggalan lainnya adalah Ketopong Sultan yang menjadi salah satu peninggalan penting kerajaan Kutai berupa mahkota raja yang terbuat dari emas dan permata seberat 1,9kg.
Selain itu terdapat juga Kalung Uncal dan Kura-Kura Emas.
3. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara berdiri sekitar abad ke-5 Masehi.
Terletak di tepian Sungai Cisadane di wilayah Jawa Barat, Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa.
Salah satu raja yang paling terkenal dari Tarumanegara adalah Purnawarman.
Selain dikenal sebagai raja yang pemberani, cerdik dan bijaksana, Purnawarman sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
Pada saat berkuasa, Raja Purnawarman membangun irigasi dan memperbaiki aliran sungai.
Sumber sejarah tentang kerajaan Tarumanegara diperoleh dari beberapa peninggalan prasasti.
Beberapa prasasti itu antara lain adalah Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Tugu, Prasasti Jambu, Prasasti Ciaruteun, Prasasti Pasir Ciawi, Prasasti Ciaruteun dan juga Candi Batujaya.
Sumber informasi lainnya tentang keberadaan kerajaan Tarumanegara diperoleh dari catatan perjalanan pendeta Fa Hien dari Cina.
4. Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga atau yang juga dikenal dengan nama Kerajaan Holing berdiri pada abad ke-6 Masehi.
Terdapat perbedaan pendapat tentang lokasi kerajaan, beberapa dari para ahli memperkirakan Kalingga terletak antara Pekalongan dan Jepara tetapi penulis J.L. Moens meyakini kerajaan ini terletak di Semenanjung Malaya.
Kerajaan Kalingga identik dengan kisah Ratu Shima, seorang penguasa yang terkenal arif dan bijaksana. Masyarakat Kalingga sendiri adalah penganut Budha.
Kerajaan Kalingga diyakini sebagai nenek moyang dari kerajaan Mataram Kuno. Sumber Sejarah dan keberadaan Kalingga antara lain diketahui dari kronik berita Tiongkok serta peninggalan dan prasasti.
Hingga kini masih dapat ditemui peninggalan Kerajaan Kalingga berupa Prasasti Tukmas di Dusun Dakawu (Jawa Tengah) dalam huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta, Prasasti Sojomerto di Desa Sojomerto, Candi Angin dan Situs Puncak Sanga Likur.
5. Kerajaan Sriwijaya
Terletak di Sumatera, Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 Masehi.
Sementara letak lokasi kerajaan hingga kini masih menjadi perdebatan. Beberapa ahli meyakini Sriwijaya berada di Palembang yakni di dekat Sungai Musi antara bukit Siguntang dan Sabokingking.
Hal ini berdasarkan sumber dari Prasasti Kedukan Bukit yang memuat informasi tentang wilayah Kedatuan Sriwijaya.
Sementara beberapa teori lain menyebutkan Kerajaan Sriwijaya terletak di dekat Sungai Batanghari, Jambi.
Namun yang pasti, Sriwijaya merupakan satu dari beberapa kerajaan maritim yang pernah ada di nusantara.
Nama Sriwijaya sendiri diambil dari bahasa Sansekerta yakni dari kata “Sri” yang bermakna gemilang dan “Wijaya” yang artinya kejayaan.
Sesuai namanya, kerajaan ini pernah mencapai masa puncak kejayaan.
Kerajaan Sriwijaya bahkan mampu memperluas peta kekuasaannya hingga ke Jawa Barat, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan bahkan Kamboja.
Prasasti Nalanda yang dibuat oleh Raja Benggala di India, menyebut Raja Balaputradewa adalah salah satu keturunan Wangsa Sailendra yang berasal dari Jawa dan menjadi penguasa di Swarnadwipa, sebutan untuk pulau Sumatera kala itu.
Oleh karena itu, para ahli meyakini kerajaan yang dimaksud dalam prasasti ini adalah Sriwijaya. Meski demikian asal usul Balaputeradewa masih menjadi perdebatan hingga kini.
6. Kerajaan Wijayapura
Wijayapura adalah salah satu kerajaan Hindu yang berdiri pada abad ke-7 dan terletak di muara Sungai Rejang di Kalimantan Barat.
Sumber referensi tentang keberadaan Kerajaan Wijayapura sangat terbatas.
Namun demikian, beberapa asumsi menyatakan bahwa Wijayapura juga dikenal sebagai Kerajaan Sambas Kuno.
Kerajaan ini diyakini sebagai kerajaan pertama di Bumi Sambas.
Kerajaan ini juga disebut sebagai Koloni Kerajaan Bakulapura hingga kemudian menjadi koloni dari Kerajaan Tanjungpura yang berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Peninggalan Kerajaan Wijayapura antara lain berupa gerabah dan patung yang juga menjadi bukti kuat keberadaan kerajaan ini.
Selain itu terdapat arca-arca Budha yang juga diduga merupakan peninggalan Kerajaan Wijayapura, hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian diketahui bahwa Arca tersebut berasal dari abad ke-6-7 Masehi.
7. Kerajaan Mataram Kuno
Berdiri pada abad ke-8 Masehi, Mataram Kuno adalah salah satu kerajaan Hindu yang pada awalnya berada di Jawa Tengah.
Hingga akhirnya berbagai peristiwa mendorong pemindahan kerajaan ke Jawa Timur.
Pengaruh kerajaan Sriwijaya dan serangan-serangan yang dilakukan terhadap kerajaan Mataram Kuno menjadi salah satu alasan utama dibalik pemindahan lokasi kerajaan.
Selain itu peristiwa meletusnya gunung Merapi juga turut mendorong pemindahan letak kerajaan.
Raja Sanjaya diketahui sebagai Raja pertama kerajaan Mataram Kuno.
Peninggalan kerajaan Mataram Kuno dapat dilihat pada Prasasti Kedu, Prasasti Kalasan, Prasasti Kelitung, Prasasti Canggal dan masih banyak lagi prasasti-prasasti lainnya.
Selain prasasti, peninggalan kerajaan Mataram yang paling banyak dikenal adalah berupa candi.
Beberapa diantara candi-candi tersebut adalah Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, Candi Arjuna dan Candi Pawon.
8. Kerajaan Bali
Dikenal dengan nama lain Bali Dwipa, Kerajaan Bali berdiri pada awal abad ke-10.
Terletak berdekatan dengan Pulau Jawa, Kerajaan Bali memiliki ikatan yang kuat dan mendapat banyak pengaruh dari kerajaan-kerajaan Hindu lainnya yang ada di pulau tersebut.
Selain itu berbagai sumber menyebutkan bahwa ketika Kerajaan Majapahit Runtuh, banyak dari rakyatnya yang melarikan diri dan hidup menetap di Bali.
Sepanjang keberadaannya, Kerajaan Bali seringkali berganti kepemimpinan.
Kerajaan Bali mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Raja Dharma Udayana Warmadewa yang berasal dari Wangsa Warmadewa.
Kehidupan sosial Bali kuno dipengaruhi oleh kesenian rakyat dan keraton.
Selain itu mereka juga mengenal sistem kasta yang membagi tingkatan strata sosial kemasyarakatan.
Kerajaan Bali kemudian ditaklukkan oleh Patih Gadjah Mada dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1343.
Peninggalan Kerajaan Bali antara lain Prasasti Blanjong, Prasasti Gunung Panulisan, Prasasti Panglapuan, dan Candi Mengening.
9. Kerajaan Kahuripan
Kerajaan Kahuripan berdiri pada tahun 1009. Terletak di Jawa Timur, kerajaan ini didirikan oleh Airlangga setelah runtuhnya Kerajaan Medang dan memerintah hingga tahun 1042.
Raja Airlangga sendiri adalah seorang penganut Hindu Wisnu, ini sebagaimana informasi yang didapat dari Prasasti Pucangan.
Setelah turun tahta Airlangga menjadi seorang pendeta.
Perebutan kekuasaan terjadi antara kedua puteranya setelah Puteri Mahkota Sanggramawijaya Tunggadewi, menolak untuk naik tahta.
Kemudian atas saran penasehat kerajaan Mpu Barada, Airlangga membagi Kerajaan Kahuripan menjadi dua bagian pada tahun 1045. Kerajaan bagian barat bernama Kadiri sedangkan bagian Timur bernama Janggala.
Peristiwa pembagian wilayah ini tercatat dalam Serat Calon Arang, Nagarakretagama dan Prasasti Turun Hyang II.
Bukti peninggalan Kerajaan Kahuripan antara lain Arca Airlangga, Candi Belahan, Prasasti Kamalagyan, Arca Dewi Kilisuci dan Petilasan Airlangga.
10. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri atau yang sering juga disebut Kadiri atau Kerajaan Panjalu berdiri pada tahun 1042 di Jawa Timur.
Kerajaan Kediri adalah salah satu kerajaan Hindu yang berpusat di Daha atau yang dikenal sebagai kota Kediri saat ini.
Kediri adalah salah satu pecahan dari Kerajaan Kahuripan ketika Airlangga membagi wilayah menjadi dua bagian.
Seni sastra sangat berkembang dimasa ini. Salah satu karya sastra Jawa kuno yang terkenal pada era ini adalah Kakawin Bharatayuddha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan kemudian diselesaikan oleh saudaranya Mpu Panuluh.
Kerajaan Kediri mengalami keruntuhan pada masa pemerintahan Raja Kertajaya.
Konflik muncul karena Kertajaya membuat aturan yang bertentangan dengan agama sehingga kaum Brahmana meminta bantuan pada Ken Arok untuk menaklukkan Kediri.
Beberapa bukti peninggalan Kerajaan Kediri adalah Prasasti Banjaran, Prasasti Hantang, Prasasti Sirah Keting, Prasasti Kamulan, Candi Penataran, Candi Gurah dan Arca Buddha Vajrasattva.
11. Kerajaan Janggala
Janggala merupakan satu dari pecahan Kerajaan Hindu Kahuripan yang terletak di Sidoarjo, Jawa Timur.
Ketika terjadi perebutan tahta Kerajaan Kahuripan, Raja Airlangga membagi dua kerajaan dan meyerahkan wilayah Janggala kepada putranya Mapanji Garasakan.
Berdiri pada tahun 1042, keberadaan Janggala tergolong singkat dengan hanya mengalami tiga periode masa kepemimpinan.
Meskipun pada awal-awal masa berdirinya Janggala berkembang pesat, tetapi berbagai serangan dari Kediri telah melemahkan kerajaan ini.
Mapanji Lanjung Ahyes kemudian menjadi penerus Mapanji Garasakan, dan pada masa ini Janggala semakin sering mendapat serangan dari Kerajaan Kediri.
Kerajaan Janggala akhirnya mengalami kehancuran pada masa pemerintahan Samarotsaha akibat serangan dari Sri Jayabhaya yang merupakan pemimpin Kerajaan Kediri kala itu.
Peninggalan Kerajaan Janggala antara lain adalah Candi Prada, Prasasti Turun Hyang II & Sirah Keting dan Situs berupa tumpukan batu bata di Sidoarjo.
12. Kerajaan Singasari
Berdiri pada tahun 1222 Masehi, Kerajaan Singasari terletak di Jawa Timur. Kerajaan bernama resmi Tumapel ini ini didirikan oleh Ken Arok yang juga menjadi raja pertama.
Menurut kitab naskah sastra Jawa Pararaton, Tumapel pada awalnya adalah kawasan di bawah Kerajaan Kadiri.
Tumapel pada saat itu dibawah kepemimpinan Tunggul Ametung yang merupakan akuwu atau setara dengan camat.
Ken Arok kemudian membunuh Tunggul Ametung dan mengambil alih kekuasaan dengan menjadi akuwu di Tumapel.
Bersama para brahmana Ken Arok melawan kerajaan Kadiri dan kemudian dinobatkan sebagai Raja Tumapel dengan gelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.
Ken Arok memerintah hanya selama lima tahun karena pada tahun 1227 ia dibunuh oleh orang suruhan Anusapati yang tak lain merupakan putra tirinya.
Setelah kematian Ken Arok, Anusapati naik tahta menjadi raja Tumapel.
Namun, Anusapati kemudian dibunuh oleh putra kandung Ken Arok yakni Tohjoyo yang kemudian menggantikannya sebagai raja pada tahun 1248.
Masa kekuasaan Tohjoyo tidak lama, Ranggawuni yang merupakan putra Anusapati membalaskan dendam kematian ayahnya dan kemudian mengambil alih kepemimpinan Tumapel dan memerintah hingga tahun 1268.
Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan Raja Kertanegara, salah satu putra Ranggawuni yang memiliki cita-cita menyatukan nusantara.
Kertanegara sekaligus merupakan raja terakhir Singasari yang memerintah dari tahun 1268-1292 Masehi.
Selain naskah sastra Jawa Pararaton, sumber informasi tentang Kerajaan Singasari didapat dari Prasasti Mula Malurung.
13. Kerajaan Majapahit
Berdiri pada tahun 1293, Majapahit merupakan kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada di nusantara.
Majapahit berpusat di Mojokerto, Jawa Timur.
Raja pertama adalah Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana.
Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Menurut berbagai informasi, pada masa pemerintahan Hayam Wuruk ini Majapahit memiliki kekuasaan yang sangat luas di nusantara, mulai dari Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur.
Setelah Hayam Wuruk wafat, Majapahit mulai mengalami kemunduran dan satu persatu daerah kekuasaan melepaskan diri.
Beberapa dari peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih ada saat ini antara lain Candi Sukuh, Candi Cetho, Candi pari dan Candi Jabung.
14. Kerajaan Kanjuruhan
Kanjuruhan adalah salah satu Kerajaan Hindu yang terletak di Jawa Timur.
Kanjuruhan berdiri pada abad ke-8 Masehi. Kerajaan ini berdiri di lembah antara Sungai Brantas dan Kali Metro.
Keberadaan kerajaan ini tertulis dalam aksara Jawa kuno dan dalam bahasa Sansekerta pada Prasasti Dinoyo yang dibuat pada tahun 760 Masehi.
Kanjuruhan berkembang pesat dan mencapai puncak kejayaan pada masa Raja Gajayana.
Sementara Kerajaan Mataram pada saat itu tengah agresif melakukan perluasan kekuasaan wilayah, baik melalui cara-cara penaklukan maupun persahabatan.
Namun, tidak ada informasi pasti bagaimana kemudian Kanjuruhan berada dibawah kekuasaan Kerajaan Mataram kuno.
Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan antara lain Candi Badut, Prasasti Dinoyo I yang ditemukan di daerah Karangbesuki (Malang) dan Prasasti Sangguran.
15. Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pakuan Pajajaran atau Kerajaan Pajajaran merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu di tanah Sunda yang dibangun pada tahun 923 oleh Sri Jayabhupati.
Hal ini sebagaimana tertera dalam Prasasti Sanghyang Tapak yang berangka tahun 952 saka (1030 M).
Pajajaran mengalami masa keemasan pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau yang diyakini sebagai Prabu Siliwangi.
Pada masa ini hasil bumi diperdagangkan hingga ke kepulauan Maladewa dan kehidupan masyarakat Pajajaran berada dalam kemakmuran.
Proses masuknya Islam serta persebaran pengaruh dan perkembangannya yang cepat di Pulau Jawa diduga sebagai salah satu hal yang menjadi faktor kemunduran Kerajaan Pajajaran.
Kerajaan ini kemudian mengalami kehancuran akibat serangan Kesultanan Banten yang dipimpin oleh Maulana Yusuf pada tahun 1579.
Peninggalan kerajaan ini antara lain Prasasti Cikapundung, Prasasti Batu Tulis, Prasasti Huludayeuh dan Prasasti Ulubelu.
16. Kerajaan Kuripan
Kuripan terletak di sebelah hilir dari negeri Candi Agung, tepatnya di Danau Panggang, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.
Tidak banyak informasi yang didapat tentang kerajaan ini.
Kerajaan Kuripan diduga adalah nama lain dari Kerajaan Tabalong, sebagaimana disebut dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca dari Majapahit pada tahun 1365.
Sementara Kuripan sendiri diduga merupakan nama ibu kota kerajaan pada saat itu.
Ada juga yang menduga bahwa Kuripan adalah kerajaan yang sama dengan Tanjungpuri atau Kerajaan Nan Sarunai.
Kemungkinan lainnya adalah Kerajaan Nan Sarunai berada di bawah Kerajaan Kuripan.
Sementara informasi lainnya yang diperoleh dari Tutur Candi, Kuripan telah berdiri sebelum Kerajaan Negara Dipa.
17. Kerajaan Negara Dipa
Negara Dipa berdiri sekitar tahun 1387 dan merupakan kerajaan Hindu pertama di Kalimantan Selatan.
Kerajaan ini terletak di kawasan Amuntai. Konon Negara Dipa didirikan oleh seorang saudagar yang berasal dari India Selatan atau dikenal sebagai negeri Keling bernama Ampu Jatmika bersama kedua putranya yaitu Lambu Mangkurat dan Mpu Mandastana.
Setibanya di Negara Dipa, Ampu Mangkurat membangun sebuah candi yang kemudian dikenal dengan nama Candi Laras.
Pada awal berdiri Ibukota Negara Dipa adalah Candi Laras yang berada di hilir sungai Bahan, kemudian mengalami pemindahan ke hulu sungai di kawasan Candi Agung, Amuntai.
Meski sebagai pendiri, Ampu Jatmika bukanlah keturunan bangsawan dan tidak menyebut dirinya sebagai Raja Negara Dipa.
Pada awalnya Negara Dipa berada dibawah Kerajaan Kuripan hingga akhirnya Ampu Jatmika menggantikan kedudukan Raja Kuripan yang telah mangkat dan mengganti namanya menjadi Kerajaan Negara Dipa.
Kerajaan ini kemudian berganti nama menjadi Negara Daha pada masa kekuasaan Raden Sekar Sungsang. Salah satu peninggalan Kerajan Negra Dipa adalah Candi Agung di Amuntai Tengah.
18. Kerajaan Negara Daha
Negara Daha merupakan kerajaan Hindu (Syiwa-Buddha) yang berdiri pada tahun 1478.
Hikayat Banjar adalah sumber utama informasi yang digunakan dalam penelusuran Kerajaan Negara Daha.
Pusat kerajaan berlokasi di Sungai Negara, Kalimantan Selatan.
Negara Daha sendiri merupakan pendahulu Kesultanan Banjar di Kalimantan.
Ibukota kerajaan ini adalah Muhara Hulak yang saat ini adalah merupakan Kecamatan Daha Selatan.
Menurut Hikayat Banjar, Kerajaan Negara Daha sesungguhnya adalah penerus Kerajaan Dipa di wilayah Kuripan.
Kerajaan ini pernah dipimpin oleh empat orang raja yang keseluruhannya adalah penganut agama Budha.
Negara Daha kemudian ditaklukkan oleh Pangeran Samudra yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Suryanullah.
Pada masa ini dimulailah era baru Kesultanan Banjar di Kalimantan Selatan.
Tidak diketahui secara pasti peninggalan Kerajaan Negara Daha selain pecahan-pecahan keramik yang ditemukan di Desa Bajayau.
Namun demikian terdapat beberapa barang pusaka yang diyakini berasal dari Kerajaan Majapahit seperti canang yang diberi nama Macan Patuk, gamelan Larasati, mahkota raja, dan lain-lain.
19. Kerajaan Malayu Dharmasraya
Kerajaan Malayu Dharmasraya merupakan kerajaan Hindu yang pernah ada di Sumatera Barat.
Kerajaan ini merupakan kerajaan Malayu Muda yang berdiri pada tahun 1183 Masehi di tepi Sungai Batanghari.
Sumber informasi berupa tambo Minangkabau menyebut asal usul kerajaan Malayu didirikan oleh Sri Jayanaga.
Salah satu raja yang pernah berkuasa di kerajaan ini adalah keturunan Sri Jayanaga yaitu Sri Tribuana Raja Mauli Warmadewa.
Ibukota kerajaan juga pernah mengalami pemindahan dari Dharmasraya ke daerah Pedalaman Pagaruyung (Suruaso).
Nama Adityawarman juga sering disebut dalam sejarah Dharmasraya.
Menurut silsilah, Adityawarman merupakan putra dari Dara Jingga seorang putri dari kerajaan Melayu yang kemudian menjadi Tuan Suruaso.
Hingga kini tidak diketahui akhir kehidupan Adityawarman.
Sementara sebab-sebab kemunduran Kerajaan Malayu Dharmasraya diduga akibat terdesak oleh perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Pantai Timur Sumatera seperti di daerah Riau.
Keberadaan Dharmasraya terungkap melalui Prasasti Dharmasraya.
Petunjuk lain yang mengungkap tentang Dharmasraya adalah Prasasti Bandar Bapahat, Prasasti Padang Roco yang berbahasa Tamil dan ditemukan di Bukit Gombak, Kabupaten Tanah Datar.
Demikian beberapa dari kerajaan-kerajaan Hindu Budha yang pernah berdiri di nusantara.
Sejarah telah mencatat bumi nusantara pernah didiami oleh kerajaan-kerajaan besar yang memiliki kekuasaan dan pengaruh luas serta berjaya pada masanya, sebelum akhirnya mengalami keruntuhan.
Keberadaan kerajaan-kerajaan tersebut di masa lalu menunjukkan bagaimana budaya dan peradaban manusia terus berkembang hingga saat ini.