Kerajaan Ottoman atau Kekaisaran Utsmaniyah adalah salah satu Kerajaan Islam terbesar di dunia.
Kerajaan yang tumbuh menjadi salah satu negara paling kuat di dunia selama abad ke-15 dan 16.
Bahkan cakupan kekuasaanya dari wilayah Timur Tengah, Eropa Timur, hingga Afrika Utara.
Padahal, sebelumnya Kerajaan Ottoman hanyalah kerajaan kecil.
Lalu, bagaimana kisahnya hingga menjadi kerajaan adikuasa?
Simak ulasannya berikut ini!
Asal Usul Kerajaan Ottoman
Pendiri Kerajaan Ottoman adalah Osman I (1299).
Istilah “Ottoman” berasal dari nama Osman, dalam bahasa Arab “Utsman”.
Ertugrul (Ayah Osman) memimpin suku Kayı yang melarikan diri dari serangan Mongol dari Asia Tengah menuju Anatolia dan mendirikan kerajaan kecil di Sogut.
Anatolia terpecah dan menjadi beberapa bagian negara merdeka (Emirat Ghazi) dan salah satu Emirat Ghazi tersebut dipimpin oleh Osman I.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Ottoman
Kerajaan yang diciptakan oleh suku-suku Turki di Anatolia (Asia Kecil) yang tumbuh menjadi salah satu negara terkuat di dunia selama abad ke-15 dan ke-16.
Periode Ottoman berlangsung selama lebih dari 600 tahun.
Negara-Negara Bagian dari Kerajaan Ottoman
Kerajaan Ottoman berhasil menguasai Trakia (Bulgaria, Yunani, Turki), Britania, Mesir, Hongaria, Makedonia, Rumania, Yordania, Palestina, Lebanon dan Suriah.
Silsilah Raja yang Memimpin
Berikut ini silsilah raja yang pernah memimpin:
1. Osman I (c.1300-1326)
Osman (Osman Gazi) diangkat menjadi adipati dan kepala suku di kadipaten Ottoman menggantikan ayahnya (1281).
Pada tahun 1300, Osman berhasil menguasai wilayah Anatolia (dari Eskisehir barat laut Turki hingga dataran Iznik (Nicea)).
2. Orhan I (1326-1359)
Putra Osman, Orhan I berhasil menaklukkan kota Bursa (1324), Iznik (1331), Izmit (1337) dan Uskudar (1338).
Beliau mengembangkan bidang administratif, ekonomi dan militer yang diperlukan untuk mengubah kerajaan menjadi Negara.
Bursa dijadikan sebagai ibukota negara Utsmaniyah/Ottoman.
3. Murad I (1359-1389)
Putra Orhan, Murad I melakukan ekspansi di Anatolia dan Balkan serta berhasil menguasai Makedonia (1371), Bulgaria tengah (Monastir (1382), Sofia (1385), Ni (1386)), Thessaloniki (1387) dan Kosovo (1389).
Beliau memindahkan ibukota Ottoman dari Bursa ke Edirne (1365).
4. Bayezid I (1389-1402)
Beliau mendirikan negara Ottoman pertama (Negara Utsmaniyah/Turki) yang tersentralisasi berdasarkan institusi tradisional Turki dan Muslim.
Beliau melanjutkan ekspansi militer pasukan gabungan (Bulgaria, Albania dan beberapa pasukan Byzantium) dan Serbia secara damai menjadi pengikutnya (1392).
Pada Perang Salib (1396) Ottoman berhasil menguasai Bulgaria (1396) dan Konya (1397).
5. Mehmed I (1413-1421)
Mehmed I menyatukan kembali wilayah Ottoman yang terpecah-pecah setelah kekalahan Ankara (1402).
Terjadinya konflik internal menghambat upaya Kerajaan Ottoman untuk mengembalikan kekuasaan.
6. Murad II (1421-1444) dan Pemerintahan Kedua (1446-1451)
Murad II berhasil memperluas dan mengkonsolidasikan kekuasaan Ottoman di Balkan.
Kesedihan mendalam karena gugurnya putra kesayangan menyebabkan beliau mengasingkan diri ke Manisa.
Beliau menyerahkan kepemimpinan Ottoman kepada putranya Pangeran Mehmed II (1444).
Paus dari Roma melancarkan gerakan perang Salib untuk menghancurkan Varna.
Murad II kembali ke medan tempur dan berhasil memenangkan pertempuran di Varna (1444).
Kemudian terjadi perebutan wilayah oleh Byzantium dan pemberontakan Janissary (1446).
7. Mehmed II (1444-1446) dan Pemerintahan Kedua (1451-1481)
Masa pemerintahan pertama Mehmed II hanya bertahan sekitar dua tahun dikarenakan beliau masih belia dan belum berpengalaman.
Kerajaan Ottoman mengalami keemasan pada masa pemerintahan Mehmed II yang kedua, dimana kekuasaan dan kekayaan Ottoman sangat berlimpah.
Jatuhnya Konstantinopel (1453) mengakhiri Kerajaan Byzantium bahkan Eropa Tengah dan diseluruh bagian Arab berhasil dikuasai.
Atas kemenangan itu, beliau dijuluki Sang Penakluk (Muhammad Al Fatih)
Ibukota kemudian dipindahkan ke Konstantinopel.
8. Bayezid II (1481-1512)
Bayezid II, berhasil mengkonsolidasikan kekuasaan Ottoman di Balkan, Anatolia dan Mediterania timur.
Selama masa pemerintahannya, sebagian besar pendapatan negara dialokasikan untuk pembangunan masjid, perguruan tinggi, rumah sakit dan jembatan.
9. Selim I (1512-1520)
Selim I berhasil menaklukkan Mamluq (1517) dan memperluas kerajaan ke Kairo, Suriah, Hijaz, Safawi, Mekah dan Madinah serta mengangkat Ottoman menjadi pemimpin dunia Muslim.
10. Suleiman I (1521-1566)
Suleiman I, dijuluki oleh orang Eropa sebagai “Magnificent”, sedangkan di Kerajaan Ottoman dijuluki “Al Qanuni” sang Pemberi Hukum.
Hal ini dibuktikan dengan Wazir Agung Ibrahim Pasha dihukum mati di Istana Topkapi (1536).
Beliau menguasai sebagian besar Timur Tengah, Afrika Utara, Laut Tengah, Laut Merah dan Teluk Persia.
Beliau membangun benteng kuat dan masjid, jembatan, saluran air dan lain-lain.
11. Selim II (1566-1574)
Selim II mempercayakan urusan negara kepada wazir agung, Mehmed Sokollu.
Kemudian adanya perjanjian damai dengan Austria (1568), Ottoman berhasil memperluas kekuasaan di Moldavia dan Walachia.
Dan Venesia mengakui kekalahannya di Mediterania/Laut Tengah (1573) dan Ottoman merebut kembali Tunisia dari Spanyol (1574).
12. Murad III (1574-1595)
Murad III berhasil merebut Fez dari Portugis (1578).
Kemudian terjadinya perang dengan Iran (1579) berhasil memperluas kekuasaannya atas Azerbaijan, Tiflis (Tbilisi, Georgia), Nahavand dan Hamadan (Iran).
Di Eropa terjadi perang panjang melawan Austria (1593–1606).
Murad berada di bawah pengaruh para wanita harem, dikenal dengan masa “Kesultanan Perempuan” (1570–1578).
Menjadi penyebab terjadinya nepotisme, kemerosotan sosial dan ekonomi.
13. Mehmed III (1595-1603)
Pada masa pemerintahan Mehmed III terjadi perang panjang dengan Austria.
Ottoman kalah dari Gran (Esztergom, Hung) oleh sekutu Kristen (1595).
Namun, beliau berhasil menaklukkan Erlau (Eger), Hachova dan merebut benteng Kanizsa (1601).
Sedangkan di Anatolia terjadi pemberontakan serius akibat menurunnya sistem penguasaan tanah.
14. Ahmed I (1603-1617)
Dibawah kendali Ahmed I, pemerintahan mengalami kemunduran akibat perang dan pemberontakan.
Ia kemudian memperkenalkan peraturan baru untuk perbaikan administrasi pertanahan.
Kedamaian Zsitvatorok (1606) yang ditandatanganinya dengan Austria merugikan Ottoman.
Beliau terpaksa memperpanjang hak komersial pada Perancis, Venesia dan Belanda di wilayah kekuasaannya, bahkan Georgia dan Azerbaijan diserahkan ke Persia.
Beliau membangun Masjid Biru di dekat Hagia Sophia, merupakan karya besar arsitektur Islam.
15. Mustafa I (1617-1618) dan Pemerintahan Kedua (1622-1623)
Mustafa I naik tahta, namun karena perilakunya yang abnormal (Neurotik), dewan militer dan menteri mencopot tahtanya.
Meninggalnya Osman II (1622), Mustafa dinobatkan kembali oleh Janissary (pasukan elit).
Tapi, setelah satu setengah tahun memerintah dia digulingkan kembali.
Pada pemerintahan kedua, beliau mengeksekusi pihak yang terlibat dalam pembunuhan Sultan Osman II.
16. Osman II (1618-1622)
Osman II (Osman Muda), naik takhta ketika berusia 14 tahun.
Terjadinya kekalahan perang di Chocim (Khotin, Ukraina) diakibatkan oleh kurang disiplin dan kemampuan korps Janissary yang menurun.
17. Murad IV (1623-1640)
Murad IV (Murad Oglu Ahmed I) dikenal sebagai pribadi pemberani, penuh tekad, bertemperamen keras dan kejam.
Beliau bertindak cepat dalam membasmi pelanggar hukum dan pemberontak dengan pertumpahan darah.
Murad menjadi pemimpin melawan Iran dan Baghdad berhasil ditaklukkan (1638) serta tercapainya perdamaian (Perjanjian Kasr-i Shirin).
18. Ibrahim I (1640-1648)
İbrahim I dikenal dengan pribadi yang tidak stabil akibatnya pemerintahan mengalami kemunduran, terjadi perang, pemberontakan dan peraturan yang memburuk.
Dia digulingkan dari tahta (1648) oleh pemberontakan Janissary.
19. Mehmed IV (1648-1687)
Mehmed IV memenangkan pertempuran melawan Austria (1663), Polandia (1672) dan Venesia di Mediterania atas bantuan Koprulus.
Pada masa pemerintahannya terjadinya merosotnya finansial dan pemberontakan di Konstantinopel dan Anatolia.
20. Suleiman II (1687-1691)
Süleiman II melakukan reformasi internal dan penaklukan kembali wilayah yang pernah terlepas.
Fazıl Mustafa Paşa (Koprulus) menjadi wazir agung dengan membantu menegakkan kembali ketertiban dan menjalankan reformasi guna meringankan beban pajak.
Ottoman berhasil mengusir Austria dari Bulgaria dan Transilvani (1689) serta merebut kembali Beograd dan Nis (1690).
21. Ahmed II (1691-1695)
Masa pemerintahan Ahmed II ditandai dengan berlanjutnya perang Liga Suci (Austria-Polandia-Venesia).
Ottoman menderita kerugian teritorial di Hongaria akibat perang dengan Austria di Slankamen, Hung.
Venesia menyerang Kreta (1692) dan berhasil merebut Chios (1694).
Selain itu, Ahmed menghadapi kerusuhan di provinsi Arabnya di Suriah (Hijaz dan Irak).
22. Mustafa II (1695-1703)
Mustafa II berhasil memulihkan pulau Chios dari Venesia (1695) dan memenangkan pertempuran melawan Austria (1696).
Secara internal, perang yang terus berlanjut menyebabkan dislokasi sosial dan ekonomi.
Perhatian eksklusif pemerintah terhadap Eropa mengakibatkan pemberontakan lokal di Anatolia timur, Suriah dan Irak.
23. Ahmed III (1703-1730)
Pada masa pemerintahannya terjadi perang dengan Rusia (1710) dan penangkapan Morea (Peloponnesus) dari Venesia (1715).
Yang menyebabkan Turki kehilangan Beograd (1717).
Isi Perjanjian Passarowitz (1718), Turki tetap mempertahankan penaklukannya dari Venesia tetapi harus menyerahkan Hongaria dan sebagian Serbia ke Austria.
Terjadinya pengusiran Turki dari Iran (1730) memicu pemberontakan oleh Patrona Halil dan Ahmed berhasil digulingkan.
24. Mahmud I (1730-1754)
Mahmud I berhasil mengatasi pemberontakan Patrona Halil di Konstantinopel dan pemberontakan Janissari (1731).
Dan Ottoman berhasil memenangkan perang Austria dan Rusia (Perjanjian Beograd 1739).
Beliau berpartisipasi dalam urusan politik dan militer serta mengupayakan reformasi parsial tentara di Kerajaan Ottoman.
25. Osman III (1754-1757)
Sultan Osman III menjadi tahanan penjara di Kafes selama 51 tahun.
Beliau memerintah hampir tiga tahun dan tujuh kali mengganti wazir agung.
Kemudian Osman membangun Istana dan Taman Uskudar (1755-1756).
26. Mustafa III (1757-1774)
Mustafa III melakukan reformasi pemerintahan dan militer untuk menghentikan kemunduran pada pemerintahan.
Terjadi kekalahan di Danube dan di Semenanjung Krimea, puncaknya pada penghancuran armada Ottoman, Pertempuran Cesme (1770) di Laut Aegea.
Korps artileri diatur ulang, sekolah teknik dibuka kembali dan sekolah matematika untuk angkatan laut didirikan (1773).
Beliau merupakan seorang sarjana dan penyair serta pernah mempelajari astrologi, sastra dan kedokteran.
27. Abd-ul-Hamid I (1774-1789)
Abdul-Hamid I mencoba memperkuat kekuasaan Ottoman atas Suriah, Mesir dan Irak.
Namun, menyebabkan Semenanjung Krimea (1774) terlepas dari genggaman Ottoman.
Ottoman kalah melawan Rusia pada Pertempuran Kozluja, menyebabkan penandatanganan Perjanjian Kucuk Kaynarca (1787).
28. Selim III (1789-1807)
Selim III berhasil mengatasi kekacauan sosial, ekonomi dan administrasi yang dihadapi kerajaan.
Dan membentuk komite reformasi (1792–1793) serta mengeluarkan peraturan baru nizam-ı cedid (orde baru).
29. Mustafa IV (1807-1808)
Mustafa IV seorang pria ambisius dengan intelektual rendah, berada dibawah pengaruh kepala hierarki agama Muslim dan Janissari.
Beliau mengakhiri reformasi Selim dan membunuh sebagian besar reformis.
Mustafa mengetahui niat Bayrakdar untuk mengangkat Selim III kembali naik tahta, mengharuskannya membunuh Selim.
30. Mahmud II (1808-1839)
Karena kudeta yang dipimpin oleh Bayrakdar Mustafa Paşa dari Rusçuk (Ruse, Bulgaria), Mahmud II naik tahta.
Perang dengan Rusia berlanjut (1807), diakhiri dengan menyerahkan Bessarabia ke Rusia (Perjanjian Bukares 28 Mei 1812).
Bidang administrasi, Mahmud menggunakan sistem pemerintahan kabinet, menyediakan sensus dan survei tanah, serta meresmikan layanan pos (1834).
Di bidang pendidikan, diadakannya pendidikan dasar wajib, membuka sekolah kedokteran dan mengirim siswa terpelajar ke Eropa.
31. Abd-ul-Mejid I (1839-1861)
Abdul Mejid I (Abdülmecid I) sosok berpendidikan tinggi dan berpikiran liberal.
Beliau mengeluarkan dua dekrit reformasi sosial dan politik, Hatt-ı Serif dari Gulhane (1839) dan Dekrit Kerajaan, Hatt-ı Humayun (1856), penanda era baru Tanzimat (Reorganisasi).
Dekrit tersebut memproklamasikan kesetaraan semua warga negara di bawah hukum dan memberikan hak sipil dan politik.
Dalam bidang militer, tentara direorganisasi (1842), wajib militer diberlakukan, hukum pidana, komersial, maritim serta pengadilan sipil dan pengadilan pidana.
Dalam bidang pendidikan berupa pembentukan Kementerian Pendidikan dan pendirian sekolah persiapan militer dan sekolah menengah, serta sekolah Ottoman di Paris (1855).
Abdülmecid memperbaiki Hagia Sophia, membangun Istana Dolmabahçe dan mendirikan teater Prancis pertama di Konstantinopel.
32. Abd-ul-Aziz I (1861-1876)
Abdulaziz I melanjutkan reformasi dibantu para menterinya, Fuad Paşa dan li Paşa.
Distrik administrasi baru (vilayets) didirikan (1864), dewan negara didirikan (1868), pendidikan publik diselenggarakan, universitas baru didirikan dan kode sipil Ottoman pertama diumumkan.
Kemudian terjadi gagal panen (1873), pengeluaran cukup tinggi, utang publik meningkat dan pemberontakan di Bosnia dan Herzegovina menyebar ke Bulgaria (1876).
33. Murad V (1876)
Murad V naik tahta berkat deposisi Abdülaziz oleh menteri Midhat Paşa.
Namun, peristiwa Abdul Aziz bunuh diri dan pembunuhan beberapa menteri, menyebabkan ia menderita gangguan mental dan digulingkan dari tahta.
34. Abd-ul-Hamid II (1876-1909)
Abdul Hamid II mengadopsi kebijakan pan-Islamisme, menentang intervensi Barat dalam urusan Kerajaan Ottoman.
Konstitusi Pertama Ottoman (23 Desember 1876) bertujuan mengatasi intervensi asing di saat penindasan biadab Turki atas pemberontakan Bulgaria (1876).
Di bidang pendidikan, didirikannya 18 sekolah profesional, Darulfunun atau Universitas Istanbul, (1900) sekolah menengah, dasar dan militer diperluas ke seluruh Kerajaan.
Juga, Kementerian Hakim direorganisasi serta sistem kereta api dan telegraf dikembangkan.
35. Mehmed V (1909-1918)
Mehmed V menyerahkan semua otoritas kepada Komite Persatuan dan Kemajuan (organisasi liberal-nasionalis dari gerakan Turki Muda).
Akibat perang Balkan (1912-1913) Ottoman hampir kehilangan semua wilayah kekuasaan di Eropa dan ketika perang Italia (1911–1912), Ottoman kehilangan Tripoli.
Berakhirnya masa pemerintahan ketika Turki kalah dalam Perang Dunia I.
36. Mehmed VI (1918-1922)
Mehmed VI sosok yang cerdas dan perseptif.
Setelah Gencatan Senjata Mudros (1918) dan pembentukan administrasi militer Sekutu di Istanbul (1918), Komite Persatuan dan Kemajuan nasionalis-liberal runtuh.
Beliau membubarkan Parlemen dan kaum nasionalis mendirikan pemerintahan sementara di Ankara
Mehmed IV turun tahta dan melarikan diri ke Malta (1922).
Kemudian terbentuklah Republik Turki dipimpin Mustafa Kemal Atatürk (Pemimpin kaum nasionalis).
37. Abd-ul-Mejid II (1922-1924)
Abdul Mejid II dipilih oleh Majelis Nasional Turki di Ankara sebagai Khalifah.
Setelah berdirinya Republik Turki, Kekhalifahan Utsmaniyah (Ottoman) dihapuskan dan Kerajaan Ottoman digulingkan serta diusir dari Turki.
Penyebab Keruntuhan Kerajaan Ottoman
Penyebab runtuhnya Kerajaan Ottoman adalah sebagai berikut:
1. Masalah Internal
Wazir agung ditugaskan mengelola otoritas dan pendapatan di Kerajaan sehingga mendapat wewenang untuk menuntut dan memperoleh ketaatan mutlak dari masyarakat.
Pemisahan yang dihasilkan dari loyalitas politik dan otoritas pusat menyebabkan hilangnya kemampuan pemerintah untuk memegang kendali.
2. Sistem Devsirme
Tujuan devsirme adalah untuk menyeleksi dan melatih anak yang paling pandai untuk menempati posisi kepemimpinan, baik sebagai anggota Janisari (pasukan elite) ataupun sebagai pengurus tinggi Kesultanan.
Kemenangan devşirme yang terjadi pada pertengahan abad ke-16 menyebabkan bangsawan di Turki kehilangan hampir semua kekuatan dan posisinya di ibu kota.
3. Korupsi dan Nepotisme
Devsirme bersikap semena-mena dengan menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi yang menyebabkan korupsi dan nepotisme.
Terjadinya pengangkatan Sultan tidak banyak yang dipilih berdasarkan kemampuannya, namun sebagai manuver politik dari partai politik devşirme-harem.
Akibatnya, terjadi kelumpuhan administrasi, meningkatnya perilaku anarki, pelanggaran hukum dan perpecahan di masyarakat.
4. Kesulitan Ekonomi
Kesulitan ekonomi dimulai pada akhir abad ke-16, ketika Belanda dan Inggris menutup jalur perdagangan internasional lama melalui Timur Tengah.
Akibatnya ekonomi terganggu oleh inflasi dan meningkatnya ketidakseimbangan perdagangan antara Timur dan Barat.
Karena bendahara kehilangan banyak pemasukan, kebijakan menurunkan nilai koin, membayar gaji rendah, menaikkan pajak dan melakukan penyitaan, hanya memperburuk situasi.
Adanya Perjanjian Kapitulasi, menyebabkan persediaan barang berkualitas dengan harga murah tidak mampu bersaing dengan barang-barang manufaktur dari Eropa.
Akibatnya, industri tradisional merosot dengan cepat.
5. Kerusuhan Sosial
Pada abad ke-16 dan 17 populasi penduduk melonjak drastis.
Kondisi politik, ekonomi dan tekanan sosial semakin meningkat, menyebabkan timbulnya tindakan anarkis.
Para petani yang memilih pergi dan penduduk desa yang masih menetap memutuskan bergabung dengan kelompok pemberontak Levends dan Jelalis (Celalis).
Pemerintahan melemah, karena para pemberontak mengambil alih sebagian besar pemerintahan, mengambil pendapatan pajak dan mengurangi pasokan makanan.
Hal tersebut menyebabkan bubarnya angkatan bersenjata.
Warisan Kerajaan Ottoman
Selama kurang lebih 600 tahun berjaya, tentunya banyak sekali warisan dari Kerajaan Ottoman.
Berikut ini peninggalan yang masih dilestarikan dan digunakan:
Istana Topkapi
Sebanyak 37 Sultan Kerajaan Ottoman (1299 -1924) tinggal di Kompleks Istana Topkapi di Istanbul.
Kompleks istana terdapat empat lapangan utama, taman, halaman, bangunan perumahan, bangunan administrasi dan banyak bangunan-bangunan kecil lainnya.
Di Istana Topkapi juga terdapat bangunan harem, tempat terpisah untuk istri, selir dan budak wanita.
Kompleks Istana Topkapi dibangun atas perintah sultan Mehmed II (1659).
Istana Topkapi di jadikan museum setelah dikeluarkannya dekrit dari pemerintah, 3 April 1924.
Seni dan Sains
Kerajaan Ottoman dikenal karena prestasi dalam bidang seni, sains dan obat-obatan.
Istanbul dan kota-kota besar di seluruh Kerajaan Ottoman diakui sebagai pusat artistik.
Seperti kaligrafi, lukisan, puisi, tekstil, tenun karpet, keramik dan musik.
Ilmu pengetahuan dianggap sangat penting untuk dipelajari dan dipraktekan seperti matematika, astronomi, filsafat, fisika, geografi dan kimia.
Selain itu, beberapa kemajuan terbesar dalam bidang kedokteran dan beberapa alat-alat bedah masih digunakan sampai sekarang, seperti forsep, kateter, pisau bedah, penjepit dan lancet.
Hingga kini sejarah Kerajaan Ottoman masih dielu-elukan pencapaiannya, bahkan beberapa warisannya masih digunakan, terutama dalam bidang seni dan sains.