Idul Adha adalah salah satu peringatan hari keagamaan umat muslim yang dijalankan dengan menyembelih hewan qurban, seperti sapi atau domba. Ibadah ini dikerjakan pada bulan Dzulhijjah, umat muslim juga sering menyebutnya sebagai hari raya qurban. Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam merayakan hari Idul Adha dengan penuh sukacita, karena mereka bisa saling berbagi dan makan daging bersama.
Sudah tahu belum mengenai asal-usul hari raya Idul Adha? Disini Kami akan memberikan penjelasan lebih lengkap mengenai Idul Adha beserta sejarah, tata cara pelaksanaan, panduan qurban dan lainnya. Yuk simak, untuk menambah wawasan tentang salah satu hari besar keagamaan ini.
Sejarah Idul Adha
Idul Adha disebut juga hari raya haji yang diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah, dimana kaum muslim menunaikan ibadah wukuf di Arafah sebagai rukun menunaikan haji yang utama. Mereka mengenakan ihram, yakni pakaian serba putih dan tidak berjahit yang melambangkan persamaan pandangan hidup dan aqidah serta persamaan nilai di berbagai bidang kehidupan. Semua orang yang mengenakan pakaian ihram merasa mempunyai derajat yang sama dan ingin mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Esa. Dalam sejarahnya, Idul Adha tidak hanya disebut sebagai hari raya haji, tapi juga dinamakan idul qurban.
Siti Hajar dan Ismail
Hari raya ini mengingatkan kita pada kisah teladan Nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya sendiri yang bernama nabi Ismail. Sebelumnya, Nabi Ibrahim bahkan telah diperintahkan untuk mengungsikan istrinya yang bernama Siti Hajar bersama putranya di suatu lembah tandus, gersang serta tidak ditumbuhi sebatang pohon pun.
Lembah tersebut sangat sunyi dan sepi, kurang lebih berada 1600 KM sebelah utara Palestina, padahal Ismail pada saat itu masih menysu ibunya. Meskipun Nabi Ibrahim dan istri tidak mengetahui apa maksud wahyu Allah yang meminta mereka untuk melakukan hal tersebut, tapi keduanya menerima perintah dengan ikhlas dan penuh tawakal.
Peristiwa tersebut tertuang dalam Alquran QS Ibrahim 37, yang bermakna: Ya Tuhan kami sesunggunnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di suatu lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahmu (Baitullah) yang dimuliakan. Ya Tuhan kami (sedemikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah gati sebagia manusia cenderung kepada mereka dan berizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Diceritakan oleh Ibnu Abbas, Siti Hajar kehabisan air sehingga beliau mencari kesana-kemari antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali untuk mencari air agar bisa menyusui anaknya. Allah lalu mengutus malaikat Jibril untuk membuatkan mata air zam-zam agar ibu dan anak yang berbakti kepada-Nya tersebut memperoleh sumber kehidupan.
Sejak saat itu, lembah yang mulanya gersang tersebut kini mempunyai persediaan air yang melimpah ruah dan tidak akan pernah habis maupun kering. Tidak sedikit manusia dari berbagai pelosok yang berbondong-bondong datang untuk membeli air tersebut, mayoritas dari kalangan pedagang.
Saat ini kita mengenal lembah tersebut sebagai kota Mekah, sebuah kota yang makmur dan aman. Kemakmuran kota Mekah bahkan telah tertuang dalam QS Al-Baqarah 126, menjadi bukti bahwa hingga sekarang kota tersebut memiliki kemakmuran yang berlimpah dengan jamaah haji dari berbagai penjuru dunia. Melihat sejarah tersebut, Idul Adha juga dinamaman Idul Nahr, yakni hari penyembelihan untuk memperingati sekaligus menjadi pengingat ujian paling berat Nabi Ibrahim.
Peristiwa Penyembelihan Ismail
Berkat kesabaran, ketabahan dan ketawakalan Ibrahim, Allah memberinya anugerah “Khalilullah”, artinya kekasih Allah. Allah SWT kemudian mengizinkan para malaikat untuk menguji ketakwaan dan keimanan nabi Ibrahim. Karena pada saat itu malaikat datang dan bertanya kepada Allah mengapa seorang manusia yang sibuk dengan kekayaan dan keluarganya bisa mendapatkan predikat sebagai kekasih Allah.
Disebutkan dalam kitab Misykatul Anwar bahwa kekayaan Ibrahim meliputi 100 onta, 300 lembu dan 1.000 domba. Riwayat lainnya juga menyebutkan Nabi Ibrahim mempunyai kekayaan hingga 12.000 ternak. Meskipun mempunyai kekayaan yang melimpah, tapi Ibrahim tidak lupa diri dan mengabdikan hidupnya untuk beriman serta bertawakal kepada Allah.
Hal itu terbukti dari ucapannya saat ditanya oleh seseorang mengenai pemilik jumlah ternak sebanyak itu, beliau justru menjawab bahwa ternak-ternak tersebut milik Allah dan sewaktu-waktu Allah menghendaki maka akan diserahkan semuanya. Bahkan dirinya juga mengatakan akan menyerahkan putra satu-satunya jika Allah yang meminta.
Perkataannya tersebut ternyata dijadikan sebagai bahan untuk menguji ketaqwaan nabi Ibrahim, dirinya bermimpi harus mengorbankan putranya yang masih berusia 7 tahun tersebut. Nabi Ibrahim diminta untuk menyembelih anaknya sendiri, sungguh peristiwa yang sangat mengerikan, sesuai yang tercantum dalam QS Aa-saffat 102.
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Tiba di hari dimana keduanya sudah siap untuk melaksanakan perintah Allah, para setan menyumpahi Ibrahim dan mengatakannya sebagai orang tua jahat karena akan membunuh anaknya sendiri yang masih muda. Ibrahim tidak menghiraukan bisikan tersebut dan beliau sudah mempunyai tekad untuk mengerjakan perintah Allah.
Dirinya lalu mengambil batu sembari mengucapkan “Bismillah Allahu Akbar”, lalu melemparkannya untuk mengusir setan-setan yang mencoba mengganggu keimanannya. Dari sinilah yang kemudian menjadi asal usul ibadah haji melempar jumroh. Melihat ayahnya yang sepertinya ragu-ragu saat akan mengayunkan pisau ke leher putranya, Ismail meminta ayahnya untuk tidak menatap wajahnya. Pada saat itu Nabi Ismail sudah pasrah dan nabi Ibrahim memantapkan niatnya, tapi sedetik sebelum pisau nyaris menempel di leher Ismail, Allah tiba-tiba berseru untuk menghentikan perbuatan tersebut.
Allah telah meridhoi kepasrahan dan ketawakalan keduanya sehingga mengikhlaskan mereka untuk menyembelih seekor kambing sebagai kurban, sesuai yang tercantum pada As-Saffat ayat 107-110:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ “Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Berdasarkan sejarah tersebutlah hingga sekarang kita memperingati hari raya Idul Adha untuk mengingatkan kembali terhadap ketawakalan seorang Nabi Ibrahim
Makna dan Hikmah Idul Adha
Atas pengorbanan Nabi Ibrahim AS dalam sejarah umat manusia membuatnya diangkat sebagai seorang nabi dan rasul yang besar. Tentunya ada makna dan hikmah dari Idul Adha yang mengandung pembelajaran penting bagi kita, di antaranya mencakup beberapa hal berikut:
- Ketakwaan
Menunjukkan sikap ketaatan seorang hamba kepada penciptanya dalam menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya. Islam mengajarkan tentang kehidupan yang harmonis antara dunia dan akhirat di mana keduanya harus seimbang. Untuk menggapai kehidupan yang baik di akhirat, manusia perlu menjalani kehidupan di dunia dengan memperbanyak kebajikan dan memohon ridho’nya agar dapat mencapai akhirat yang khasanah.
Sehingga apa yang kita lakukan di dunia ini tidak terlepas dari hasil yang akan didapatkan di kehidupan akhirat nanti. Sikap Nabi Ibrahim yang rela menyembelih anaknya sendiri menandakan ketakwaannya yang tinggi terhadap Allah subhanahu wa ta’ala. Peristiwa tersebut juga dapat dimaknai bahwa Islam sangat menghargai kehidupan manusia dan nyawanya. Terbukti ketika Allah menghentikan Ibrahim saat akan memotong leher anaknya, yang diganti dengan menyembelih seekor domba.
- Hubungan antar manusia
Idul Adha juga memaknai hubungan antar manusia selain hubungan kepada Allah. Islam mengajarkan kita untuk memiliki sifat yang peka terhadap sosial dan memperhatikan solidaritas. Misalnya dengan kita berpuasa maka bisa merasakan susahnya hidup sebagai seorang kaum miskim atau dhuafa yang sulit untuk memenuhi kebutuhan makannya sehari-hari.
Dengan menyembelih hewan kurban dan membagikannya kepada orang lain yang membutuhkan juga sebagai bentuk kepedulian kita kepada sesama umat. Karakteristik agama Islam adalah umat yang harus hidup saling tolong-menolong dan gotong royong dalam kebaikan. Melalui kisah nabi Ibrahim tersebut kita juga dapat mengambil hikmah bahwa sebagai umat muslim kita diingatkan untuk bersedia mengorbankan sesuatu untuk kebahagiaan orang lain yang kurang beruntung.
- Peningkatan kualitas diri
Hikmah ketiga yang kita ambil dari ritual lebaran Idul Adha sebagai salah satu perayaan keagamaan umat muslim yaitu peningkatan kualitas diri. Kita dapat memperkukuh empati, meningkatkan kesadaran diri serta pengelolaan diri untuk membentuk akhlak terpuji sebagai seorang muslim. Islam sangat menjunjung tinggi manusia yang berakhlak agung dan tidak mementingkan dirinya sendiri.
Sehingga, seorang manusia yang tidak memiliki akhlak atau berakhlak buruk disandingkan dengan sifat setan dan iblis. Melalui Idul Adha kita juga dapat mengambil hikmah bahwa semua manusia dihadapan Allah adalah sama, yang membedakan adalah taqwanya.
Puasa Arafah
Umat Islam dianjurkan untuk melakukan amalan puasa Arafah sehari sebelum hari raya Idul Adha. Sebagai salah satu puasa sunnah, puasa ini mempunyai banyak keutamaan bagi umat muslim yang menjalankannya. Terutama bagi umat yang belum mampu menjalankan ibadah haji di Mekah maka dianjurkan untuk berpuasa Arafah.
Niat puasa sebelum hari raya Idul Adha ini dilakukan setiap tanggal 9 Dzulhijjah. Nama Arafah sendiri diambil dari pelaksanaan wukuf di Padang Arafah setiap tanggal 9 Dzulhijjah oleh umat muslim yang sedang menunaikan ibadah haji. Allah menjanjikan keutamaan berupa ampunan dosa dosa bagi mereka yang menjalankan puasa Arafah.
Sesuai yang disampaikan hadits riwayat Muslim mengenai keutamaan puasa arafah yang dapat menghapus dosa setahun yang akan datang dan setahun lalu. Sehingga satu hari sebelum pelaksanaan idul qurban juga dianggap sebagai hari pengampunan dosa dan pembebasan dari siksa neraka. Bacaan niat puasa Arafah yaitu:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِّلِه تَعَالَى
Nawaitu shouma arafata sunnatan lillahi ta’ala.” – Saya berniat puasa sunah Arafah karena Allah ta’ala.
Sunnah Idul Adha
Selain menjalankan puasa Arafah, sebagai umat muslim kita juga harus mengetahui amalan-amalan lainnya yang disunahkan untuk dikerjakan sebelum salat Idul Adha maupun setelahnya. Adapun berikut ini beberapa sunnah Idul Adha:
Mandi Sebelum Shalat Idul Adha
Sebelum melaksanakan shalat hari raya Idul Adha, umat muslim disunahkan untuk mandi terlebih dahulu sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dan Imam Syafi’i. Dengan mandi bertujuan untuk membersihkan seluruh anggota badan dari dan menjadikannya lebih segar, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Anjuran mandi sebelum salat ied bisa dilakukan mulai pertengahan malam, sebelum salat subuh maupun sesudah waktu subuh sebagai keutamaannya.
Berhias Diri dan Memakai Pakaian Terbaik
Selain mandi, umat muslim yang hendak menunaikan ibadah sholat Idul Adha juga dianjurkan untuk menggunakan wangi-wangian, berhias diri dan memakai pakaian terbaik. Dianjurkan juga untuk memotong rambut dan kuku agar memperoleh keutamaan di hari raya Idul Adha. Sebagaimana kisah Umar bin Khattab saat membeli kain sutera yang dijual di pasar dan membawanya kepada Rasulullah sembari berkata “Wahai Rasullullah, belilah kain sutra ini untuk berhias diri dan menerima tamu delegasi saat hari raya”.
Tapi Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya yang menggunakan pakaian tersebut hanyalah mereka yang tidak mendapatkan bagian di akhirat. Kemudian Anas Ra mengatakan, di hari raya idulfitri dan Idul Adha Rasulullah memerintahkan mereka akan mengenakan pakaian dan wewangian terbaik yang dimiliki serta berkurban dengan binatang tergemuk yang mereka punya. Dari sabda tersebut kita dapat melihat bahwa anjuran menggunakan pakaian terbaik bukan berarti harus memakai yang mahal, melainkan terbaik yang kita miliki.
Makan Setelah Shalat Idul Adha
Tidak makan sebelum menunaikan salat Idul Adha juga menjadi salah satu sunah bagi umat muslim yang membedakannya dari salat idul Fitri. Sesuai yang disampaikan oleh Imam at Tirmidzi bahwasanya Rasulullah tidak makan apapun sampai beliau menyelesaikan salat Idul Adha. Disampaikan juga oleh Ibnu Qudamah, anjuran untuk tidak makan sebelum shalat Idul Adha tersebut juga bermaksud supaya masyarakat muslim memakan daging qurban hasil penyembelihan. Penyembelihan hewan qurban juga dianjurkan setelah waktu shalat selesai.
Bertakbir
Umat muslim disunahkan untuk bertakbir ketika berjalan menuju ke masjid untuk shalat Ied. Anjuran tersebut berdasarkan riwayat Ibnu Umar bahwa Rasulullah keluar dari rumahnya sambil mengucapkan takbir hingga sampai ke tempat shalat.
Berjalan Kaki Menuju Tempat Shalat
Sunnah untuk berjalan kaki saat menuju ke tempat Sholat tujuannya agar sesama umat muslim dapat saling bertegur sapa dan bersalam-salaman. Idul Adha adalah hari raya umat muslim yang seharusnya bisa disambut dengan penuh sukacita dan rasa kebersamaan. Umat juga dianjurkan untuk berangkat lebih awal agar mendapatkan barisan paling depan dan ikut melantunkan takbir sembari menunggu waktu sholat dimulai.
Melewati Jalan Pergi dan Pulang yang Berbeda
Sunnah yang satu ini tidak hanya dianjurkan saat menunaikan ibadah Idul Fitri saja, tapi juga Idul Adha. Sesuai yang dikatakan oleh Jabir bin Abdullah ra bahwa Rasulullah menempuh jalan yang berbeda saat beliau pergi dan pulang shalat Ied. Rasulullah SAW memilih rute perjalanan lebih jauh saat akan menuju tempat shalat agar mendapatkan banyak pahala karena langkahnya semakin banyak. Sedangkan saat pulang memilih jalan yang lebih dekat.
Kedua jalan berbeda tersebut nantinya bisa menjadi saksi di hari kiamat bahwa kita dengan penuh keimanan telah menunaikan ibadah Idul Adha. Selain itu juga untuk meningkatkan silaturahmi agar bertemu lebih banyak orang.
Shalat Idul Adha
Hukum shalat Idul Adha adalah sunnah yang apabila dikerjakan maka akan mendapatkan pahala luar biasa. Karena begitu besarnya pahala dari amalan sholat ied ini, maka Nabi Muhhamad memerintahkan kaum laki-laki maupun wanita untuk mengerjakannya secara berjamaah.
Bahkan wanita yang sedang berhalangan atau haid juga diperintahkan untuk mendatangi tempat pelaksanaan salat Idul Adha meskipun harus agak menjauhi. Shalat sunnah 2 rakaat ini mempunyai niat, bilal dalam sholat dan tata cara pelaksanaannya, berikut kami akan memberikan penjelasannya secara lengkap.
Niat Salat
Lafadz niat shalat Idul Adha tidak tercantum dalam hadits karena Rasulullah dan sahabatnya biasa mengerjakan ibadah tersebut tanpa niat yang diucapkan. Para ulama pun sepakat bahwa niat shalat ini cukup diucapkan dalam hati sesuai yang tercantum dalam penjelasan Syaikh Wahbah Az Zuhaili di kitab Fiqih Islam wa Adillatuhu.
Umat muslim cukup mengucapkan niat dari dalam hati saja tanpa harus melafalkannya karena tidak ada anjuran dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Berikut lafadz niat sholat Idul Adha sebagai makmum:
اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالَى
(usholli sunnatan ‘iidil adha rok’ataini ma’muuman lillaahi ta’aalaa)
Saya niat sholat sunnah Idul Adha dua raka’at sebagai ma’mum karena Allah Ta’ala
Sementara untuk imam, lafadz niat sholat Idul Adha sebagai berikut:
اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا للهِ تَعَالَى
(usholli sunnatan ‘iidil adha rok’ataini imaaman lillaahi ta’aalaa)
Saya niat sholat sunnah Idul Adha dua raka’at sebagai imam karena Allah Ta’ala
Waktu dan Tata Cara Pelaksanaan
Waktu dan tata cara pelaksanaan salat Idul Adha sebenarnya tidak jauh berbeda dengan idul Fitri karena tidak diawali dengan adzan maupun iqomah. Namun sholat Idul Adha dimulai lebih awal daripada idul Fitri yaitu saat matahari sudah setinggi tombak hingga matahari bergeser ke arah barat. Hal itu bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi umat muslim yang akan melaksanakan kurban setelah salat Ied. Waktu pelaksanaan salat Idul Adha sendiri yaitu setiap tanggal 10 Dzulhijjah, yang ditetapkan sebagai salah satu libur keagamaan nasional.
Tempat Pelaksanaan
Syariat pelaksanaan shalat ini dikerjakan secara berjamaah dan tempat pelaksanaannya dianjurkan di tanah lapang, kecuali jika ada udzur cuaca seperti hujan atau angin. Hal tersebut sesuai yang dilakukan oleh Rasulullah karena lebih memilih mengerjakan shalat di tanah lapang meskipun ada masjid Nabawi.
Tercantum juga dalam hadits dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى
Rasulullah biasa keluar pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha menuju tanah lapang. (HR. Bukhari dan Muslim)
Melalui hadits riwayat Muslim tersebut menjelaskan bahwa menjalankan salat Idul Adha di tanah lapang lebih utama daripada di masjid, kecuali untuk masyarakat Mekah yang mengerjakan salat di Masjidil Haram. Ada juga penjelasan lain dari Fikih Manhaji Mazdhab Syafii yang menyampaikan bahwa tempat pelaksanaan salat Idul Adha terbaik adalah yang dapat menampung banyak umat muslim. Apabila masjid mempunyai daya tampung sama dengan tempat lapang, maka masjid bisa menjadi tempat utama untuk melaksanakan Shalat. Sehingga kaum muslimin bisa mendapatkan dua pahala yaitu pahala salat dan karena shalatnya di masjid.
Tata Cara
Tata cara sholat Idul Adha tidak didahului dengan sunnah qobliyah maupun diakhiri sunnah ba’diyah, berikut cara pengerjaan yang benar:
- Diawali dengan melakukan niat yang berbunyi “ushalli rak‘ataini sunnata li ‘udil adlhâ” dan ditambahkan “imaman” jika menjadi imam. Sedangkan lafalnya diubah menjadi “makmûman” apabila menjadi makmum. Arti niat tersebut adalah Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat (makmum/imam) karena Allah ta’ala.
- Melaksanakan takbiratul ihram dan dilanjutkan membaca doa iftitah dan doa lainnya hingga salam, seperti shalat biasanya.
Rukun yang membedakan adalah pengucapan 7 kali bacaan takbir pada rakaat pertama dan lima kali takbir pada rakaat kedua. Dianjurkan untuk membaca lafal takbir di antara takbir tersebut, dengan membaca “Subhanallah walhamdulillah walailaha illallah wallahu akbar” (Mahasuci Allah dan segala puji bagi Allah dan tiada Tuhan selain Allah dan Allah Mahabesar)
Bacaan rakaat pertama:
- Takbiratul ihram
- Doa iftitah
- Takbir 7x, selain takbiratul ihram
- Membaca surat Al Fatihah
- Membaca surat dalam Al-Quran
Pelaksaannya seperti shalat biasa, yaktu meliputi ruku’, sujud, duduk diantara dua sujud, sujud, kemudian berdiri lagi melanjutkan rakaat kedua.
Bacaan rakaat kedua:
- Takbir 5x
- Surat Al Fatihah
- Membaca surat dalam Al-Quran
Setelah sujud yang kedua, kemudian diakhiri dengan tasyahud akhir, lalu salam.
- Selesai melaksanakan salat Idul Adha dua rakaat, jamaah harus mendengarkan khutbah dari khatib terlebih dahulu.
Umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak bacaan takbiran setelah selesai salat Idul Adha hingga hari tasyrik pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, biasanya dilakukan setelah salat fardu. Pelaksanaan takbir setelah hari raya Idul Adha biasanya dilakukan selepas shalat fardhu.
Khutbah
Idul Adha adalah hari keagamaan istimewa sehingga Rasulullah memerintahkan umat muslim untuk merayakannya dengan bahagia bersama-sama. Oleh karenanya, perempuan yang sedang berhalangan pun dianjurkan untuk ikut menuju ke lapang tempat pelaksanaan shalat untuk mendengarkan khotbah, melantunkan takbir, membaca doa dan berdzikir.
Jika pada sholat Jumat khotbah dilakukan sebelum shalat, maka pada shalat Idul Adha dilakukan setelah pelaksanaan salat. Sesuai yang disampaikan oleh hadits Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwasanya Nabi Muhammad dan sahabat menunaikan salat Ied terlebih dahulu sebelum mendengarkan khutbah. Khatib saat berkhotbah disunahkan untuk menyela dua khotbah dengan duduk sebentar desuai yang tercantum dari hadis riwayat asy Syafi’i.
Saat melakukan khotbah yang pertama, disunahkan untuk mengawali dengan bacaan takbiran sebanyak 9 kali dan pada khotbah kedua diawali dengan takbir 7 kali. Jamaah diperintahkan untuk mendengarkan secara seksama dan tenang selama khotbah berlangsung untuk menyempurnakan salat Idul Adha.
Hewan Kurban
Perayaan hari raya Idul Adha identik dengan penyembelihan hewan kurban. Masyarakat umat muslim yang mampu disunahkan untuk menyembelih hewan kurban, tapi tidak untuk dimakan sendiri. Hewan yang dikurbankan pun juga harus memenuhi syarat, untuk lebih jelasnya silakan simak pembahasan berikut.
Jenis Hewan yang Boleh Dikurbankan
Ada beberapa jenis hewan yang boleh dikurbankan, diantaranya sebagai berikut:
- Kambing dan Domba
Kambing dan domba menjadi pilihan paling umum bagi masyarakat muslim di Indonesia yang ingin berkurban, karena mempunyai harga lebih murah daripada jenis hewan qurban lainnya. Daging kedua hewan ternak ini halal dan banyak sehingga bisa dibagikan kepada masyarakat. Seekor kambing maupun dombahanya diperbolehkan untuk berkurban satu orang saja, tidak boleh lebih.
- Sapi dan Kerbau
Masyarakat mungkin lebih banyak memilih sapi sebagai hewan kurban daripada kerbau, meskipun sama-sama diperbolehkan. Kedua hewan tersebut juga mempunyai banyak sekali daging untuk dibagikan ke banyak orang, sehingga boleh dijadikan sebagai hewan kurban. Karena harganya yang mahal mencapai belasan hingga puluhan juta rupiah, sehingga seekor kerbau maupun sapi dapat digunakan untuk berkurban hingga 7 orang.
- Unta
Unta juga termasuk hewan yang diperbolehkan untuk kurban, meskipun masyarakat Indonesia tidak pernah melakukannya. Hewan khas Arab ini memang lebih umum dijadikan sebagai hewan qurban oleh masyarakat yang tinggal di Arab dan dapat mencakup hingga 10 orang. Pemilihan unta kurban pun juga harus memenuhi syarat, termasuk kesehatan dan umur unta yang dikurbankan.
Syarat Wajib
Memilih dan membeli hewan kurban tidak boleh sembarangan, harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar sah sebagai hewan kurban. Syarat tersebut meliputi kesehatan hewan, umur, berat, kondisi dan lainnya. Berikut ini penjelasan beberapa syarat dalam pemilihan hewan kurban:
- Usia hewan
Masing-masing jenis hewan kurban mempunyai syarat usia minimum yang berbeda. Hewan domba berdasarkan syariat harus berusia setengah tahun, sementara kambing harus berusia minimal setahun penuh. Jika anda hendak membeli sapi maka harus berusia minimal 2 tahun dan unta minimal 5 tahun. Jadi sebelum Anda membeli hewan kurban, tanyakan terlebih dahulu berapa usianya kepada penjual. Meskipun mempunyai bentuk tubuh dan berat badan ideal, tidak boleh memilih hewan kurban yang tidak memenuhi syarat umur.
- Kondisi hewan
Kondisi hewan juga harus memenuhi syarat sebelum dikurbankan, dimana hewan tersebut harus bebas dari aib atau cacat. Cacat yang dimaksud seperti pincang, memiliki sakit, terlihat buta sebelah, sangat kurus, tidak memiliki sumsum tulang atas jenis cacat lainnya. Hewan yang kedua tangan atau kakinya putus juga tidak boleh dijadikan sebagai hewan kurban karena tidak sempurna.
- Kepemilikan hewan
Syarat lainnya yaitu hewan qurban adalah milik pribadi atau orang yang akan berkurban tersebut. Dengan kata lain, hewan kurban tersebut telah dirawat dari kecil atau dibeli dari orang lain dengan cara jual beli yang sah dan layak. Sehingga hewan yang berasal dari curian atau rampokan tidak sah dijadikan sebagai hewan kurban karena tidak mempunyai izin hak milik. Hal tersebut juga berlaku pada hewan yang berstatus hewan warisan yang belum dibagi maupun hewan gadai karena belum benar-benar memiliki pemilik yang sah.
Tips Memilih Hewan Kurban
Agar tidak salah dalam memilih hewan kurban, Anda bisa memperhatikan beberapa tips berikut ini:
- Tempat membeli hewan kurban
Tips yang pertama, Anda harus membeli hewan kurban dari tempat yang tepat dan terpercaya. Jangan hanya membeli karena harga murah, tanpa memperhatikan lingkungan tempat tinggal hewan kurban tersebut apakah bersih atau tidak. Karena lingkungan tersebut berpengaruh terhadap kesehatan dan tingkat stres hewan qurban yang akan anda beli.
- Memastikan kondisi hewan sehat
Selain memperhatikan kondisi hewan cacat atau tidak, pastikan juga hewan tersebut memiliki gerakan lincah, bulu-bulu bersih, bola mata cerah, tidak terlalu kurus, kotoran normal dan nafsu makan yang baik. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kondisi hewan tersebut sehat secara fisik dan juga tidak ada stress.
- Memperhatikan organ tubuh
Usahakan untuk memilih sendiri hewan yang akan anda kurbankan dengan datang langsung ke lokasi pembelian. Pastikan hewan tersebut mempunyai kondisi organ tubuh yang lengkap dan dalam kondisi yang baik. Hewan kurban yang baik adalah yang sempurna secara fisik dan gemuk.
Waktu Penyembelihan
Sejauh sepemahaman kita, penyembelihan hewan kurban dilakukan setelah melakukan salat iduladha. Lalu bagaimana jika penyembelihan dilakukan sebelum salat Ied? Bagaimana hukumnya? Perlu diketahui bahwa ternyata ada ketentuan mengenai waktu penyembelihan yang diperbolehkan dan dianggap sah.
Para ulama telah membuat kesepakatan bahwa waktu terbaik untuk menyembelih hewan kurban dilakukan pada hari pertama setelah salat Idul Adha sebelum memasuki waktu salat Dzuhur, atau sebelum matahari meredup. Lalu bagaimana hukum bagi mereka yang melakukan penyembelihan hewan kurban sebelum salat Ied?
Rasulullah telah bersabda bahwa waktu penyembelihan hewan qurban harus dilakukan setelah salat Idul Adha. Apabila ada yang melakukannya sebelum salat Ied maka hewan tersebut dianggap sebagai penyembelihan untuk sendiri dan tidak sah sebagai ibadah kurban. Bahkan hewan qurban yang sudah terlanjut disembelih sebelum pelaksanaan shalat pun harus diganti karena tidak dapat disahkan dengan cara apapun.
Melalui HR Bukhari tersebut sangat jelas bahwa hewan kurban harus disembelih setelah usai menunaikan salat Idul Adha, meskipun penyembelihan hingga 4 hari mulai 10-13 Dzulhijah. Rentang waktu pelaksanaan tersebut sesuai dengan anjuran para ulama karena merupakan hari-hari Mina, tasyrik, melempar jumroh dan hari-hari yang diharamkan melakukan puasa.
Masyarakat diperbolehkan langsung menyembelih hewan sesaat setelah menyelesaikan salat tanpa harus menunggu khotbah selesai. Selain itu melakukan penyembelihan hewan kurban juga boleh dilakukan pada pagi, siang dan sore hari pada rentang hari yang telah dianjurkan. Penyembelihan di malam hari mungkin tidak dilarang karena tidak ada dalilnya, tapi termasuk dimakruhkan karena kondisi daging yang kurang segar.
Tata Cara Penyembelihan
Tata cara penyembelihan hewan kurban harus sesuai dengan pedoman dari Muhammadiyah, NU serta MUI dalam fatwa nomor 12 tahun 2009 mengenai standar sertifikasi penyembelihan halal. Di dalamnya mencakup standar penyembelihan hewan, standar penyembelih, alat yang digunakan serta prosesnya.
- Standar Hewan yang Disembelih
Hewan yang akan disembelih harus memenuhi syarat yaitu masih dalam keadaan hidup, hewan yang boleh dimakan serta memenuhi standar kesehatan hewan kurban.
- Standar Penyembelih
Sedangkan standar orang yang melakukan penyembelihan diantaranya harus beragama Islam, sudah akil baligh, mengetahui cara penyembelihan syar’i dan mempunyai keahlian penyembelihan.
- Standar Alat Penyembelihan
Alat yang digunakan untuk menyembelih hewan kurban harus tajam dan bukan termasuk tulang, kuku dan gigi. Jika telah memenuhi beberapa standar penyembelihan tersebut maka proses menyembelih hewan qurban bisa dilaksanakan dengan tata cara berikut ini:
- Prosesi penyembelihan dimulai dengan penyembelih membaca doa niat menyembelih dan harus menyebut asma Allah
- Kemudian proses dilakukan dengan mengalirkan darah melalui pemotongan saluran makanan, saluran pernapasan/ tenggorokan dan dua pembuluh darah. Adanya aliran darah tersebut untuk memastikan hewan dalam kondisi hidup.
- Proses harus dilakukan 1 kali dan cepat agar tidak menyiksa hewan
Dalam proses penyembelihan hewan kurban, penyembelih disunnahkan untuk membaca doa. Adapun berikut ini doa menyembelih hewan qurban:
اَللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ يَا كَرِيْمُ
Allâhumma hâdzihî minka wa ilaika, fataqabbal minnî yâ karîm
Ya Tuhanku, hewan ini adalah nikmat dari-Mu. Dan dengan ini aku bertaqarrub kepada-Mu. Karenanya hai Tuhan Yang Maha Pemurah, terimalah taqarrubku.
Golongan yang Berhak Menerima Daging Kurban
Orang yang berkurban tidak boleh memakan sendiri daging hewan yang dikurbankannya, sehingga harus dibagikan kepada orang lain. Ada 3 golongan orang yang berhak menerima daging kurban, secara umum sebagai berikut:
- Orang yang berkurban dan keluarganya
Golongan ini berhak mendapatkan 1/3 bagian dari daging hewan yang dikurbankan. Sesuai dengan nabi SAW yang memakan hati dari hewan kurbannya setelah menunaikan salat Idul Adha.
- Kerabat, teman dan tetangga sekitar
Ulama menganjurkan untuk membagikan hewan qurban kepada kerabat dan tetangga sekitar meskipun mereka sudah kaya dimana golongan ini berhak mendapatkan 1/3 bagian dari daging hewan kurban.
- Fakir dan miskin
Menurut ulama hanabilah, hukumnya wajib membagikan daging kurban kepada kaum fakir miskin. Pendapat tersebut juga sesuai dengan surat Alhajj ayat 28,
فكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
Makanlah sebagian dari daging kurban dan berikanlah kepada fakir.
Selain itu juga tercantum dalam surah Alhajj ayat 36,
فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ
Makanlah sebagian dari daging kurban, dan berikanlah kepada orang fakir yang tidak minta-minta, dan yang minta-minta.
Melalui dua ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk membagikan daging hewan kurban kepada kaum fakir miskin.
Larangan Idul Adha
Ada 2 larangan utama yang akan kami bahas disini yaitu larangan memotong kuku dan rambut serta larangan pada hari tasyrik. Mari kita bahas satu per satu berikut ini:
Memotong Rambut dan Kuku
Hukum memotong rambut dan kuku bagi orang yang melaksanakan kurban ternyata ada dua pendapat berbeda dari para ulama. Sehingga tidak sedikit masyarakat yang bingung terhadap larangan Idul Adha ini. Bermula dari satu hadist riwayat Ummu Salamah
إذا دخل العشر من ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضحي فلا يمس من شعره ولا بشره شيئا حتى يضحي
Apabila sepuluh hari pertama Dzulhijjah telah masuk dan seorang di antara kamu hendak berqurban, maka janganlah menyentuh rambut dan kulit sedikitpun, sampai (selesai) berkurban,” (HR Ibnu Majah, Ahmad, dan lain-lain).
Melalui pernyataan dari hadis tersebut memunculkan dua pendapat dari ulama. Pendapat yang pertama mengatakan bahwa Rasulullah melarang umat muslim untuk memotong kuku dan rambutnya saat berkurban. Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa yang dilarang adalah memotong kuku dan rambut hewan yang dikurbankan.
Pendapat pertama mendapatkan kesimpulan sesuai yang tercantum dalam kitab Mirqotul Mafatih oleh seorang ulama ahli hadits, pada intinya memotong rambut dan kuku bagi seseorang yang akan berkurban hukumnya makruh. Sementara pada pendapat yang kedua sebenarnya kurang populer dalam kitab fiqih klasik, oleh Mulla `Ali Al-Qari Rahimahullah bahkan menyebutnya sebagai pendapat gharib/ asing. Namun jika melihat hadis riwayat al Tirmidzi yang berbunyi:
لصاحبها بكل شعرة حسنة
“Bagi orang yang berqurban, setiap helai rambut (bulu hewan qurban) adalah kebaikan,” (HR At-Tirmidzi).
Sehingga sangat dimungkinkan bahwa maksud tidak boleh memotong kuku dan rambut hewan kurban karena akan menjadi saksi di akhirat kelak.
Hari Tasyrik
Larangan Idul Adha lainnya yaitu tidak boleh berpuasa pada hari tasyrik, tepatnya pada tanggal 11 – 13 Dzulhijjah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam HR Muslim bahwa pada tanggal tersebut adalah hari-hari Mina, yakni hari-hari makan, minum dan berdzikir kepada Allah. Disampaikan juga dalam HR. Abu Daud di mana Rasulullah bersabda bahwa hari Arafah, hari Idul Adha dan hari tasyrik merupakan hari raya umat Islam untuk makan dan minum. Allah menjadikan hari tersebut sebagai hari istimewa untuk berdzikir sehingga melarang umat muslim untuk berpuasa.
Tradisi Idul Adha di Indonesia
Idul Adha memang menjadi hari raya keagamaan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat muslim di seluruh dunia. Menariknya, umat muslim di Indonesia ternyata punya cara unik untuk merayakan hari besar Idul Adha sesuai dengan tradisi di daerah mereka masing-masing. Berikut ini beberapa tradisi unik saat Idul Adha di tanah air dari berbagai daerah:
Grebeg Gunungan, Yogyakarta
Masyarakat Yogyakarta mempunyai tradisi unik untuk merayakan Idul Adha yang berbeda dari daerah lainnya. Acara Grebeg Gunungan tersebut diadakan oleh pihak Keraton Yogyakarta bersama masyarakat dan menjadi salah satu momen paling ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Nantinya akan ada arak-arakan berupa gunungan grebeg yang akan diperebutkan oleh warga, konon katanya akan mendatangkan berkah bagi masyarakat yang mendapatkannya.
Toron, Madura
Masyarakat suku Madura ternyata punya tradisi unik di mana mereka mudik saat Idul Adha, selain hari raya idul Fitri. Oleh masyarakat asal Madura menyebutnya sebagai Toron, dimana para penduduk asli Madura yang merantau di berbagai daerah akan pulang ke tanah kelahirannya dengan membawa oleh-oleh. Tujuannya untuk menjaga ikatan sosial antar masyarakat Madura meskipun sebagian besar penduduknya telah merantau ke daerah lain.
Accera Kalompoang, Gowa
Masyarakat Gowa menyebut tradisi hari raya Idul Adha dengan nama Accera Kalompoang. Prosesi adat dilakukan dengan mencuci benda-benda pusaka milik kerajaan Gowa yang masih tersimpan. Tradisi unik ini masih terus dilakukan hingga sekarang sebagai salah satu acara saat Idul Adha.
Manten Sapi, Pasuruan
Ada salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki tradisi unik bernama manten sapi, tepatnya di Pasuruan. Tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun tersebut hingga sekarang masih dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu ritual merayakan hari raya Idul Adha. Sapi yang dikurbankan akan didandani terlebih dahulu kemudian diarak mengelilingi kampung sebelum disembelih. Sehingga dinamakan Manten Sapi karena mirip seperti mengarak pengantin.
Tradisi Apitan, Grobogan
Masyarakat yang tinggal di Grobogan Jawa tengah juga punya tradisi unik untuk merayakan Idul Adha yang dinamakan Apitan. Tradisi ini juga disebut sedekah bumi yang digelar setiap tahun saat Idul Adha sebagai wujud rasa syukur masyarakat terhadap rezeki dan anugerah dari Sang Pencipta. Masyarakat akan mengarak gunungan makanan di sepanjang jalan sejauh berkilo-kilo meter.
Kaul dan Abda’u, Maluku Tengah
Masyarakat Maluku tengah merayakan Idul Adha dengan cara unik yang bernama tradisi Kaul Negeri dan Abda’u. Tradisi tersebut selalu ramai dipadati oleh warga masyarakat suku Ambon. Hewan kambing yang akan dikurbankan akan digendong oleh pemuka adat dan pemuka agama keliling wilayah Negeri Tulehu. Mirip seperti arak-arakan yang dilakukan oleh masyarakat Pasuruan, tapi di sini hanya hewan kambing saja dan tidak didandani.
Meugang, Aceh
Tradisi Meugang telah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu oleh masyarakat Aceh untuk merayakan Idul Adha. Tradisi tersebut berupa acara memasak daging sapi bersama dan dinikmati bersama keluarga besar serta anak-anak yatim piatu. Selain berbagi kebahagiaan, acara turun temurun ini diharapkan bisa memupuk rasa solidaritas antar masyarakat Aceh.
Mepe Kasur, Banyuwangi
Masyarakat Osing di Banyuwangi juga punya tradisi unik saat menjelang hari raya Idul Adha yang dinamakan Mepe Kasur. Mepe Kasur jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti menjemur kasur, masyarakat Desa Kemiren Glagah memang akan menjemur kasur secara bersamaan di depan rumah. Tradisi ini dilakukan sebelum melaksanakan tumpeng Sewu di malam harinya menjelang hari raya Idul Adha
Keunikan dari tradisi mepe kasur yaitu kasur-kasur tersebut mempunyai warna seragam dengan pinggiran merah dan dasar hitam. Masyarakat masih melestarikan tradisi tersebut karena dianggap dapat membersihkan diri dari segala penyakit dan memberikan kelanggengan bagi pasangan suami istri.
Tradisi Idul Adha di Berbagai Negara
Di Indonesia sendiri, perayaan Idul Adha dimulai dengan melaksanakan Shalat Idul Adha kemudian menyembelih hewan kurban. Apakah setiap daerahnya sendiri juga punya tradisi masing-masing untuk menyambut idul qurban, bagaimana dengan tradisi di luar negeri? Berikut beberapa keunikan tradisi menyambut Idul Adha di berbagai negara:
Singapura
Masyarakat muslim yang tinggal di Singapura merayakan Idul Adha dengan melaksanakan salat dan pemotongan hewan kurban. Selain itu juga banyak perayaan meriah lainnya yang diadakan di kawasan Geylang Serai dan Kampong Glam. Biasanya diadakan dua bazar Idul Adha di kedua kawasan tersebut dengan dekorasi yang meriah. Baik wisatawan lokal maupun asing boleh menikmati dan meramaikannya.
India
Hari raya Idul Adha sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di Kota Srinagar India. Biasanya mereka akan berbelanja baju dan hadiah untuk keluarga dan kerabat dekat sebelum hari-H perayaan. Jika idul kurban jatuh pada musim liburan di bulan Agustus atau September maka kota ini akan dipadati oleh turis.
Festival makanan diadakan 3 hari menuju Idul Adha, yang diramaikan oleh pedagang roti, daging serta makanan manis. Masyarakat muslim agar melaksanakan salat Idul Adha dengan menggunakan pakaian-pakaian yang bagus.
Pakistan
Di negara Pakistan tidak jauh berbeda daei perayaan Idul Adha umumnya, yaitu memotong kurban dan melaksanakan shalat ied. Hanya saja di negara ini hari libur nasional menyambut Idul Adha dilakukan selamar 4 hari untuk melaksanakan ibadah khusyuk. Sebagai salah satu negara yang menjunjung tinggi agama Islam, masyarakat dan pemerintahannya sangat menghargai momen hari keagamaan mereka.
Hewan kurban sebelum disembelih akan dimandikan terlebih dahulu untuk menjaga kebersihannya. Kemudian hewan-hewan tersebut akan dihiasi dengan kalung-kalung bunga sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan atas ketawakalan Nabi Ibrahim AS.
Inggris
Inggris bukan negara dengan mayoritas agama muslim, tapi masyarakatnya yang beragama Islam juga turut merayakan Idul Adha. Komunitas muslim yang tinggal di negara ini mengadakan pasar malam untuk menyambut hari raya Idul Adha. Mereka juga mengadakan studi atau kuliah singkat untuk membahas mengenai budaya dan sejarah Islam. Selain itu, masyarakat muslim di Inggris lebih menyukai olahan daging kurban yang bercita rasa gurih.
Uni Emirat Arab
Ada keunikan perayaan Idul Adha di negara Uni Emirat Arab, dimana para wanita akan mengecat rambut mereka serta menggunakan parfum. Mereka juga mengecat kuku dan tangan menggunakan henna, termasuk anak-anak. Masyarakat akan saling berkunjung untuk bersilaturahmi dari satu rumah ke rumah lainnya.
Pihak tuan rumah yang tinggal di kota biasanya menawarkan kurma, permen, buah, kopi dan teh untuk tamu yang datang. Sementara bagi warga yang tinggal di desa dapat menyebutkan camilan kecil berupa susu dan kurma. Sama seperti negara lainnya, di Arab juga ada tradisi shalat Idul Adha dan pemotongan hewan kurban yang kemudian dibagikan kepada sesama.
Turki
Masyarakat muslim di Turki merayakan Idul Adha selama 4 hari dan mereka juga melakukan salat ied serta menyembelih hewan kurban. Keunikan tradisi Idul Adha di Turki yaitu hewan yang akan dikurbankan dihias terlebih dahulu dengan pita dan henna. Daging kurban hasil penyembelihan akan dibagikan kepada ada tetangga dan kerabat dekat sembari saling mengucapkan selamat hari raya Idul Adha. Salah satu makanan khas perayaan Idul Adha di Turki adalah Kurban Bayrami berupa anggur yang diberi isian roti dari Turki dan kavurma yang terbuat dari daging.
Contoh Kata Kata Selamat Hari Raya Idul Adha
Salah satu tradisi perayaan Idul Adha di Indonesia yaitu saling mengucapkan selamat antar sesama umat muslim.
Berikut beberapa contoh ucapan selamat hari raya:
Seiring gema takbir yang dikumandangkan, semoga keikhlasan dan ketawakalan selalu bersama langkah kita sampai ke tujuan. Mohon Maaf Lahir dan Batin, Selamat Menunaikan Hari Raya Idul Adha 1440 H,
Sebelum mentari terbit, kami panjatkan doa dan harapan di hari raya qurban. Rasa syukur selalu Kami panjatkan atas keberkahan di hari qurban. Selamat Idul Adha, , Mohon maaf lahir dan batin.
Seuntai kata terungkap dalam hati dan jiwa, dan senyuman yang memberikan sejuta keindahan. Meski tangan tak mampu berjabat, melalui pesan ini kuukirkan kalimat indah, Selamat hari raya idul adha mohon maaf lahir dan batin. – Kami sekeluarga.
Akhir Kata
Demikian itulah penjelasan lengkap mengenai sejarah Idul Adha, beserta tradisi perayaanya di setiap daerah dan negara. Semoga bisa menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang salah satu hari besar keagamaan umat muslim ini.